CemerlangMedia.Com — Viral! Beredar sebuah video berdurasi 23 detik memperlihatkan dua orang perempuan yang sedang memasukkan cairan yang dituang dari botol diduga miras ke dalam mulut kucing. Salah seorang dari perempuan tersebut diduga adalah seorang mahasiswi perguruan tinggi kesehatan di kota Bukittinggi (3-9-2023).
Sungguh keji perbuatan yang dilakukan oleh perempuan tersebut, sekalipun itu dilakukan terhadap hewan. Entah apa yang ada di dalam pikirannya sehingga tega melakukan hal tersebut lantas memostingnya di sosial media. Apakah tujuannya hanya karena sebuah popularitas dan ingin viral?
Makin banyak saja perilaku buruk bahkan menyimpang dan tidak pantas dilakukan serta dipertontonkan di jagat maya oleh segelintir orang yang notabene bahkan berpendidikan atas nama popularitas dan keinginan untuk tenar dengan cara-cara yang instan. Sekalipun hal-hal tersebut terkadang sungguh di luar nalar dan akal sehat kita sebagai seorang manusia. Sejatinya manusia adalah makhluk paling sempurna dengan akalnya, jika kemudian akal tersebut dipergunakan untuk berpikir secara mendalam.
Popularitas itu sendiri berasal dari kata populer yang artinya dikenal dan disukai banyak orang. Jadi popularitas bermakna sebuah ketenaran yang dimiliki oleh seseorang. Seiring makin canggih dan mudah diakses, perkembangan teknologi dan informasi memang makin memudahkan kita untuk dapat menampilkan berbagai macam cara agar bisa menarik perhatian khalayak ramai, baik secara online maupun offline. Salah satu cara yang banyak dilakukan orang adalah dengan membuat beberapa narasi atau konten dengan tujuan untuk menunjang popularitasnya agar kian meningkat melalui berbagai macam aplikasi yang ada di dalam smartphone seperti Tiktok, Instagram, Facebook, dan lain sebagainya.
Sejatinya banyak orang tertipu oleh popularitas. Hal tersebut dimaknai sebagai solusi agar hidup tenang juga senang, padahal semua itu merupakan sebuah bumerang yang dapat menghantam ketenangan, kesederhanaan, dan kebahagiaan hidupnya. Pada hakikatnya, makin manusia ingin mengejar dan menggapainya, tetap saja tidak akan pernah bisa untuk meraihnya. Seumpama dunia yang lebih mirip naungan kita sangka memiliki hakikat yang tetap, tetapi fakta yang sebenarnya adalah ia menyusut dan mengerut.
Bukankah sudah banyak kita lihat dan temui para selebriti dan publik figur, hidupnya penuh kekangan demi menjaga image dan popularitas yang susah payah diraihnya? Mereka tak ubahnya seperti seekor burung dengan semua keindahannya, tetapi tetap terkurung dalam “sangkar” popularitasnya. Bahkan rezeki, baik yang halal ataupun haram seperti abu-abu karena tak terlihat lagi perbedaan dalam pandangannya.
Di dalam Islam sendiri, sebaiknya dan sebisa mungkin kita menghindari dan menjauhi ketenaran dan kepopuleran karena faktanya, ketenaran mampu merampas seluruh kemerdekaan diri. Mengapa demikian?
Dengan populernya seseorang, ia tidak lagi mempunyai ruang dan privasi yang lebih. Di mana pun dan ke mana pun pasti menjadi pusat perhatian, secara otomatis perilakunya pun akan senantiasa menjadi perbincangan. Inilah yang disebut hilangnya “kemerdekaan diri”. Bahkan ketenaran juga perlahan-lahan akan menyeret dirinya pada ketidak ikhlasan dalam beramal. Sejatinya perkara ikhlas dan niat sangatlah penting dan berat. Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata, “Tidaklah aku berusaha untuk mengobati sesuatu yang lebih berat daripada meluruskan niatku karena niat itu senantiasa bolak-balik.”
Mendewakan dan memburu ketenaran atau popularitas seumpama semut yang melihat genangan madu, terpukau. Makin berusaha untuk meraihnya dengan masuk ke tengah, maka makin tenggelamlah ia ke dalam genangan madu tersebut. Bahkan para penuntut ilmu dan orang salih sekalipun bisa saja terpapar penyakit ini. Asy-Syathibi rahimahullah berkata, “Hal yang paling terakhir luntur dari hatinya orang-orang salih: cinta kekuasaan dan cinta eksistensi (popularitas).”
Namun, seandainya ketenaran tersebut datang tanpa dicari, maka tidaklah mengapa dan juga tidak tercela. Untuk itu marilah kita sama-sama menjaga marwah kita sebagai penuntut ilmu sekaligus pengemban dakwah. Jangan sampai ternodai oleh rasa ingin tenar, lantas mempertontonkan perilaku yang tidak baik dan tidak patut bahkan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Wallahu a’lam
Rina Herlina
Payakumbuh Sumbar [CM/NA]