Dalam Islam, menjalankan fungsi pendidikan bukan saja tanggung jawab guru, tetapi semua elemen, mulai dari orang tua, guru, masyarakat, dan negara. Orang tua akan membentuk anak-anaknya dengan akidah Islam, sedangkan masyarakat menjaga anak-anak sehingga ketika ada yang melakukan penyimpangan akan langsung diingatkan.
CemerlangMedia.Com — Tindakan kriminal yang dilakukan pelajar hingga anak usia di bawah umur terus meningkat. Beberapa waktu lalu terjadi kasus pengeroyokan terhadap siswa berusia 12 tahun di SMPN Doko Blitar, Jawa Timur saat masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) (22-07-2025).
Sejatinya, sekolah adalah tempat anak-anak dididik dan dibentuk kepribadiannya agar menjadi anak yang baik. Sekolah sebagai tempat menuntut ilmu, membentuk karakter, dan tempat pengembangan diri, nyatanya menjadi tempat kekerasan. Inilah potret buram sistem pendidikan hari ini.
Jika ditelusuri, sistem pendidikan hari ini menggunakan sekularisme sebagai asasnya. Ketika sekularisme diterapkan dalam dunia pendidikan, maka segala sesuatunya tidak menggunakan aturan agama. Sebab, pendidikan sekularisme bukan membentuk anak-anak yang beriman dan bertakwa, tetapi fokus pada mengejar nilai atau materi.
Sekularisme melahirkan kepribadian yang bebas, baik siswa ataupun guru. Sebab, standar yang digunakan bukan halal haram, tetapi bebas sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Tidak heran jika perilaku anak-anak hari ini, seperti bullying, mencuri, mabuk, tawuran, dan lain-lain lumrah terjadi.
Walaupun ada anak-anak yang pintar, tetapi sebagian dari mereka juga memiliki kepribadian yang buruk. Sebab, ilmu tidak disertai dengan pembentukan kepribadian. Pun, proses belajar mengajar, hanya berupa transfer informasi dan formalitas tanpa memastikan apakah siswa paham terkait pelajaran yang didapat.
Berbeda dengan sistem pendidikan yang berasaskan akidah Islam. Islam diterapkan di segala lini kehidupan, termasuk dalam sistem pendidikan. Tujuan pendidikan adalah untuk membentuk kepribadian Islam yang mempunyai pola pikir dan pola sikap islami sehingga melahirkan pelajar yang beriman dan bertakwa.
Para pelajar tahu posisinya di dunia sebagai hamba, maka hidupnya harus terikat dengan aturan Allah Swt.. Anak-anak dan remaja sadar bawah tindakan perundungan adalah perbuatan yang tercela. Sebagai ciptaan Allah, manusia harus saling menjaga dan mengasihi. Mereka juga memahami bahwa segala perbuatannya terikat dengan hukum syarak yang akan dihisab oleh Allah Taala.
Pendidikan Islam akan melahirkan generasi yang berilmu, memastikan setiap anak memahami ilmu yang didapatkan, dan bukan sekadar transfer ilmu. Seluruh ilmu dan pelajaran yang didapatkan bukan untuk diri sendiri, tetapi digunakan untuk kemaslahatan umat.
Dalam Islam, menjalankan fungsi pendidikan bukan saja tanggung jawab guru, tetapi semua elemen, mulai dari orang tua, guru, masyarakat, dan negara. Orang tua akan membentuk anak-anaknya dengan akidah Islam, sedangkan masyarakat menjaga anak-anak sehingga ketika ada yang melakukan penyimpangan akan langsung diingatkan.
Sementara itu, negara akan menjaga akidah anak-anak dan masyarakat dengan aturan Islam. Tayangan media difilter agar tidak ada konten-konten yang menyimpang dari Islam.
Ini sejalan dengan tujuan pendidikan Islam, yakni menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas dalam perkara dunia, tetapi juga cerdas terkait urusan akhirat. Sejarah peradaban Islam mencatat lahirnya generasi emas, seperti Ibnu Sina dalam bidang kedokteran, Al-Khawarizmi penemu al-jabar, Ibnu al-Haytham penemu lampu, dan masih banyak lagi ilmuan lainnya. Hanya dengan pendidikan yang berlandaskan Islam akan mampu melahirkan generasi emas yang beriman, bertakwa, dan cerdas.
Arbaiya Kabes, S.Tr.Kep.
Fakfak, Papua Barat [CM/Na]