Oleh. Ummu Sholahuddin
(Pemerhati Remaja)
CemerlangMedia.Com — Stunting merupakan masalah gizi kronis karena kurangnya asupan gizi yang baik dalam jangka waktu panjang, sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Di negeri sendiri, angka stunting mencapai 21,6% pada tahun 2022. Dan untuk mengatasinya, pemerintah menggencarkan safari gemar makan ikan.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, pemerintah daerah perlu terus menggencarkan kampanye untuk mengajak masyarakat gemar makan ikan guna mencegah dan menurunkan prevalensi stunting.
“Ikan memiliki kandungan protein hewani yang sangat tinggi yang sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan otak anak,” kata Muhadjir Effendy dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Muhadjir menambahkan bahwa mengkonsumsi protein hewani sesuai kebutuhan harian anak merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya stunting.
“Pemenuhan pola makan bergizi seimbang yang kaya akan protein hewani akan bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama dalam mendukung upaya pencegahan stunting.”
(tribunnews.com, 9/3/2023)
Stunting bukanlah permasalahan yang dapat diselesaikan secara instan, apalagi hanya dengan kampanye gemar makan ikan. Karena secara fakta, angka stunting di tanah air mencapai angka yang begitu fantastik.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6% pada 2022. Angka ini turun 2,8 poin dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali menempati posisi teratas dengan angka balita stunting sebesar 35,3%. Meski masih bertengger di posisi puncak, namun prevalensi balita stunting di NTT menurun dari 2021 yang sebesar 37,8%.
Selanjutnya Sulawesi Barat di peringkat kedua dengan prevalensi balita stunting sebesar 35%. Lalu Papua Barat, dan Nusa Tenggara Barat memiliki prevalensi balita stunting masing-masing sebesar 34,6% dan 32,7%. (databoks.katadata.co.id)
Adapun faktor penyebab stunting itu sendiri meliputi kurangnya pemenuhan gizi yang baik bagi para ibu hamil, serta pola asuh anak pasca melahirkan, baik itu asupan makan, maupun minuman yang tidak memperhatikan konsep keseimbangan gizi.
Namun terlepas dari hal tersebut, faktor terbesar stunting lebih menjurus ke arah kemiskinan, di mana masyarakat tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan gizi yang baik bagi keluarganya. Sehingga tidak sedikit dari mereka yang hanya memenuhi kebutuhan untuk menghilangkan rasa lapar tanpa mempertimbangkan konsep gizi yang seimbang.
Miris memang dengan keadaan negeri ini. Inilah kenapa rakyat membutuhkan sistem yang lebih baik untuk menggantikan sistem yang saat ini membuat rakyat tidak sejahtera. Ya, kemiskinan di negeri ini tidak lain dan tidak bukan bersumber dari kapitalisme. Sistem Barat yang memberi karpet merah bagi penjajah. Bisa dilihat kekayaan alam bumi pertiwi yang begitu melimpah ruah, baik yang berada di lautan maupun di darat, tidak lepas dari cengkraman tangan-tangan asing dan aseng yang menyebabkan negeri ini nihil dari angka kemiskinan.
Di sisi lain negara sibuk mengedukasi dengan berbagai kampanye-kampanye tanpa memberikan solusi yang mustanir. Sederet persoalan rakyat, misalnya; sempitnya lowongan pekerjaan, serta beruntunnya PHK massal yang berujung kemiskinan menjadi hiasan negeri. Alhasil, pengentasan kemiskinan untuk mengatasi stunting hanyalah ilusi.
Apa Solusinya?
Stunting merupakan masalah cabang dari diterapkannya kapitalisme. Oleh karena itu dibutuhkan solusi yang mampu mengatasi secara tuntas. Islam agama yang diturunkan sebagai penyempurna agama sebelumnya, berisi tentang peraturan yang lengkap untuk mengatur kehidupan manusia, baik individu, masyarakat, maupun negara.
Islam bukanlah agama ritual semata, namun sebagai agama siyasah yaitu agama yang mengatur politik kenegaraan. Dalam hal ini, penguasa adalah ujung tombak dalam penerapan syariat di tengah kehidupan manusia yang senantiasa berpacu pada syariat dalam mengatasi problematika negara.
Kita bisa mengambil pelajaran dari Khalifah Umar bin Khattab, beliau sering berkeliling rumah penduduk untuk mengetahui kebutuhan kaum muslim. Karena kesederhanaannya, jarang sekali ada yang mengenali sang Khalifah, bahkan tidak ada yang menyadari kehadiran beliau yang tengah mendengarkan aspirasi rakyat. Hingga suatu ketika Khalifah Umar bin Khattab mendengar tangisan anak kecil yang kelaparan, seketika itu juga Khalifah Umar segera membawakan sekarung gandum.
Dengan kejadian tersebut Khalifah Umar menjadi tahu bahwa masih banyak umatnya yang mengalami kemiskinan. Khalifah Umar bin Khattab mendirikan lembaga Baitulmal. Sebuah lembaga yang mengelola harta dari orang-orang mampu, baik berupa zakat fitrah maupun zakat mal. Selain pengelolaan zaka, Baitulmal juga menampung pengelolaan ghanimah atau harta rampasan perang. Sehingga kehadiran Baitulmal mampu untuk mengentaskan kemiskinan.
Maka, tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada hukum-Nya, hijrah dari sistem batil menuju sistem Islam dengan menerapkan Islam kafah dalam seluruh aspek kehidupan, yang akan membawa keberkahan di dunia dan akhirat.
Wallahu’alam
[CM/NA]