Oleh. Sari Chanifatun
(Kontributor cemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Ajaran gaya hidup yang satu ini memang aneh, manusia diajari untuk terus mencari, menumbuhkan kepuasan rasa bahagia, dan mengejar hawa nafsu tanpa batas. Pandangan hidup yang dibangun dalam mencapai tujuan hidup hanya berupa kesenangan dan kepuasan dirinya sendiri. Bebas menetapkan standar kebahagiaannya, menikmati nilai materi atau rasa.
Aneh, sebab menjadikan manusianya bertindak suka-suka, menghabiskan waktu dan uang hanya untuk kesenangan dirinya semata. Berupaya menghindari diri dari rasa yang menyakitkan, tetapi mampu menghilangkan rasa empati manusia kepada yang lainnya. Tidak peduli orang lain terganggu, tersakiti, maupun terhina.
Kabar kontroversi muncul dari manusia-manusia hedonis yang menyelenggarakan perhelatan The Royal Wedding anjing Jojo dan Luna. Penyelenggaraannya menimbulkan kecaman beberapa pihak terkait, di antaranya dari Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi. Lakshmi menyatakan bahwa acara pernikahan satwa ini dianggap melukai dan melecehkan masyarakat Jawa karena memakai tradisi adat Jawa.
Selain itu pestanya menghabiskan dana yang fantastis sebesar Rp200 juta lebih. Penyelenggaraan pernikahan anjing ini juga dianggap mencemarkan nama gereja sebab menggunakan istilah pemberkatan di atas pelaminan. Dibimbing oleh seorang pastor layaknya manusia (travel.detik.com, 22-07-2023).
Tidakkah negara peka pada ajaran kolonial Barat ini? Polemik yang ditimbulkan dari gaya hidup dan cara pandang manusia hedonisme. Bukan saja dari masyarakat pemegang adat dan penganut agama Nasrani, kegundahan muncul memenuhi ruang media sosial. Nilai rasa sayang manusia kepada hewan berbanding terbalik melebihi rasa sayangnya kepada sesamanya.
Oleh karenaitu, negara selayaknya hadir menjaga marwah rakyatnya. Menghadirkan dan menyiapkan aturan yang benar bagi rakyatnya dalam berbuat dan bertanggung jawab dalam setiap aktivitasnya. Kebebasan harus dihapus dari konsep berpikir dan berbuat bagi rakyatnya.
Buah Sistem Rusak
Fenomena ini merupakan cerminan hedonisme akut dari akal yang tersudut oleh sistem sekularisme kapitalisme. Miris, di saat banyak manusia merasakan kesulitan dan kelaparan, ratusan juta dihabiskan hanya untuk pernikahan sepasang anjing kesayangan. Sistem yang lahir dari pemikiran rusak manusia, yang memiliki keterbatasan, dan landasan kebebasan yang memisahkan manusia dari agamanya yakni liberalisme. Kebebasan untuk kepentingan diri dan circle-nya di atas segalanya. Kebebasan mampu menggeser kewarasan, mengabaikan kepentingan lain pihak.
Pelajaran Terbaik Islam
Kepemimpinan dalam Islam yang menyeluruh, baik bagi kelestarian manusia, hewan dan alam telah dicontohkan oleh kepemimpinan baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Rasul mendidik umatnya menggunakan dasar berpikir dan berbuat atas perintah dan larangan Tuhannya, Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasul saw. juga mendidik para sahabat dan umatnya dengan Islam. Dan sahabat-sahabat Rasul saw. sepeninggal beliau pun bertindak sama kepada generasi setelahnya.
Islam tidak mengajarkan umatnya memiliki pemahaman hedonisme dan menolak tegas konsep hidup hedonisme karena Islam melarang keras sifat boros pada dirinya dan sifat kikir untuk orang lain.
Firman Allah tegas dalam surah Al-A’raaf ayat 31, yang berbunyi,
يٰبَنِىۡۤ اٰدَمَ خُذُوۡا زِيۡنَتَكُمۡ عِنۡدَ كُلِّ مَسۡجِدٍ وَّكُلُوۡا وَاشۡرَبُوۡا وَلَا تُسۡرِفُوۡا ۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الۡمُسۡرِفِيۡنَ
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
Tafsir dalam ayat tersebut menjelaskan bahwasannya Allah memerintah manusia untuk berlaku adil dalam semua urusan, memakai pakaian yang bersih dan indah saat beribadah, baik salat, tawaf, dan ibadah lainnya. Allah pun memerintahkan umatnya untuk makan dan minum secukupnya, tidak berlebih-lebihan, memilih yang halal, baik, dan bergizi. Maka rahmat dan ganjaran kepada orang yang tidak berlebih-lebihan dalam hal apa pun.
Dalam surat lain yaitu Qur’an surah Maidah ayat 87 berbunyi,
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تُحَرِّمُوۡا طَيِّبٰتِ مَاۤ اَحَلَّ اللّٰهُ لَـكُمۡ وَلَا تَعۡتَدُوۡا ؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الۡمُعۡتَدِيۡنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengharamkan apa yang baik yang telah dihalalkan Allah kepadamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
Konsep hidup Islam ini yang diajarkan Rasul saw. pada pengikutnya. Konsep sederhana dan belanja seperlunya. Menggunakan harta untuk hal yang bermanfaat dan tidak digunakan untuk hal yang sia-sia akan melahirkan kepedulian pada sekelilingnya.
Selain itu Islam mengajarkan penganutnya menyandarkan rasa senang dan bahagia dengan sandaran yang vertikal. Membangun idrak sillah billah yaitu kesadaran saat melakukan sesuatu hanya semata karena melaksanakan perintah Allah Swt.. Hanya mengharap pada keridaan Allah, bukan kesenangan dari pandangan manusia.
Sebab telah Allah kabarkan dalam firman-Nya,
اَلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوۡبُهُمۡ بِذِكۡرِ اللّٰهِ ؕ اَلَا بِذِكۡرِ اللّٰهِ تَطۡمَٮِٕنُّ الۡقُلُوۡبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-ra’d, ayat 28)
Wallahu a’lam bisshawwab [CM/NA]