Oleh. Rina Herlina
CemerlangMedia.Com — Lagi-lagi kembali terulang. Seorang ibu kandung tega menyiksa anaknya yang masih berusia 9 tahun di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Penyiksaan dilakukan saat sang ayah pergi bekerja (Kumparan.com, 12-6-2023).
Seorang ibu yang seharusnya memiliki hati yang lembut, punya rasa ingin melindungi, menyayangi, dan bahkan mau mengorbankan jiwa dan raga untuk sang buah hati justru itu semua tidak didapati, sebaliknya tega menyiksa anak kandungnya sendiri. Entah problem apa yang dihadapi sang ibu sehingga begitu tega melakukan kekejaman tersebut.
Setiap anak terlahir tanpa dosa dan bahkan tidak ada daya baginya untuk bisa membela diri dari kekerasan yang dilakukan oleh manusia dewasa. Hanya bisa pasrah menerima perlakuan buruk yang dialamatkan padanya. Baginya tidak ada pilihan lain, selain menerima saja perlakuan semena-mena dan tidak berperikemanusiaan tersebut. Sungguh sangat memprihatinkan melihat perlakuan seorang ibu yang tidak mencerminkan manusia yang memiliki kesempurnaan dengan keberadaan akal. Binatang saja tidak akan berperilaku kejam terhadap darah dagingnya. Lantas, mengapa manusia berperilaku jauh melampaui binatang?
Tidak jarang, anak terkadang menjadi sasaran empuk untuk melampiaskan berbagai perasaan yang berkecamuk pada diri seorang ibu. Problem dengan suami yang tak kunjung membuahkan solusi juga mampu membuat seorang ibu berlaku kasar terhadap anak. Rasa kesal pada suami dilampiaskan pada sang anak yang tidak tahu apa-apa. Begitu pula jika ada tekanan lain dari luar, sering juga memicu adanya rasa marah yang tiba-tiba dan kembali pelampiasannya adalah sang anak yang memang paling mudah untuk dijadikan tempat meluapkan amarah yang sering tidak bisa dikontrol.
Faktor utama dari perilaku seorang ibu yang lebih suka mengedapankan emosi ketimbang mencari solusi dari setiap problemnya adalah ketiadaan ilmu. Ilmu agama dan juga ilmu parenting tentang pola asuh sangatlah penting bagi perempuan yang menyandang status sebagai seorang ibu. Menjadi ibu di era kekinian bukanlah sesuatu yang mudah, itulah mengapa setiap perempuan perlu memiliki pengetahuan yang mumpuni. Setiap perempuan yang bergelar ibu harus mempersiapkan lahir dan batin untuk menyayangi, mencintai, dan mendedikasikan segenap hidupnya untuk sang buah hati.
Di dalam sistem kapitalisme menjadi sosok ibu yang ideal untuk anak dari semua sisi adalah sesuatu yang sulit, karena faktanya banyak ditemui hari ini bahwa ibu justru menjadi tulang punggung keluarga dan meninggalkan kewajibannya sebagai seorang ibu yang mendidik anak-anaknya. Alhasil, peran ibu menjadi tidak maksimal karena menyelihi fitrahnya. Lalu bagaimana Islam memandang hal ini?
Di dalam Islam seorang ibu adalah ummun warobbatul bait (madrasah pertama anak) dan sebagai pengatur rumah tangga. Maka tidak ada kewajiban baginya untuk mencari nafkah karena sungguh tugasnya hanyalah untuk merawat, menyayangi, mengasihi, dan mengajari buah hatinya dengan ilmu. Perempuan adalah pencetak generasi peradaban, maka seperti apa kondisi generasi hari ini tergantung seperti apa madrasah pertamanya. Oleh karena itu, penting untuk bersama-sama melakukan perubahan dan mengembalikan fitrah wanita menjadi lebih baik, berilmu, berakidah Islam yang benar, dan berusaha menjadikan anak-anaknya sebagai hamilud dakwah (pengemban dakwah) demi memperjuangkan tegaknya daulah Islam secara menyeluruh.
Tentu hal ini menjadi PR bersama, mengingat saat ini umat sedang berada pada sistem kapitalisme sekuler, sebuah sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Sistem yang membuat para wanita justru berlomba-lomba meninggalkan kewajibannya sebagai madrasah pertama anaknya dan beralih profesi sebagai wanita karir yang super sibuk tanpa mempedulikan nasib buah hatinya akan menjadi kelak.
Umat harus sama-sama saling berkesinambungan untuk memahamkan tentang kondisi ini bahwa sesungguhnya negeri ini butuh sistem yang benar yaitu sistem yang seluruh aturannya berasal dari Sang Khaliq Allah Swt. dan bukan aturan yang di buat berdasarkan hasil pemikiran manusia. Sistem Islamlah yang paling benar dan paling relevan sejak dulu hingga sekarang.Wallahu a’lam. [CM/NA]
One thought on “Sekularisme Mehilangkan Fitrah Ibu”
Saatnya ganti sistem Islam kaffah