Peserta Didik Tidak Memiliki Keterampilan Dasar, Kok Bisa?

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

CemerlangMedia.Com — Permasalahan di dunia pendidikan terus bertambah dari waktu ke waktu. Sebuah laporan berjudul Fixing the Foundation: Teachers and Basic Education in East Asia and Asia Pasific yang dipublikasikan oleh Bank Dunia menyebutkan bahwa learning poverty menjadi masalah bagi 14 negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia (news.republika.co.id, 24-09-2023). Learning poverty merupakan tidak hadirnya kemampuan membaca dan memahami bahan bacaan sesuai dengan usianya pada anak usia 10 tahun.

Masih berdasarkan laporan yang sama, disebutkan bahwa rekomendasi untuk mengatasi learning poverty adalah dengan berinvestasi pada kemampuan guru. Hal ini berdasarkan data yang menunjukkan bahwa meskipun terdapat peningkatan persentase yang signifikan dari guru yang mendapatkan pelatihan di negara-negara Asia Pasific, tetapi tidak berfokus pada pembelajaran siswa.

Berfokus pada Indonesia, kualitas pendidikan negeri ini juga sangat memilukan. Hasil penilaian kognitif siswa baru di SMP 11 Kupang menemukan ada 21 siswa yang tidak bisa membaca, menulis, bahkan ada yang masih mengeja dan mengalami kebingungan membedakan abjad (flores.tribunnews.com, 10-08-2023). Secara nasional, nilai Uji Kompetensi Guru di Indonesia masih di bawah standar minimal, yaitu 55. Nilai rata-rata guru SD, SMP, dan SMA adalah 40,14, 44,16, 45,38 (theconversation.com, 20-07-2019).

Secara general, para pemerhati maupun praktisi pendidikan akan dapat melihat bahwa banyak hal yang memengaruhi kondisi buruk ini. Kita ambil saja contoh latar belakang keluarga peserta didik. Bagaimanapun, kondisi keluarga sangat memengaruhi bagaimana peserta didik belajar. Orang tua dan keluarga yang mendukung belajar peserta didik akan mengarahkan mereka untuk konsisten belajar dan sebaliknya.

Bagaimana dengan kompetensi guru? Tentu saja ini juga adalah faktor yang sangat penting karena bagaimanapun guru adalah fasilitator bagi peserta didik dalam belajar. Kompetensi mereka dalam mengarahkan dan memfasilitasi peserta didik memengaruhi hasil belajar. Guru-guru dengan kualitas yang baik tentu mengharuskan kualitas kehidupan yang baik pula.

Infrastruktur dan fasilitas pendidikan yang minim telah menjadi isu dari masa ke masa yang tidak pernah selesai. Masalah ini terjadi di seluruh level pendidikan kita. Tidak sedikit guru yang baru selesai mendapatkan pelatihan di tempat yang baik atau bahkan di negara lain dengan kualitas fasilitas yang baik, tetapi ketika mereka kembali ke institusi mereka, mereka bingung bagaimana menerapkan hasil pelatihan yang mereka dapatkan karena minimnya fasilitas, insfrastruktur, dan berbagai kondisi lain. Kondisi-kondisi ini secara tidak langsung dapat mendemotivasi mereka, yakni suatu perasaan di mana kita merasa lelah, kehilangan semangat, bahkan menyerah untuk melakukan sesuatu hal atau pekerjaan (Gramedia.com).

Kita harus segera sadar, berevaluasi, dan berbenah. Maju dan tidaknya pendidikan ditentukan oleh banyak faktor. Kita tidak bisa membebankan begitu saja semuanya kepada pihak sekolah saja atau keluarga saja. Berbagai kebijakan terkait dengan pendidikan sangat erat kaitannya dengan sistem pemerintahan. Ketika sistem pemerintahan hanya berorientasi pada keuntungan materi dan memandang bahwa pendidikan merupakan sektor yang harus mendatangkan keuntungan, maka sudah dipastikan akan merusak tatanan pendidikan.

Pendidikan yang menjadikan keuntungan materi sebagai tujuan akan mendesain kurikulumnya sesuai dengan keinginan pasar. Hari ini kita bisa melihat bagaimana pasar sangat cepat berubah dan kurikulum pendidikan yang juga terseok-seok mengejar perubahan ini. Berbagai kebijakan dibuat dan dilegalkan demi memenuhi permintaan pasar. Bagaimana kondisi para pelaksana pendidikan, guru, dan murid-muridnya? Tentu saja bingung.

Sistem ekonomi juga sangat menentukan bagaimana penetapan anggaran dana pendidikan, pengadaan infrastruktur yang layak dan nyaman, fasilitas belajar dengan kualitas yang baik, serta kesejahteraan guru. Sistem ekonomi yang hanya berorientasi keuntungan materi tidak akan pernah menghasilkan kualitas pendidikan yang baik.

Maka kita paham sekarang, mengapa pendidikan kita hari ini memiliki kualitas yang sangat buruk, yaitu adanya ketidakberesan sistem yang diterapkan dalam kehidupan kita, yakni kapitalisme. Sistem ini telah merusak tatanan pengelolaan berbagai sumber daya yang seharusnya mampu untuk dioptimalkan dalam menyediakan berbagai kebutuhan pendidikan dengan kualitas yang unggul, tetapi tidak mahal bagi rakyat. Sayangnya, berbagai sumber daya ini dimonopoli oleh para kapitalis yang menginginkan keuntungan materi bagi diri mereka sendiri.

Sistem kapitalisme juga telah mendisorientasi tujuan pendidikan yang seharusnya mampu mencerdaskan masyarakat baik secara kognitif, afektik, motorik, psikologis, sekaligus spiritual, terbelok menjadi sekadar berorientasi materi. Para pengambil kebijakan tidak lagi mempedulikan bagaimana kualitas pendidikan ini, melainkan kantong dan perut mereka sendiri.

Maka kita harus kembali kepada fitrah, yakni hidup di dalam sistem Islam. Sistem yang bersumber dari Sang Maha Pencipta, Zat Yang Maha Mengetahui kebutuhan manusia. Dia turunkan berbagai aturan dalam kehidupan, tidak hanya mengatur sistem pendidikan, tetapi semuanya tanpa kecuali. Sejarah membuktikan kegemilangan kemajuan pendidikan di masa syariat-syariat Allah diterapkan, kemajuan negara adidaya ini, yakni Daulah islam tidak terkalahkan pada masanya. Untuk itu kita harus mengembalikan kehidupan Islam ini dengan berjuang menegakkan kembali institusi penegak sistemnya, yakni Khil4f4h sehingga kemajuan pendidikan ini akan terulang kembali. Wallahu a’lam bisshawab.

Fatmawati [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *