Perlu adanya perjuangan di tengah umat untuk melanjutkan kehidupan Islam, yaitu dengan mengembalikan sistem pemerintahan Khil4f4h ala minhaj an-nubuwwah. Perjuangan ini membutuhkan dukungan seluruh umat tanpa kecuali. Salah satu upaya tersebut adalah memahamkan kembali identitas sebagai muslim dan memberi pemahaman akan jebakan kapitalisme yang akan membuat stres, merusak, dan menjerumuskan.
CemerlangMedia.Com — Sungguh ironi antara kondisi anak-anak Gaza dengan mahasiswa di Universitas Stanford. Generasi Gaza adalah generasi yang kuat, hebat, pemberani, dan pembelajar. Sebaliknya, mahasiswa di Universitas Stanford bermental lemah. Kehidupannya terlihat indah di permukaan, tetapi pada kenyataannya tidak baik-baik saja (duck syndrome). Menurut psikolog UGM, istilah duck syndrome pertama kali digunakan untuk menggambarkan mahasiswa Universitas Stanford yang berada di bawah tekanan, tetapi yang ditampakkan adalah ketenangan (22-8-2025).
Kondisi ini bukan hanya dialami mahasiswa di Universitas Stanford saja. Keadaan yang serupa sering terlihat di kampus-kampus di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Mereka berupaya memenuhi standar yang tinggi terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Lain halnya dengan semangat anak-anak Gaza yang tidak pernah luntur. Mereka terus belajar walaupun dalam suasana perang. Mereka terus berusaha untuk mewujudkan generasi pembebas, termasuk di antaranya remaja, orang tua, yang berusia lanjut, serta yang memiliki kemampuan memberikan pendidikan terhadapa anak-anak Gaza berupa pendidikan qur’ani yang akan membentuk generasi berkepribadian Islam.
Keadaan dua generasi ini sangatlah kontras. Anak-anak Gaza belajar dalam suasana mencekam, sementara mahasiswa di Universitas Stanford berada dalam tempat yang nyaman, tetapi hidup dalam tekanan sistem kapitalisme. Mereka harus terus-terusan berjuang untuk tetap bertahan. Belum lagi, tuntutan hidup perfeksionis ala kapitalisme dan gaya hidup yang telah menjerat generasi muda. Mereka juga harus memenuhi tuntutan sistem sekuler kapitalisme, tetapi sebenarnya tidak mampu sehingga mereka stres dalam menghadapi kehidupan.
Ditambah lagi dengan lemahnya iman sehingga mereka tidak memahami hakikat kehidupan, prioritas amal, serta rendahnya kesadaran politik. Sistem sekuler kapitalisme telah menimbulkan krisis multidimensi dalam kehidupan. Oleh karena itu, sistem ini tidak bisa diselesaikan secara individual, tetapi harus struktural.
Sistem kapitalisme yang merusak secara struktural harus segera diganti dengan sistem yang benar, yakni sistem yang berasal dari Sang Pencipta dan diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan di bawah naungan negara. Bukan hanya anak-anak Gaza yang akan merasakan kenyamanan dalam belajar, mahasiswa di Universitas Stanford dan di berbagai tempat lainnya akan terbebas dari penjajahan kapitalisme yang mengakibatkan duck syndrome.
Penyatuan kaum muslim dalam sebuah komando merupakan kebutuhan yang sangat mendesak untuk mengakhiri perang di Gaza. Melalui persatuan inilah, penindasan Zi*nis dan AS terhadap Palestina bisa tuntas dan anak-anak Gaza bisa merasakan kembali kehidupan yang layak dalam naungan Islam.
Ketangguhan anak-anak Gaza harus menjadi inspirasi bagi mereka yang terkena duck syndrome. Ketangguhan anak-anak Gaza adalah bukti nyata ketinggian Islam dalam membina generasi. Islam mendidik generasi dengan kurikulum Islam yang tidak memisahkan agama dari kehidupan.
Oleh karena itu, perlu adanya perjuangan di tengah umat untuk melanjutkan kehidupan Islam, yaitu dengan mengembalikan sistem pemerintahan Khil4f4h ala minhaj an-nubuwwah. Perjuangan ini membutuhkan dukungan seluruh umat tanpa kecuali. Salah satu upaya tersebut adalah memahamkan kembali identitas sebagai muslim dan memberi pemahaman akan jebakan kapitalisme yang akan membuat stres, merusak, dan menjerumuskan.
Zakiah Ummu Faaza
Bogor, Jawa Barat [CM/Na]