Menjadi Kartini Masa Kini

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

CemerlangMedia.Com — 21 April menjadi momentum hari perempuan Nasional karena bertepatan dengan hari lahirnya R.A Kartini. Sosok perempuan yang namanya mewangi sampai detik ini karena gigihnya dalam memperjuangkan hak perempuan, khususnya dalam bidang pendidikan (21-04-2024).

Kartini adalah salah satu anak perempuan yang beruntung, sebab mendapat kesempatan mengenyam pendidikan di Sekolah Hindia Belanda. Pada saat itu, hanya anak kalangan bangsawanlah yang mendapatkan kesempatan untuk menduduki bangku sekolah.

Keterbatasan akses pendidikan bagi kaum pribumi khususnya bagi wanita, membuat Kartini muda tidak tinggal diam. Dirinya mencari berbagai macam cara agar perempuan-perempuan pribumi khususnya mendapatkan pendidikan, sebagaimana isi salah satu surat yang Kartini kirimkan kepada temannya,

“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidup. Akan tetapi, karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita agar wanita lebih cakap dalam melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam (sunnatullah) sendiri dalam tangannya; menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.” (Surat Kartini kepada Prof Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902).

Selain itu, Kartini juga mendirikan tempat belajar untuk mengajari perempuan pribumi ilmu pengetahuan. Atas dedikasinya ini, presiden Soekarno pun menghadiahi Kepres No. 108/1964 yang ditetapkan sebagai Hari Kartini guna mengenang jasa-jasanya dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi perempuan.

Sayangnya, makna Kartini hari ini telah melenceng dari hakikat yang sebenarnya. Kartini diangkat sebagai tokoh emansipasi yang katanya memperjuangkan kesetaraan gender dan kemudian menjadi tonggak berkembangnya paham feminisme di Indonesia. Benarkah demikian?

Sungguh telah jelas dalam salah satu surat Kartini bahwa ia mengusahakan pendidikan bagi perempuan bukan untuk bersaing dengan laki-laki, melainkan sebagai bekal bagi perempuan untuk menjadi ibu dan pendidik generasi. Jelaslah, menjadikan Kartini sebagai tokoh emansipasi dengan paham feminis termasuk dalam kesesatan berpikir karena pada dasarnya, esensi dari perjuangan Kartini tidaklah demikian.

Lalu, bagaimana bisa kita menjadi seperti Kartini di masa kini? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu kembali kepada identitas diri. Identitas kita sekaligus Kartini, yakni sebagai muslimah yang harus tunduk kepada Allah. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan kecuali ketakwaannya saja.

Adapun terkait hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan, tentu hal ini memang berbeda. Ini karena laki-laki dilebihkan oleh Allah dalam satu hal, kemudian wanita juga dilebihkan dalam hal yang lain sesuai dengan fitrah penciptaannya. Laki-laki berperan menjadi kepala rumah tangga dan pencari nafkah, sedangkan perempuan berperan sebagai ibu dan pendidik generasi. Kedua peran ini sangat urgen dilaksanakan oleh masing-masing pihak antara laki-laki dengan perempuan sesuai dengan tupoksi masing-masing berdasarkan syariat Islam.

Anis Fitriatul Jannah
Kab. Pamekasan Madura [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *