Perundungan Tak Terbendung, Pelajar Butuh Pelindung

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Hessy Elviyah, S.S.
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)

CemerlangMedia.Com — Dunia pendidikan kembali menjadi sorotan. Bukan prestasi akademik yang mentereng, melainkan bullying yang membuatnya tercoreng. Hari demi hari kasus perundungan ini kian mengkhawatirkan. Bukan hanya mengakibatkan trauma, melainkan sampai menghilangkan nyawa korban.

Perundungan terjadi hampir di semua jenjang pendidikan. Mulai tingkat dasar, sekolah bertaraf internasional, bahkan sekolah yang notabene berbasis agama tidak luput dari kasus perundungan. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat untuk menimpa diri dengan ilmu agar menjadi pribadi yang lebih baik, kini seolah menjadi tempat untuk meregang nyawa.

Seperti yang baru-baru ini terjadi di sebuah pesantren di Kediri, Jawa Timur. Remaja (14 tahun) menjadi korban perundungan. Nahas, nyawanya tidak tertolong dan di tubuhnya ditemukan beberapa luka. Dari kejadian ini, polisi menetapkan empat tersangka dan telah melakukan penahanan (Liputan6.com, 28-02-2024).

Sebelumnya, kasus perundungan yang melibatkan anak artis ternama juga menjadi buah bibir. Perundungan yang terjadi di sekolah elite SMA Binus School Serpong, Tangerang tersebut dilakukan oleh sekelompok remaja yang menamakan diri dengan sebutan Genk Tai. Kelompok ini telah berlangsung selama 9 generasi. Korban perundungan mengalami luka-luka dan dirawat di rumah sakit. Pihak sekolah telah melakukan tindakan tegas dengan menjatuhkan sanksi berupa drop out atau dikeluarkan dari sekolah. Lebih jauh, kasus ini masih dalam penyidikan kepolisian (Tempo.com, 22-02-2024).

Inilah potret buram generasi muda negeri ini. Lekat dengan kekerasan, jauh dari nilai-nilai agama dan minus moral. Generasi yang seharusnya menjadi harapan bangsa, kini babak belur akibat salah arah. Sungguh sangat disayangkan, potensi dalam diri mereka yang seharusnya tersalurkan untuk menyambut peradaban gemilang, kini tercabik dalam sistem hidup yang nyata-nyata menjerumuskan mereka ke arah kegelapan.

Generasi Korban Sistem

Hidup dalam kubangan kapitalisme menggiring generasi muda menjadi generasi tempramental, brutal, dan beringas. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mencegah terjadinya perundungan, tetapi tetap saja, perundungan bak bola liar menggelinding tidak tentu arah. Kapitalisme sekularisme menggiring generasi makin jauh dari agama, sebab agama tidak dijadikan sebagai dasar perbuatan, melainkan hanya dianggap sebagai mata pelajaran yang dikejar penilaiannya saja saat ujian sekolah.

Lebih jauh, sekularisme yang menjadi asas dari kurikulum saat ini menjadikan pendidikan berorientasi pada materi semata. Tidak heran jika aksi sok jago, perundungan, tawuran, perzinaan berujung pada kehamilan yang kemudian dengan gampangnya membunuh janinnya sering terjadi pada generasi saat ini.

Selain itu, peran orang tua terlalu minim. Kapitalisme menjauhkan orang tua dan anak. Orang tua terlalu sibuk mengejar pundi-pundi rupiah untuk bertahan hidup. Tidak dapat dimungkiri, arus kapitalisme menyeret para orang tua untuk lebih banyak berkecimpung di dunia kerja daripada memperhatikan tumbuh kembang anaknya. Gaya hidup hedonis juga menuntut mereka untuk lebih memperhatikan penampilan luar saja, tanpa peduli terhadap kehadiran Allah dalam diri dan keluarganya.

