CemerlangMedia.Com — Korlantas Polri menyampaikan bahwa selama periode arus mudik dan balik Lebaran 2024, jumlah kecelakaan turun 8% dari tahun sebelumnya. Sementara itu, tingkat fatalitas juga mengalami penurunan sebesar 12%.
Walaupun demikian, Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Aan Suhanan memberikan 2 catatan penting terhadap 2 peristiwa, yakni pada kecelakaan beruntun di KM-58 Tol Cikampek, Karawang Barat pada Senin (8-4-2024) dan kecelakaan tunggal Bus Rosalia Indah jurusan Jakarta-Surabaya yang menewaskan 7 orang di KM-370 A Tol Batang-Semarang pada Kamis (11-4-2024). Catatan ini menjadi bahan evaluasi untuk mewujudkan zero accident dalam Operasi Ketupat (19-04-2024).
Ironis, persoalan mudik yang berujung maut selalu terjadi dan nyaris tanpa solusi di negeri ini. Pasalnya, angka kecelakaan yang menyebabkan korban jiwa—walaupun diklaim menurun—, tetap saja berada di angka ratusan. Hal ini tidak bisa dianggap sepele, sebab menyangkut keselamatan rakyat dalam perjalanan. Terlebih lagi kecelakaan di jalur tol yang notabene jalanan berbayar, nyatanya tidak ada jaminan keselamatan bagi para pengguna.
Inilah bentuk gagalnya negara dalam menjamin keselamatan dan kenyamanan bagi para pengguna jalan. Adanya pergerakan rakyat secara serentak telah membuat negara ini kelimpungan dan tidak berdaya, sebab tidak mempunyai solusi ampuh untuk menciptakan keselamatan para pengguna transportasi.
Sopir kelelahan, mengantuk, dan human error, seperti lalainya pengemudi dalam berlalu lintas menjadi alasan klasik yang disampaikan oleh pihak berwajib sebagai penyebab kecelakaan terjadi, padahal sejatinya, penyebab utama kecelakaan adalah akibat diterapkannya sistem sekularisme kapitalisme pada tata kelola transportasi. Akibatnya, negara tidak mempunyai visi dalam menuntaskan masalah keselamatan rakyat dalam bertransportasi, padahal kasus kecelakaan terus berulang.
Sistem kapitalisme ini menjadikan negara mengalihkan tanggung jawab kepada operator atau pihak asing (kapitalis) dalam pelayanan dan perlindungan rakyat, termasuk bagi pengguna jalan raya. Sementara pihak asing ini, visi pokoknya adalah mendapatkan keuntungan secara materi sebanyak-banyaknya, bukan memberikan jaminan keselamatan bagi rakyat.
Tidak jarang ditemui, moda transportasi yang tak laik jalan tetap dipaksakan untuk beroperasi, misalnya kondisi rem yang kurang berfungsi dengan baik, kendaraan yang kurang terawat asalkan masih bisa jalan, dan kondisi supir yang tetap dipekerjakan walaupun dalam kondisi tidak prima. Alhasil, rakyatlah yang menjadi korban, sedangkan negara dalam hal ini hanya menjadi regulator yang melayani para korporat.
Jika negara serius menargetkan zero accident dalam program mudik Lebaran, hendaknya melepaskan diri dari cengkeraman sistem sekularisme kapitalisme dan segera beralih pada pengaturan hidup yang sempurna, yakni sistem Islam. Sebab sistem kapitalisme terbukti secara nyata menciptakan bermacam keburukan. Islamlah yang mampu menyelesaikan persoalan umat, termasuk mampu menciptakan zero accident dalam berlalu lintas.
Dalam Islam, meriayah rakyat adalah suatu kewajiban. Maka dari itu, infrastruktur dan sarana transportasi akan dibangun oleh negara sesuai kebutuhan rakyatnya sehingga rakyat dengan mudah, murah, bahkan gratis melakukan perjalanan. Islam tidak membenarkan adanya jalanan berbayar, sebab jalan merupakan kebutuhan pokok umat sebagai akses untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Negara bertanggung jawab atas keselamatan rakyat. Oleh karenanya, negara menyiapkan moda transportasi yang laik jalan dan pengemudi yang prima, baik fisik dan mentalnya. Pun, negara akan mencukupi transportasi publik sehingga meminimalkan rakyat menggunakan kendaraan pribadi. Dengan begitu, jalan raya tidak terlalu ramai dan kecelakaan bisa diminimalkan.
Demikianlah ketika Islam diterapkan, Lebaran menjadi momen suka cita. Tidak seperti saat ini, sistem kapitalisme mengubur kebahagiaan Lebaran, sebab keselamatan saat mudik masih menjadi ilusi. Wallahu a’lam.
Hessy Elviyah, S.S.
Bekasi, Jawa Barat [CM/NA]