Header_Cemerlang_Media

Pengangguran Terus Mengancam, Islam Punya Jawaban

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh. Suaibah S.Pd.I.
(Pegiat Literasi)

CemerlangMedia.Com — Persoalan pengangguran menjadi masalah besar suatu negara jika tak tertanggulangi dengan baik. Untuk itu perlu mendapat perhatian serius agar roda pemerintahan berjalan dengan baik.

Sebagaimana yang dikutip oleh Jakarta CNN Indonesia pada tanggal 5 Mei 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat masih ada sebanyak 7,99 juta pengangguran per Februari 2023. Jumlah tersebut setara dengan 5,45 persen dari sebanyak 146,62 juta orang angkatan kerja.

Menurut jenis kelamin, pengangguran terbanyak ada pada laki-laki sebesar 5,83 persen dan perempuan sebanyak 4,86 persen. Hal ini sejalan dengan jumlah angkatan kerja yang memang masih didominasi oleh kaum laki-laki. Sedangkan, jika berdasarkan wilayah, pengangguran di perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan. Pengangguran di perkotaan tercatat sebanyak 7,11 persen dan di pedesaan hanya 3,42 persen. Sementara menurut katadata.co.id pada 5 Mei 2023, jumlah pengangguran ini masih lebih tinggi dari level sebelum pandemi Covid-19 pada 2020.

Pengangguran dari lulusan SMK tercatat sebanyak 9,60 persen per Februari 2023. Jumlah ini turun signifikan dibandingkan data Februari 2022 yang sebesar 10,38 persen dan 2021 sebesar 11,45 persen. Pengangguran kedua tertinggi berasal dari lulusan SMA yang sebesar 7,69 persen, meski cukup tinggi, namun jumlah ini juga turun dibandingkan Februari 2022 dan 2021 yang masing-masing 8,35 persen dan 8,55 persen.

Maraknya pengangguran sejatinya menunjukkan kegagalan pemerintah menyediakan lapangan kerja. Sementara maraknya pengangguran lulusan SMK dan SMA menunjukkan kesalahan rancangan pendidikan dalam kaitannya dengan program pembangunan.

Jumlah angkatan kerja terus bertambah dan lebih besar tiap tahunnya dan tidak sebanding dengan terbukanya lapangan kerja. Sementara pemerintah berlepas tangan untuk menciptakan lapangan kerja yang memadai bagi rakyatnya dan menyerahkan kepada perusahaan atau pemilik modal dengan mekanisme pasar. Penerapan sistem ekonomi kapitalisme meniscayakan industri bukan berdasarkan kebutuhan tetapi mengikuti pesanan oligarki. Jadi wajar yang kaya makin kaya dan yang miskin makin menderita.

Pada saat yang sama sistem pendidikan yang komersial membatasi rakyat mengenyam pendidikan yang berkualitas, pendidikan yang memiliki pengetahuan dan skill bekerja. Saat ini banyak lulusan perguruan tinggi tapi dari mereka banyak yang pengangguran. Jumlah sarjana makin meningkat tiap tahunnya dan tak seimbang dengan penerimaan kerja. Alhasil, makin banyak pengangguran yang terdidik, sementara mencari kerja sulit. Jalan pintas pun diambil asalkan bisa kerja.

Pengangguran yang tidak teratasi dengan baik akan berdampak negatif. Tidak adanya pendapatan ditambah lemahnya iman mendorong orang untuk melakukan aksi kriminalitas. Tidak hanya itu, tingginya angka kemiskinan mengurangi kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhan pokok termasuk gizi, pendidikan dan kesehatan sehingga negara berjalan tidak optimal. Kapitalisme menjadikan rakyat terseok-seok dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Hal ini berbeda dengan Islam. Negara wajib menyiapkan lapangan pekerjaan yang memadai dengan gaji yang tinggi sebagai wujud mensejahterakan rakyat. Negara wajib memastikan terpenuhinya sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan secara orang perorangan.

Kekayaan alam dipandang milik umum akan dikelola oleh negara dan hasilnya akan dinikmati oleh rakyat. Negara diharamkan menjual kekayaan alam kepada individu atau swasta. Kemandirian negara dalam mengelola sumber daya alam akan mampu membuka lapangan kerja untuk rakyatnya apalagi Indonésia yang memiliki potensi bonus demografi yang luar biasa.

Pun, dalam sistem Islam, pendidikan yang berkualitas dinikmati secara gratis oleh seluruh rakyat, baik muslim ataupun nonmuslim hingga perguruan tinggi. Para lulusan sekolah bukan saja memiliki syakhsiyah islamiyah yang mantap namun juga dibekali pengetahuan dan skill untuk menjalani kehidupan dengan baik.

Jadi sangatlah wajar ketika Islam diterapkan sangat sulit menemukan orang miskin yang mau menerima zakat sebagaimana pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz dan masih banyak contoh dari para sahabat. Oleh karena itu persoalan pengangguran hanya bisa teratasi dengan menerapkan Islam dalam kehidupan.
Wallahu a’lam bishawwab. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tulisan Terbaru

Badan Wakaf Al Qur'an