CemerlangMedia.Com — Boikot produk Isr*el sering kali didasarkan pada klaim hak asasi manusia, keadilan sosial, dan kebebasan politik. Beberapa orang melihat boikot ini sebagai cara untuk mengekspresikan solidaritas terhadap masyarakat P4l3stin4 dan tekanan pada kondisi yang mereka hadapi. Boikot juga sering kali dianggap sebagai cara untuk menekan negara Isr*el untuk mengubah kebijakan dan praktiknya yang dianggap tidak adil atau tidak etis.
Sebagaimana ajakan pemboikotan terhadap banyak produk Isr*el seperti kurma. Hal ini, membuat penguasaha ketar-ketir karena prediksi tidak lakunya kurma asal Isr*el yang mereka jual. Memang kebanyakan produksi kurma atau produsen terbesar kurma adalah Isr*el (3-3-2024).
Sayangnya, aksi boikot yang digemakan bukanlah solusi tuntas untuk membebaskan P4l3stin4. Mengingat, sudah lama P4l3stin4 menjadi negara tawanan dan bahkan menjadi korban genosida. Namun, dunia tidak mampu juga menyelesaikannya. Adanya sekat nasionalisme yang menganggap bahwa urusan P4l3stin4 bukanlah urusan negara mereka. Alhasil, upaya untuk membantu hanya setengah-setengah.
Untuk saat ini, boikot produk Isr*el dipandang sebagai bentuk penghormatan terhadap hak asasi manusia dan keadilan sosial. Sebab, Islam mengajarkan tentang keadilan, kesetaraan, serta menekankan pentingnya menjaga hak asasi manusia. Oleh karenanya, boikot dianggap sebagai cara untuk menunjukkan dukungan terhadap keadilan, kesetaraan, serta penekanan pentingnya menjaga hak asasi manusia itu.
Islam satu-satunya solusi tuntas untuk membebaskan P4l3stin4 dari pembantaian brutal yang dilakukan Zi*nis. Dengan adanya institusi besar bernama Khilafah Islamiah yang menaungi dan menggabungkan semua umat dalam satu kepemimpinan akan menjadikan umat ini satu. Ketika ada yang terzalimi, maka yang lain akan merasakan sakit sehingga upaya yang dilakukan adalah dengan bersatu mengirimkan pasukan untuk membebaskan mereka yang terzalimi, seperti P4l3stin4 pada hari ini. Ketika melalui negosiasi sudah tidak mampu, maka tindakan yang tepat adalah melawan penjajah dengan mengirim pasukan, tidak cukup hanya bantuan domestik.
Dalam konteks ini, solusi Islam mencakup pengajaran tentang perdamaian, toleransi, dan keadilan, serta mendorong dialog antar kelompok untuk mencapai kesepakatan yang adil dan damai berdasarkan perspektif Islam. Ini bisa mencakup upaya untuk meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap hak asasi manusia dan keadilan sosial, serta mempromosikan praktik-praktik yang mendukung keadilan.
Namun, penting untuk diingat bahwa solusi yang efektif hanya ada pada Islam yang memanusiakan manusia. Oleh karena itu, sudah seyogianya mengambil Islam sebagai solusi persoalan ini.
Nur Rahmawati, S.H.
Samuda, Kalimantan Tengah [CM/NA]