Ditambah lagi dengan masyarakat yang apatis terhadap sekitar. Sering kali kemaksiatan ditoleransi dan tidak peduli kepada sesama. Alhasil, kemaksiatan makin merajalela, lingkungan menjadi hutan rimba, yang kuat akan menang dan yang lemah akan kalah.

Sedangkan negara terkesan tidak mempunyai solusi pasti dengan kondisi generasi yang akrab dengan kekerasan. Negara hanya memberikan izin kepada masyarakat untuk mendirikan lembaga pendidikan kemudian lengah terhadap pengawasannya. Adanya sekolah swasta seakan menjadi wujud nyata abainya negara terhadap kewajiban mencerdaskan bangsa.

Demikianlah, sistem sekuler ini memberangus moral generasi penerus bangsa. Untuk mengatasi masalah ini haruslah dituntaskan mulai dari akarnya, yakni mengganti sistem hidup kapitalisme dengan sistem hidup Islam. Sebab, sudah terbukti Islam mampu menciptakan generasi gemilang, misalnya Muhammad Al-Fatih yang mampu menaklukkan Konstantinopel dan Shalahuddin Al-Ayyubi, panglima muslim yang berhasil merebut kota Yerussalem di usia muda.

Islam Melindungi Generasi

Terlalu jauh membandingkan generasi saat ini dengan generasi pendahulunya seperti Muhammad Al-Fatih dan Shalahuddin Al-Ayyubi. Jangankan untuk meniru perjuangannya, bahkan mungkin, nama-nama generasi mulia itu tidak mereka kenali.

Itu semua karena saat ini, generasi dijauhkan dari Islam. Terlebih moderasi beragama yang menjadi agenda global makin menjauhkan umat dari agamanya, padahal Islam sebagai agama tidak hanya mengatur urusan manusia dengan Tuhannya saja, melainkan mengatur cara hidup yang sebenarnya. Dari bangun tidur sampai bangun negara, termasuk mengatur tentang pendidikan.

Islam mendudukkan pendidikan pada penanaman akidah yang kuat. Hal ini akan berdampak pada kesadaran hubungan dirinya dengan Allah yang akan mendorong setiap individu untuk berbuat baik kepada sesama. Alhasil, perundungan tidak akan menjadi pilihan dalam perbuatannya.

Begitu pula dengan keluarga. Dalam Islam, peran masing-masing keluarga akan maksimal, sebab setiap anggota keluarga memahami hak dan kewajiban masing-masing. Bapak bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menjalankan tugasnya sebagai kepala keluarga yang merupakan bagian dari ibadah. Ibu sebagai ummun warabbatul bayit senantiasa mengutamakan urusan rumah tangga. Tidak seperti saat ini, terseret arus kapitalisme dengan mengutamakan uang dan tidak jarang menjadi tulang punggung keluarga.

Demikian pula masyarakat, amar makruf nahi mungkar sangat kental jika sistem Islam dijadikan aturan hidup. Saling menasihati akan menjadi suatu budaya dalam masyarakat. Hal ini merupakan ibadah, sebab perintah Allah dalam surah Al-Ashr,
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS al-Ashr: 1-3).

Dengan begitu, segala kejahatan akan diminimalkan, termasuk perundungan, sebab kontrol masyarakat berfungsi dengan baik. Begitu pun negara sebagai pelindung utama.

Pemimpin negara yang menerapkan sistem Islam akan melindungi segenap jiwa dan raga rakyatnya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.,
“Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Dia akan dijadikan perisai, di mana orang akan berperang di belakangnya dan digunakan sebagai tameng.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian, hanya sistem Islamlah yang akan menjadi pelindung bagi generasi, sedangkan kapitalisme terbukti gagal dan justru menjadi sebab rusaknya generasi. Maka dari itu, untuk menuntaskan kasus perundungan, haruslah menerapkan sistem Islam dalam kehidupan. Penerapan hukum-hukum Islam secara kafah tidak hanya mampu melindungi generasi, tetapi akan memaksimalkan ketaatan kita kepada Sang Pencipta. Wallahu a’lam. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *