Impor karena El Nino? Kan “Nano-Nano”

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh. Novida Sari, S.Kom.
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)

CemerlangMedia.Com — Melalui siaran pers, tim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) telah mengingatkan bahwa El-Nino berpeluang 50 hingga 60%. El-Nino sendiri merupakan sebuah fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah di atas kondisi normal. Nah, pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di wilayah Samudra Pasifik sehingga mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia sekaligus menjadi pemicu terjadinya kekeringan di Indonesia secara umum (bmkg.go.id).

Bill Mc Guire selaku profesor risiko iklim dan geofisikal di University College London, Inggris telah memperingatkan bahwa fenomena El-Nino akan membuat suhu dunia makin panas dan berdampak pada masalah pangan hingga biaya hidup. Beliau juga menyebutkan bahwa batas aman kenaikan suhu rata-rata global itu 15%. Jika di atas angka ini, maka kekeringan parah akan terjadi sehingga memangkas hasil panen di banyak belahan dunia (cnnindonesia.com, 28-1-2023).

Dampak El-Nino

Sob, sebenarnya fenomena El-Nino ini baru terjadi belakangan sekitar tiga hingga tujuh tahun sekali. Fenomena ini tetap akan terjadi jika perubahan iklim tetap (meningkat). Jika perubahan iklim meningkat lagi, maka bisa dipastikan keberulangan fenomena El-Nino juga akan makin sering.

Ketika El-Nino menyapa, setidaknya ada empat dampak yang akan dirasakan:
Pertama, muncul berbagai macam penyakit mulai sakit demam, diare, dehidrasi hingga kolera. Udara juga semakin kering dan berdebu sehingga membuat iritasi mata dan menambah polusi udara.

Kedua, gagal panen. Hal yang wajar terjadi karena namanya tumbuhan pasti butuh air yang cukup. Sementara El-Nino membawa kekeringan yang membuat debit air berkurang.

Ketiga, perubahan suhu. El Nino akan memengaruhi suhu secara global di Indonesia khususnya wilayah yang berada di garis khatulistiwa. Perubahan suhu ini akan membawa kekeringan.

Keempat, kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Berkaca dari pengalaman tahun 2015 dan 2019 yang menjadi tahun yang cukup ekstrem untuk fenomena El-Nino. Dari data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), luasan karhutla seluas 2,61 juta hektare di 2015 dan seluas 1,65 juta hektare di 2019. Untuk 2023 sendiri, sejak Januari hingga Mei luasan karhutla itu sekitar 28ribu hektare, terbanyak di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Barat, dan Lampung (dataindonesia.id, 20-6-2023).

Kebijakan “Panik” Impor Beras

Demi menghadapi El-Nino, pemerintah berencana mengimpor beras dalam jumlah fantastis yakni 3 juta ton. Bahkan, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan telah meneken kotrak impor dengan India sebanyak 1 juta ton. Ini di luar sisa rencana impor yang 2 juta ton. Saat ini sudah terealisasi 415 ribu ton. Dikhawatirkan jika stok beras menipis, maka harganya akan mahal (katadata.co.id, 17-6-2023).

Padahal ya, Sob, panen raya perdana awal tahun 2023 telah menghasilkan padi yang melimpah di sejumlah daerah wilayah Jawa Barat (Kabupaten Karawang), Banten (Kabupaten Pandeglang), Jawa Tengah (Kabupaten Grobogan), yang menjadi sentra produsen beras nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri mencatat lahan panen wilayah ini seluas 2 ribu hektare, setiap hektare menghasilkan 8 ton padi. BPS memperkirakan luasan panen padi di Februari 2023 sebanyak 1,4 juta hektare dan puncaknya di Maret–April 2023 (mediaindonesia.com, 13-1-2023).

Di tempat lain, kelompok tani binaan Kodim 1619/Tabanan, Bali panen raya 16 Juni lalu. Terus, Sob, masyarakat desa Wargabinangun, Cirebon mengadakan tasyakuran sedekah bumi panen raya karena hasil padi yang melimpah.

Kebijakan “Nano-Nano”

Keberhasilan para petani hingga panen raya merupakan prestasi yang patut diacungi jempol dan diapresiasi. Namun sayangnya, pemerintah lebih ‘doyan’ impor sejak 2018. Serbuan impor beras ini pasti memukul nasib para petani. Apalagi harga beras Indonesia itu yang termahal di antara negara di Asia Tenggara di dekade terakhir.

Dalam laporan Indonesia Economic Prospect Desember 2022 menyebutkan bahwa harga eceran beras Indonesia 28% lebih tinggi dari harga di Filipina dan dua kali lipat harga di Vietnam, Kamboja, Myanmar, dan Thailand (Katadata, 3-1-2023). Oleh karenanya, kekhawatiran akan harga beras yang tinggi karena stok yang menipis kurang tepat.

Impor beras juga dapat membuat jera para petani di masa yang akan datang. Keberpihakan pada petani lokal terasa makin jauh dan tidak menguntungkan. Jika kebijakan ini dibiarkan tentu akan membahayakan kedaulatan pangan negeri. Jangan sampai fenomena alam seperti El-Nino ini dijadikan kambing hitam untuk membuat kebijakan yang menguntungkan satu pihak, tetapi merugikan pihak lain. Bak permen “Nano-Nano”, ada manis, asam, dan asin. Dari satu kebijakan menghasilkan rasa manis untuk segelintir pihak, tetapi tidak untuk pihak lainnya. Kalau begini kan, nggak asik!

Khatimah

Islam telah mewajibkan negara untuk melindungi warga negaranya. Pemenuhan kebutuhan pokok termasuk pangan akan menjadi prioritas negara. Pengadaan pangan oleh pihak asing yang menyebabkan ketergantungan akan ditiadakan. Hal ini dinilai sebagai ancaman bahkan bisa membuat negeri muslim dikuasai oleh asing. Padahal Allah Swt. telah melarang hal itu terjadi sebagaimana Firman Allah Swt.

وَلَنْ يَّجْعَلَ اللّٰهُ لِلْكٰفِرِيْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ سَبِيْلً
Artinya: “Dan Allah tidak akan pernah memberikan jalan bagi orang kafir untuk menguasai orang beriman.” (TQS An Nisa: 141)

Selagi kaum muslim berpegang teguh dengan syariat yang diturunkan termasuk pengurusan pemenuhan pokok oleh negara, maka kebutuhan rakyatnya akan terjaga. Berbeda dengan aturan sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan dan negara, fenomena alam pun dijadikan alasan untuk membuat kebijakan yang menguntungkan segelintir pihak. Oleh karena sekularisme itulah jalan yang disebutkan oleh Allah menguasai orang beriman.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya semua jalan penguasaan yang menguasai orang beriman di-recycle dan diganti dengan jalan yang diridai oleh Allah Swt.. Apalagi kalau bukan penerapan Islam secara kafah. Wallahu a’lam. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *