Oleh. dr. Retno Sulityoningrum
CemerlangMedia.Com — Ratusan warga Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur (Kaltim) beramai-ramai protes karena tanah yang mereka tempati diambil alih oleh Bank Tanah untuk pembangunan Bandara Naratetama (very very important person/VVIP) Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Hal ini terjadi setelah Bank Tanah memasang patok dan melarang warga mendekati area patok tanpa melalui sosialisasi. Dan janji pemberian lahan reforma agraria belum jelas (cnnindonesia.com, 21-6- 2023).
Pemasangan patok oleh Badan Bank Tanah dilakukan pada tanggal 9 Juni 2023 setelah Presiden Joko Widodo mengeluarkan Perpres No 31/2023 Beleid Tentang Percepatan Pembangunan dan Pengoperasian Bandara VVIP untuk Mendukung IKN. Menurut warga, tanah seluas 1800 ha itu adalah lahan bekas HGU milik PT Triteknik Kalimantan Abadi, perusahaan kelapa sawit.
Namun, sebelum BPN mencabut HGU perusahaan itu, tanah itu adalah milik warga, dan warga saat ini tengah memperjuangkan hak mereka untuk memperoleh lahan itu kembali.
Kisruh pembangunan IKN seakan tidak pernah berakhir. Pembangunan proyek besar IKN ini seolah memaksakan diri dan tanpa persiapan yang matang sehingga banyak rakyat yang dirugikan karena tanah mereka diambil sebelum relokasi agraria dilakukan. Seakan kepentingan pembangunan bandara VVIP ini jauh lebih berharga daripada ratusan nasib rakyat yang menuntut haknya. Kepentingan bagi beberapa gelintir pemilik modal seakan lebih berharga daripada derita mayoritas rakyat yang tanahnya menjadi korban.
Ini adalah hal yang wajar terjadi di dalam sistem Kapitalisme. Bahwa kekuasaan adalah uang di atas segalanya. Para kapital berkuasa penuh pada setiap kebijakan yang diambil pemerintah. Negara berperan hanya sebagai fasilitator yang menampung setiap keinginan dari rakyatnya dan memberikan fasilitas. Akan tetapi, yang dimaksud di sini adalah rakyat yang memiliki uang atas nama investasi. Sedangkan rakyat biasa harus rela menanggung derita akibat kebijakan tersebut.
Investasi bukanlah suatu hal yang salah tetapi seyogyanya diperhitungkan secara cermat untuk semua rakyat tanpa harus lebih memprioritaskan segelintir orang dan menyengsarakan sebagian besar rakyat. Upaya relokasi harus dipersiapkan dulu sebelum memberikan patok di lahan warga. Beri kesempatan pada rakyat untuk beradaptasi dengan lahan yang baru hingga mereka bisa mendapat hasil dari tanah tersebut sehingga tidak menyusahkan rakyat.
Pendekatan perduli dan sayang terhadap rakyatnya tidak mungkin bisa terwujud pada sistem pemerintahan kapitalisme karena dalam sistem ini akan melahirkan pemimpin yang dipilih melalui pesta rakyat yang bermodal besar dan melibatkan para oligarki. Sangat sedikit mereka akan memikirkan urusan rakyat secara maksimal. Suara rakyat hanya akan berarti saat pemilu saja.
Pemimpin dalam Sistem Islam adalah Harapan Umat
Pemimpin di dalam Islam adalah pemimpin yang sebenarnya. Setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt. atas apa yang dipimpinnya. Pemimpin dalam Islam akan memegang jabatan dan kekuasaannya itu dengan amanah. Setiap kebijakannya adalah pro terhadap kepentingan rakyat secara luas bukan hanya segelintir orang kaya saja.
Kita mungkin sudah pernah mendengar kisah bagaimana seorang Yahudi yang rela berjalan jauh dari Mesir sampai ke Madinah untuk mencari Amirul Mukminin Khalafah Umar bin Khattab. Yahudi ini merasa telah dizalimi oleh gubernur Mesir karena tanahnya diambil paksa untuk pembangunan masjid di depan istana gubernur Mesir. Sebenarnya gubernur Mesir sudah menawarkan harga yang tinggi dari harga rata-rata tanah saat itu, tetapi Yahudi ini tetap tidak mau melepas tanahnya.
Akhirnya diambil paksa oleh negara. Mendengar keluhan Yahudi ini maka marahlah Khalifah Umar dan menyuruh Yahudi ini kembali ke Mesir dengan membawa tulang busuk yang sudah digaris dengan pedangnya Umar. Sesampainya di Mesir dan setelah menyerahkan tulang itu, bergidiklah gubernur Mesir dan meminta maaf pada Yahudi ini dan mengembalikan tanahnya. Setelah mengetahui bagaimana keadilan Islam maka dengan sukarela Yahudi ini masuk Islam dan mewakafkan tanahnya untuk dijadikan masjid.
Dari kisah ini kita tahu bagaimana Islam mengajarkan bagaimana seharusnya menjadi pemimpin umat. Mendasarkan semua kebijakannya sesuai syariat Islam dan pro rakyat. Tidak boleh menzalimi rakyatnya walaupun kekuasaan ada di tangannya. Setiap pembangunan, orientasinya demi kepentingan rakyat banyak. Negara akan memberikan ganti rugi yang sesuai sehingga rakyat tidak dirugikan. Tata kelola kota akan disesuaikan dengan geografis dan sifat tanahnya sehingga tidak akan mengganggu sektor pertaniannya. Akan dilakukan pengkajian lebih lanjut dan teliti terkait kualitas tanah sehingga bisa dipetakan mana yang akan dipakai untuk pertanian dan mana yang tidak.
Sungguh Islam adalah seperangkat sistem kehidupan yang telah diturunkan oleh Allah Swt. sebagai petunjuk bagi manusia. Barangsiapa mengikuti petunjuk Islam itu mereka akan selamat dan diberkahi kehidupannya, dan barangsiapa yang menyelisihi petunjuk Islam itu, maka yang akan didapatkannya adalah kehidupan yang sempit.
Wallahu a’lam bisshawab [CM/NA]