Oleh. Novida Sari, S.Kom
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Masih ingat kan Sob, beberapa waktu lalu Indonesia dinobatkan menjadi tuan rumah piala dunia U-20 2023. Namun, tiba-tiba muncul kegaduhan, sehingga pihak FIFA (Federation Internationale de Football Association) membatalkan drawing di Bali per tanggal 31 Maret. Pencabutan ini terjadi karena adanya gelombang penolakan dari berbagai kalangan, karena hadirnya Timnas Israel U-20 sebagai peserta. Hal ini berbuntut pada pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Akibatnya, Timnas U-20 Indonesia-pun tidak bisa tampil dalam kompetisi ini (bola.net, 4/4/2023).
Atas sikap pembatalan FIFA sepihak ini, terlihat jelas adanya pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat. Pihak yang pro mengatasnamakan kemanusiaan, karena sudah menjadi rahasia umum bahwa Israel itu hobi banget mencaplok wilayah Palestina, dan tidak satu dua kali membombardir Palestina. Sementara yang kontra malah menyayangkan, karena menurut mereka sepakbola itu tidak perlu dihubung-hubungkan dengan agama dan politik. Apalagi katanya nih Sob, Indonesia itu nggak punya hubungan diplomatik sama Israel. Apa benar demikian?
Hubungan Bisnis yang Kuat
Sob, setuju tidak kalau hubungan pertemanan antara dua bangsa tidak melulu hubungan diplomatik? Nah, ternyata Indonesia dengan Israel itu punya hubungan bisnis yang kuat lho! Emanuel Shahaf, salah seorang pengusaha Israel yang juga Wakil Ketua Kamar Dagang Israel-Indonesia mengatakan hubungan dagang kedua negara, bahkan sudah terjalin sejak era Presiden Soeharto yakni sekitar 1970 an. Di mana batu bara yang menjadi kunci utama relasi dagang antara keduanya.
Shahaf juga menyebutkan bahwa pada tahun 2008, nilai perdagangan Indonesia dan Israel bahkan mencapai US$900 juta, dan sebanyak US$300 jutanya berasal dari komoditas batu bara. Namun ini tidak pernah digembar-gemborkan karena alasan politik. Shahaf menyayangkan tidak ada hubungan diplomatik, sehingga semua urusan bisnis tidak ada payung politiknya.
Dari info ter-updatenya nih Sob, data Kementerian Perdagangan pada tahun 2022 menyebutkan bahwa total nilai ekspor Indonesia ke Israel mencapai USD 185,6 juta, naik sekitar 14% jika dibanding dengan tahun sebelumnya. Total nilai impor dari Israel juga naik sekitar 80% (yoy) ke USD 47,8 juta. Dan ternyata ketika dilihat secara kumulatif selama periode 2018-2022, nilai ekspor Indonesia ke Israel sudah tumbuh sekitar 11%, sedangkan nilai impornya tumbuh 0,9%.
Dilema antara Politik dengan Bisnis
Pihak pemerintah Indonesia telah mengatakan bahwa, meski aktif melakukan ekspor-impor, Indonesia menolak hubungan diplomatik dengan Israel. Dan sikap ini termaktub dalam Peraturan Menteri Luar Negeri (Permenlu) Bab X Nomor 3 Tahun 2019, yang berbunyi: “Sampai saat ini Indonesia tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel, menentang penjajahan Israel atas wilayah dan bangsa Palestina, karenanya Indonesia menolak segala bentuk hubungan resmi dengan Israel.”
Akan tetapi, Permenlu ini tampaknya nggak berlaku deh buat piala dunia U-20 2023. Meskipun pergelaran di Indonesia tidak jadi, akan tetapi pecahnya sikap antara penguasa hingga masyarakat ketika peserta dari Israel mendarat di Indonesia, menandakan bahwa kita mengalami inkonsistensi politik identitas. Politik identitas yang dipegang negeri ini keliatan untuk meng-cover satu tujuan tertentu, yakni keuntungan.
Politik Identitas Islam
Demokrasi sebagai sebuah sistem memang meniscayakan keterbukaan untuk semua ide, namun tampaknya tidak untuk Islam. Sudah menjadi rahasia umum, kalau Islam kerap menjadi sasaran berbagai narasi, isu, juga tuduhan yang tidak mendasar. Tuduhan radikalis, dan teroris kerap menghiasi berita negeri. Seolah Islam penyebab rusaknya generasi. Padahal kelompok kriminal bersenjata (KKB) sudah lama bercokol dan mengancam kesatuan negara, belum lagi pejabat yang korup, media yang merusak, juga konser-konser yang jauh dari identitas seorang muslim dijembatani. Akan tetapi, yang berhubungan dengan Islam dan rasa ukhuwah (persaudaraan) sesamanya malah seperti diabaikan.
Allah Swt. berfirman di dalam surah Al Ahzab ayat 51:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُوْدَ وَالنَّصٰرٰٓى اَوْلِيَاۤءَ ۘ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۗ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاِنَّهٗ مِنْهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu jadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia (mu); mereka itu satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
Tampak jelas bahwa Allah Swt. melarang kita untuk temenan sama orang Yahudi dan Nasrani, apalagi kalau sampai jadi besti. Sebagai seorang muslim, identitas kita harus sesuai dengan ajaran Islam. Ketika kita melakukan aktivitas di muka bumi, maka tujuan yang ingin kita raih haruslah dilakukan demi mendapat rida Allah Swt., bukan untuk mencapai kepentingan bisnis atau sekadar keuntungan semata.
Allah Swt. juga telah memperingatkan kita bahwa,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا۟ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ ٱلْبَغْضَآءُ مِنْ أَفْوَٰهِهِمْ وَمَا تُخْفِى صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلْءَايَٰتِ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS Ali Imran: 202).
Khatimah
Umat Islam harusnya menyadari bahwa politik identitas Islam merupakan sebuah keniscayaan yang wajib untuk diterapkan mulai dari level individu, keluarga sampai dengan negara. Pemuda juga harus ikut campur membangun islamisasi politik, konsisten dalam mengedukasi umat Islam, bahwa Islam adalah solusi. Sehingga permasalahan negeri ini dan negeri-negeri kaum muslim lainnya dapat terselesaikan.
Pemuda harus optimal membangun politik identitas Islamnya tanpa keraguan. Akidah dan khil4f4h merupakan dua syarat mutlak agar konsisten dalam berpolitik identitas. Tidak boleh ada inkonsistensi politik dalam menjalankan amanah, baik di ranah politik, bisnis, maupun olahraga. Tidak ada identitas lain yang lebih sempurna daripada Islam.
Kalau hari ini, khil4f4h yang melindungi rakyatnya dari sifat kemunafikan politik identitas belum tegak. Maka tugas kita mengupayakan untuk menegakkannya kembali. Karena Islam tidak mungkin menjadi pedoman jika hanya tinggal di kitab suci saja. [CM/NA]