CemerlangMedia.Com — Miris sekali melihat unggahan story di media sosial milik @chirenggs, pada Senin (10-6-2024) yang memperlihatkan empat orang anak SMP yang sedang makan di restoran boikot dengan niradab mengatakan, “Ini tulang dan darahnya orang-orang P4lestina.“ Mereka melakukan itu dengan penuh canda tawa. Selang beberapa waktu, sekolah dari pengunggah video mengklarifikasi kejadian tersebut dan mengatakan akan memanggil orang tua dan anak serta mengarahkan untuk meminta maaf kepada publik tanpa sanksi yang tegas.
Kejadian ini semestinya membuat kita miris. Ketika banyak pihak yang sudah berjuang melakukan boikot dan mendukung perjuangan P4lestina, tetapi empat anak SMP dengan santainya menghina para syuhada. Seolah mereka kurang teredukasi tentang genosida yang terjadi di sana.
Akan tetapi, inilah bukti nyata dari diterapkannya sistem sekularisme kapitalisme hari ini. Individu menjadi sangat bebas untuk mengekspresikan dirinya tanpa memandang nilai-nilai yang ada. Sebab, dalam ideologi sekuler kapitalisme, kebebasan individu sangat dijunjung tinggi. Tidak ada yang boleh mengurusi kehidupan satu orang dengan yang lain sehingga banyak lahir orang-orang individualis. Aturan agama pun juga tidak boleh mengatur urusan kehidupan.
Oleh karena itu, menyelesaikan persoalan P4lestina tidak bisa parsial. Dibutuhkan khalifah sebagai perisai umat untuk menjaga akidah, marwah, dan terlaksananya aturan Islam dalam kehidupan.
Di dalam Islam, pendidikan tidak bertujuan untuk mencetak pekerja seperti yang ada pada hari ini. Akan tetapi, pendidikan Islam bertujuan untuk mencetak para penerus peradaban yang berakidah Islam, bertsaqafah Islam, dan bernafsiyah Islam sehingga segala tingkah lakunya atas dasar syariat Islam.
Dengan demikian, kehidupan masyarakatnya terjaga. Kalau pun ada pelanggaran seperti kasus tadi, maka akan ditegakkan dengan syariat Islam. Edukasi dilakukan, pembinaan digerakkan, hukum ditetapkan agar tidak ada lagi pelaku baru yang melakukan hal yang sama. Lebih jauh lagi, dengan adanya khalifah, di mana pun ada umat Islam terzalimi, pasti akan dibantu dan diselamatkan.
Oleh karena itu, kejadian ini menjadi refleksi bersama bahwa ternyata perjalanan untuk mengedukasi umat masih perlu lebih serius dilakukan. Wallahu a’lam bisshawwab.
Wahyu Susilo Wati, S.Pd.
(Aktivis Muslimah Pemerhati Generasi Depok, Sleman, DIY) [CM/NA]