CemerlangMedia.Com — Perang di Timur Tengah memasuki hari keempat. Militer Israel menyebut telah mendapatkan kembali kendali atas perbatasan Gaza-Israel pasca serangan mendadak kelompok Hamas Palestina akhir pekan lalu. Jumlah korban tewas akibat kekerasan yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas telah melampaui 1.500 orang. Menurut layanan kesehatan Palestina dan Israel, lebih dari 900 orang tewas dan 2.600 orang terluka di Israel dan setidaknya 687 orang tewas dan 3.700 orang terluka di Gaza (10-10-2023). Perkembangan terakhir berita terkini, yakni korban tewas hampir 4000 jiwa pada (16-10-2023).
Palestina, selain merupakan tanah tempat diutusnya para Rasul Allah, negeri ini disebut dengan kota tiga agama, yang merujuk pada Yerusalem. Sebab, dari negeri inilah berkembang tiga agama samawi (langit), yakni Islam, Nasrani, dan Yahudi.
Dalam Al-Qur’anulkarim The Miracle 15 in 1 disebutkan, semenjak awal sejarah Islam, Palestina dan Kota Yerusalem khususnya, telah menjadi tempat suci bagi umat Islam. Sementara bagi Yahudi dan Nasrani, umat Islam telah menjadikan kesucian Palestina sebagai suatu kesempatan untuk membawa kedamaian pada daerah ini.
Sebagaimana diketahui, Nabi Isa as. diutus Allah Swt. kepada Bani Israel (umat Yahudi). Pengutusan Nabi Isa ini menjadi titik balik penting bagi sejarah Yahudi. Namun, orang-orang Yahudi menolaknya, maka kemudian mereka diusir keluar dari negeri tersebut sehingga mereka mengalami banyak ketidakberuntungan. Kemudian muncullah Zionis yang mengatasnamakan: Yerusalem adalah “Tanah yang Dijanjikan (Tuhan)” yang memproklamirkan pendirian negara Israel.
Dengan banyaknya pro dan kontra seputar solusi krisis Palestina dan Israel dengan jalan perdamaian dua negara (two-state) dengan berbagi wilayah meskipun harus satu ibukota (Yerusalem) seolah terlihat aman saja selama disepakati dan bisa damai tidak berkonflik.
Namun, dari history (sejarah) yang ada, cara demikian bukanlah jalan yang tepat untuk penyelesaian konflik Palestina-Israel. Sebab, selain doktrin Zionisme yang sudah menjadi paham (prinsip) mereka untuk penguasaan wilayah Palestina, juga adanya peran negara luar (Amerika) yang sebenarnya kental dengan kepentingan politis dan menjadi pendukung Israel. Bahkan sekarang ditambah beberapa negara Eropa yang bersepakat mendukung Israel.
Untuk itu mengapa Zionis yang awalnya masuk Palestina sebagai turis/pendatang dan diterima secara baik karena dianggap sebagai tamu, justru menjadi penjajah dan menginginkan tanah yang didatanginya? Apakah tidak wajar jika Palestina mempertahankan tanah yang sudah menjadi miliknya?
Tari Handrianingsih
Yogyakarta, DIY [CM/NA]