Oleh: Muhammad Fajar Shadiq Al-Ghazali
(Kelas IV SDN Baranang Siang, Bandung)
CemerlangMedia.Com — Di Senin pagi yang cerah, aku sangat bersemangat pergi ke sekolah. Hari ini adalah hari yang sangat kutunggu-tunggu. Tahu gak, teman-teman, kenapa aku sangat menunggu hari ini? Aku kasih tahu ya, teman-teman, kalau hari ini ada pelajaran olahraga di sekolah. Aku sangat menyukai pelajaran olahraga.
Setiba di sekolah, aku langsung masuk kelas dan menyimpan tasku. Sambil menunggu lonceng masuk berbunyi, aku mengobrol dengan teman sebangku yang sudah datang lebih dahulu.
Ketika lonceng sekolah berbunyi dan waktu menunjukkan tepat pukul 07.30 WIB, sebagai ketua murid, aku memimpin teman-teman sekelas untuk membaca doa sebelum pelajaran dimulai. Setelah membaca doa, kami menunggu guru datang. Tidak lama kemudian pak guru datang ke kelas dan aku memimpin teman-teman agar mengucapkan salam kepada pak guru.
Pak guru menjawab salam. Teman-teman, ternyata hari ini, kelas kami kedatangan guru baru. Beliau memperkenalkan diri. Namanya Pak Arif, guru olahraga baru di sekolah kami. Setelah memperkenalkan diri, Pak Arif menyuruh kami keluar kelas dan menuju ke lapangan.
Di lapangan, aku dan teman-teman sekelas dipimpin oleh pak guru melakukan pemanasan. Dilanjutkan dengan berlari mengelilingi lapangan sebanyak lima kali putaran. Bagi murid yang sudah selesai berlari dibolehkan pak guru untuk istirahat sebentar.
Kemudian setelah istirahat, pak guru memanggil siswa dan siswinya satu persatu sesuai urutan nomor presensi untuk melakukan sit up disambung dengan gerakan back up dan diakhiri dengan push up. Akhirnya kegiatan olahraga inti untuk hari ini telah selesai dilaksanakan.
Karena jam pelajaran olahraga masih lama berakhir, pak guru membebaskan siswa dan siswi untuk melakukan kegiatan yang lain. Sebagian teman-temanku ada yang jajan, ada yang duduk-duduk di pinggir lapangan sambil mengobrol, dan teman-temanku yang perempuan melakukan permainan lompat tali, juga kejar-kejaran. Sedangkan aku, Hilal, Farid, Fajri, Pasya, Daffa Rizki, Reza, Basith, Rayhan, dan Helmi bermain bola.
Permainan sepak bola merupakan hobiku dari aku kecil, lo, teman-teman. Ada yang sama hobinya denganku?
Eh, ada kisah yang sangat sulit kulupakan saat aku bermain bola di lapangan hari ini. Ketika bermain bola, tali sepatuku lepas. Saat aku membetulkan tali sepatuku di depan gawang, Basith mengumpan bola ke Fajri. Mendapat umpan bola dari Basith, Fajri menendang bola ke gawang dengan menggunakan tendangan salto.
Aku yang baru selesai mengikat tali sepatu mencoba menahan serangan bola Fajri dan bugh…! Tendangan salto Fajri yang sangat keras malah menghantam dadaku. Bola kemudian ditangkap oleh Hilal yang bertindak sebagai kiper.
Tendangan keras Fajri membuatku terhuyung-huyung dan aku langsung jatuh terkapar di atas tanah. Tendangan itu menyebabkan dadaku rasanya sakit sekali dan aku sangat sulit untuk bernapas.
Aku melambai-lambaikan tanganku ke arah Pasya dan Daffa yang berada di dekatku sambil berbisik pelan, “Pasya… Daffa… aku gak bisa napas, nih, tolong!” Sambil kutunjuk dadaku yang merasakan sakit luar biasa.
Kemudian Daffa dan Pasya mengerti apa yang kurasakan. Pasya dan Daffa akhirnya berteriak memanggil pak guru dan mereka menceritakan apa yang telah terjadi padaku.
Tidak lama kemudian pak guru menghampiri aku yang telentang di atas tanah. Pak guru menyuruhku mengeluarkan lidah dari mulutku dan berkata, “Fajar, keluarkan lidahnya, terus gigit lidahnya, ya!” Pak guru berkata demikian sambil beberapa kali mengangkat pinggangku ke atas.
“Fajar, keluarkan napas melalui mulut, ya!” suruhnya. Akhirnya beberapa menit kemudian aku bisa bernapas kembali dengan normal. Aku bahagia sekali. Alhamdulillah, ya Allah, aku bisa bernapas lagi dan dadaku tidak terasa sesak lagi.
Setelah dadaku tidak terlalu sakit, aku duduk di pinggir lapangan. Aku teringat nasihat guru mengajiku di madrasah, “Tolonglah orang lain, maka Allah akan menolongmu.”
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (QS Ar-Rahman [55]: 60).
Teman-teman, saat itu, langsung saja aku berdoa semoga Allah Swt. memudahkan segala urusan guru olahraga, yaitu Pak Arif yang sudah menolongku. Aku berharap, semoga Allah menolong pak guru dalam setiap kesulitannya.
Teman-teman, tahu gak? Mendoakan sesama muslim merupakan salah satu sunah dalam Islam. Kita dapat mendoakan orang tua, saudara, teman, sahabat, guru, dan saudara muslim tanpa sepengetahuannya.
Jangan lupa ya, teman-teman, saat mendoakan mereka, semua itu harus dilakukan dengan ikhlas dan tulus agar yang didoakan mendapatkan kebaikan di dunia, juga di akhirat.
Sungguh apa yang telah aku alami hari ini merupakan kejadian yang sulit aku lupakan dan akan selalu terkenang. Tendangan serangan bola “salto” Fajri merupakan tendangan yang tidak terkira, lo, teman-teman.
Oh ya, teman-teman, saat itu, Fajri menghampiriku dan langsung meminta maaf atas tendangannya yang tidak disengaja malah mengenai dadaku. Aku tentu saja memaafkan Fajri.
Aku ingin mengamalkan isi Al-Qur’an yang aku baca terjemahannya tadi malam, surah Ali Imran ayat 134, “…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Nah, itulah teman-teman, kisah yang aku alami. Semoga apa yang aku alami dapat diambil hikmahnya oleh teman-teman yang membaca kisah aku, ya.
Ingat ya, teman-teman, bila ada teman kita yang melakukan kesalahan kepada kita, baik disengaja maupun tidak disengaja, teman-teman harus memaafkan kesalahan mereka, ya.
Dan jangan lupa, ya, teman-teman harus mendoakan guru-guru yang telah memberikan ilmunya kepada kita.
Sekian cerita dari aku, jangan lupa bahagia, ya, teman-teman. Semoga kita bisa berjumpa lagi di cerita aku yang akan datang. Bye. [CM/NA]