CemerlangMedia.Com — Hari ini kontes kecantikan ratu sejagad seperti Miss Universe menjadi ajang yang memiliki daya pikat besar. Bagaimana tidak, jika keluar dari ajang ini seorang wanita dapat menjadi lebih populer, lebih terkenal, mendapat banyak perhatian, dielukan, didambakan, dibanggakan, bahkan diidolakan. Daftar panjang yang menjadi alasan bagi para wanita berbondong-bondong mengikuti pentas kecantikan ini.
Bahkan kini transgender pun dapat mengikuti ajang ini, terbukti pada 2018 lalu, Angela Ponce seorang transgender mengikuti ajang Miss Universe Spain dan memenangi kontes ini. Pergeseran ini menjadikan bias makna cantik bagi wanita. Cantik yang terlihat menjadi lebih penting dari yang tidak terlihat, meski kecantikan berasal dari seorang pria yang bertransformasi menjadi seorang wanita.
Kecantikan yang akrab dengan keindahan dapat menjadi candu, semua pihak ingin merasakan keindahan itu meski sebatas melihat dengan berbagai cara termasuk dengan alasan body checking seperti yang terjadi pada finalis Miss Universe Indonesia belum lama ini. Finalis Miss Universe Indonesia 2023 diminta untuk melucuti pakaiannya saat body checking oleh panitia yang setelahnya mereka tetap melakukan sesi foto. Para kontestan ajang ini merasa tertekan dengan peristiwa ini dan telah melaporkan kejadian ini kepada pihak berwenang (8-8-2023).
Tragedi ini makin membuka cakrawala dampak berkepanjangan kebebasan tanpa batas. Kebebasan dalam berbagai aktivitas tanpa peduli potensi kriminalitas.
Sadar atau tidak, dengan adanya ajang kecantikan seperti ini telah menjadikan wanita sebagai objek, terlebih untuk meraup keuntungan, tidak memberikan penghargaan tertinggi kepada wanita. Dengan mudahnya wanita dipersekusi bahkan eksploitasi. Wanita hanya dilihat dari kecantikannya, bukan kedudukannya sebagai manusia yang ingin diperlakukan sama baik dan terhormat dengan semuanya.
Hal ini terjadi karena sistem hari ini memberikan celah disfungsi tatanan sosial yang dapat berdampak pada disrupsi. Sistem yang melihat berbagai sudut dari materi, menimbang berbagai permasalahan berdasar untung rugi, dan tidak didasari pada kepentingan rakyat.
Pagelaran kontes ajang kecantikan memperlihatkan bahwa selama setiap hal memberikan keuntungan, termasuk jika hal itu adalah ajang kecantikan, maka tak menjadi soal jika dalam prosesnya harus dilakukan, yakni body checking yang memberikan ruang pelecehan.
Berbeda jika sistem yang dijalani adalah sistem yang hanya memikirkan kemaslahatan rakyat, maka potensi risiko terjadinya penyimpangan akan dieliminir tanpa ragu.
Sistem ini ada dalam ajaran Islam yang memiliki sifat khas dalam mengatasi berbagai persoalan. Potensi risiko pelecehan akan ditiadakan, salah satunya dengan kewajiban menutup aurat, menjaga pandangan, dan melindungi kecantikan wanita dengan tidak mengumbarnya kepada sembarang orang dan sembarang tempat karena dalam Islam wanita bukan objek komoditas untuk meraih keuntungan.
Syifa Nusaibah
Bekasi [CM/NA]