Rakyat butuh pemimpin jujur yang mampu membawa kebaikan dan berbesar hati mengajak rakyat berkarya bersama demi kebaikan. Pemimpin yang amanah dan jujur serta menyampaikan kebenaran untuk mendapatkan solusi, bukan menyembunyikan kebenaran demi rapor bagus di mata dunia.
CemerlangMedia.Com — “Ya, kita cari jalan keluar terbaiklah,” ujar Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi saat dimintai tanggapan terkait pencabutan izin liputan jurnalis CNN oleh Biro Komunikasi Istana. Pernyataan singkat ini, menurut Afu.id (29-09-2025), ibarat menyingkap kerikil di halaman demokrasi, ketika akses pers justru dibatasi di jantung kekuasaan sendiri.
Lebih lanjut, seperti dikutip dari Kompas.com (28-09-2025), Mensesneg mengatakan, “Kasus pencabutan kartu pers itu cukup menjadi perhatian saya saja, tidak perlu sampai ke Presiden.” Kalimat yang sekilas tampak sederhana ini justru menunjukkan aroma arogansi kekuasaan. Seolah masalah kebebasan pers hanyalah urusan administratif, bukan prinsip demokrasi.
Selain itu, Ketua AJI Nany Afrida, mendesak presiden mencopot pejabat yang terlibat pencabutan kartu pers wartawan istana yang menanyakan perihal MBG kepada presiden. Menurutnya, Biro Pers Istana menekan jurnalis terkait apa yang boleh dan tidak boleh ditanyakan.
Informasi bagi pemimpin negara sangat krusial karena akan berpengaruh pada proses pengambilan kebijakan. Kurangnya informasi berdampak pada pengambilan keputusan yang buruk sehingga memengaruhi kelemahan strategi negara terkait keamanan dan stabilitas negara.
Fungsi lain informasi adalah sebagai pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kebijakan. Kegagalan informasi bisa menyebabkan berkurangnya kepercayaan publik dan membawa kegagalan kebijakan.
Informasi akurat membuat strategi kebijakan lebih tepat sasaran. Pengolahan data yang jujur memberikan gambaran utuh sehingga setiap keputusan yang diambil betul-betul sesuai dengan kebutuhan rakyat. Angka-angka statistik bukan permainan, tetapi harus menjadi gambaran faktual bagi langkah strategis pemerintah.
Saat ini, penguasa dengan enteng menyebut persentase kegagagalan program populis prioritas, MBG, sebesar 0.00017% dengan kata ‘hanya.’ Seolah ribuan korban, jutaan dana APBD yang digunakan untuk pengobatan korban keracunan hanya hal kecil dan remeh, padahal angka ‘sekecil’ itu berarti ribuan korban.
Di negeri ini data dimanipulasi bak kosmetik menutup jerawat. Kemiskinan tinggi bisa disulap jadi rendah dengan utak atik standar kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi pun jadi cantik meski faktanya tidak ada keadilan.
Hasil riset Celios (Center of Economic and Law Studies) menyebutkan bahwa harta 50 orang terkaya Indonesia sebanding dengan harta 50 juta masyarakat biasa. Pajak 50 triliuner teratas RI, bahkan setara 2,45% APBN Indonesia 2024. Kekayaan mereka jika dijumlahkan, setara dengan 4,11% target penerimaan pajak 2024. Data-data penting seperti ini apabila disederhanakan bisa diatur sesuai pesanan. Menyakitkan bagi praktisi statistik idealis.
Dahulu, Amirul Mukminin Umar bin Khattab begitu takut telah berlaku zalim ketika mengetahui perihal rakyatnya yang lapar sampai harus pura-pura memasak untuk menenangkan anaknya. Khalifah Umar yang merasa tidak mempunyai informasi perihal adanya rakyat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan makan keluarga, sampai-sampai rela memanggul sendiri tepung dan memasakkan untuk keluarga yang sedang kelaparan itu.
Penyesalan atas ketiadaan informasi membuat Khalifah Umar berkata kepada Aslam, pembantunya, yang ingin membantu memanggul karung tepung, “Apakah kamu mau memanggul dosaku yang tidak tahu rakyatku kelaparan?”
Sungguh, kepekaan dan akhlak tinggi Khalifah Umar seharusnya menjadi contoh bagi para pemimpin negeri. Bukan menipu dengan angka yang tidak menunjukkan fakta, tetapi sadar informasi untuk memperjuangkan perbaikan di semua lini kehidupan.
Negeri ini butuh kerja nyata, bukan polesan angka. Apalagi jika dijadikan penyesatan informasi sebagai bukti arogansi. Rakyat butuh penguasa yang mengurus, bukan yang membuat kurus.
Rakyat butuh pemimpin jujur yang mampu membawa kebaikan dan berbesar hati mengajak rakyat berkarya bersama demi kebaikan. Pemimpin yang amanah dan jujur serta menyampaikan kebenaran untuk mendapatkan solusi, bukan menyembunyikan kebenaran demi rapor bagus di mata dunia. Wallahu a’lam
Nunik Umma Faiha [CM/Na]
Views: 3






















