Pergulatan Para Penguasa, Contoh Buruk Bagi Generasi Muda

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Rina Yosidha

CemerlangMedia.Com — Dalam sistem demokrasi, biasa terjadi saling menyudutkan dan menjatuhkan antar individu atau kelompok demi melanggengkan kekuasaan atau sekadar menarik simpati rakyat. Terutama jika memasuki masa menjelang pemilu. Seolah-olah pemilu merupakan sebuah pertarungan untuk memperebutkan posisi kekuasaan. Berbagai upaya dilakukan untuk memenangkan “pertarungan” itu. Semua konflik yang terjadi ini dapat dengan mudah disaksikan generasi muda, mulai usia anak-anak hingga dewasa. Jadi, akan dibawa ke mana generasi kita?

Kebijakan Mengandung Faktor Kepentingan

Menghentikan dan mengangkat pejabat negara memang merupakan wewenang pimpinan. Akan tetapi, jika dasar penggantiannya karena kepentingan tertentu, misalnya titipan ormas, permintaan partai, konflik individu, atau sekadar karena tidak bersedia membubarkan sebuah ormas Islam, keputusan yang didasarkan pada bagi-bagi jabatan, bukan berdasar potensi atau keahlian personalnya, tentu sangat berbahaya dan mendatangkan kehancuran.

Sebagaimana dalam sebuah hadis,
“Apabila suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat.” (HR Al-Bukhari).

Bahkan, mengutak-atik kebijakan sesuai kepentingan pribadi atau kelompok menjadi hal yang biasa, sekalipun zalim terhadap rakyat, seperti adanya wacana Gubernur Jakarta bisa dipilih langsung oleh presiden (CNBC Indonesia, 10-12-2023). Ini menunjukkan bahwa peraturan bisa dibuat sesuai keinginan.

Lagi-lagi rakyat hanya bisa jadi pengamat saja. Perang argumen di media sosial dan di kehidupan nyata pun tak terelakkan. Kalaupun ada yang berani bersuara menyampaikan kritikan atau masukan harus berhati-hati karena bisa terjerat hukum dalam UU ITE.

Kebijakan Makin Liar

Menjelang pemilu yang akan dilaksanakan (14-2-2024), makin banyak konflik yang terjadi, mulai dari pelanggaran tanpa sanksi terhadap Pasal 280 ayat (1) Undang-Undang Pemilu tentang 10 (sepuluh) larangan masa kampanye, hingga mengubah usia minimal calon dan wakil presiden. Masa kampanye yang penuh dengan intrik, saling melaporkan, saling mengancam dan melakukan berbagai kecurangan, menunjukkan potret demokrasi yang penuh dengan kepentingan individu atau kelompok tertentu.

Bahkan, acara debat capres dan cawapres bukan lagi soal gagasan dan rencana untuk kemajuan negara, melainkan sekadar gimmick dan etika. Sesungguhnya, negara lebih membutuhkan solusi untuk mengatasi stunting, kenakalan remaja, kemiskinan, sempitnya lapangan pekerjaan, korupsi, utang negara yang makin memprihatinkan, dan masalah lain yang tidak kunjung usai.

Dampaknya pada Generasi

Para pemimpin yang saat ini berkomplot dalam kecurangan dan kemaksiatan, merupakan contoh yang sangat buruk bagi generasi. Seharusnya, bonus demografi menciptakan generasi unggul, berwawasan luas, mampu berpikir menyeluruh, dan taat pada agama.

Nyatanya, sepak terjang para penguasa dalam memperebutkan kekuasaan dengan menghalalkan segala cara telah meracuni pola pikir dan perbuatan generasi muda kita. Tidak heran jika tawuran pelajar, pembvnvhan, bullying, bvnvh diri, bahkan praktik suap menyuap menjadi hal biasa.

Generasi muda merasa biasa melakukan hal yang sama dengan para pemimpin sebagai tokoh masyarakat, bahkan adab kepada orang tua dan guru tidak lagi dihiraukan. Kehidupan liberalisme sekuler telah membentuk mereka menjadi pribadi yang bebas berbuat atas dasar kebebasan berekspresi dan hak asasi manusia. Untung rugi dan kalah menang selalu dijadikan asas berpikir dan berbuat.

Contoh buruk dari penguasa dan kurikulum pendidikan sekuler sangat memengaruhi terciptanya lingkungan yang makin jauh dari agama sebagai panduan hidup. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi tanpa didasari fondasi akidah yang kokoh, maka kerusakan makin tak terkendali.

Menurut Pandangan Islam

“Pada hari ini setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sungguh, Allah sangat cepat perhitunganNya.” (QS Al-Gafir [40]: 17).

Islam sebagai pandangan hidup memiliki aturan yang lengkap dan detail. Segala aturannya meliputi aktivitas manusia dari bangun tidur sampai bangun negara. Tidak ada satu pun yang luput dari pengaturan dan pengawasan Allah Azza wa Jalla.

Dalam Islam, seorang pemimpin mempunyai tugas ganda, yaitu sebagai pengurus rakyat di dunia dan menciptakan suasana ketaatan bersama dalam rangka kemuliaan hidup di akhirat. Alhasil, Islam akan menjadi rahmatan lil ‘alamin, yaitu kebaikan untuk semua umat manusia dan alam semesta.

Mengajukan diri untuk menjadi pemimpin atau menjadi anggota legislatif, selayaknya bukanlah untuk menumpuk harta dan haus kekuasaan. Akan tetapi, benar-benar sebagai pengurus rakyat dan menjalankan tugasnya sesuai janji yang telah diucapkan saat baiat. Melakukan kebaikan hanya semata-mata berharap rida Allah Swt., bukan sebab ingin dielu-elukan dan puja-puji oleh rakyat.

Jikalau para pemimpin memahami bahwa amanah yang diembannya sangatlah berat hisabnya kelak, mereka akan cukup berhati-hati dalam membuat kebijakan. Benar-benar memperhatikan kebutuhan rakyat serta menciptakan rasa aman dan nyaman, seperti hadis Rasulullah saw. berikut ini,

“Kamu semuanya adalah penanggungjawab atas gembalanya. Pemimpin adalah penggembala dan dialah yang harus selalu bertanggungjawab terhadap gembalaannya.” (HR Ahmad, al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi dari Ibn Umar).

Syariat sebagai Pedoman Kebijakan

Ketika kedaulatan berada di tangan syarak, semua permasalahan rakyat yang meliputi bidang ekonomi, politik, sosial, dan pendidikan akan dikembalikan pada hukum syarak sehingga dalam menentukan keputusan selalu tepat sasaran dan adil untuk semua, bukan keputusan yang menguntungkan kaum elite saja. Tentang perintah dan larangan Allah Swt. (halal dan haram) tak perlu diperdebatkan atau sekadar didiskusikan. Cukuplah kebijakan dalam hal yang mubah saja karena aturan tersebut diciptakan untuk dijalankan, bukan dipilih sesuai kepentingan.

Dalam mengatasi permasalahan generasi saat ini, butuh edukasi Islam secara menyeluruh sehingga generasi akan mampu berpikir bahwa segala pemikiran dan perbuatannya wajib terikat dengan hukum syarak. Dengan edukasi Islam kafah pula mereka mampu menjaga diri dan perilaku agar tetap dalam koridor syarak sehingga lahir generasi tangguh, berpikir cemerlang, mampu memberikan kritikan atau masukan ketika para pemimpin melakukan kemaksiatan atau melenceng dari hukum Allah Swt..

Wallahu a’lam bisshawwab [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *