Perpanjang Masa Kerja, Kok Pake Syarat Staycation?

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh. Novida Sari, S.Kom.
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)

CemerlangMedia.Com — Sob, udah dengar belum? Beberapa waktu lalu, publik geger gegara ulah seorang atasan kepada seorang karyawati yang bekerja di wilayah Bekasi. Pasalnya nih, karyawati cantik berinisial AD (24) kerap mendapat godaan yang mengarah kepada pelecehan seksual. Ternyata, setelah bekerja di perusahaan produk kecantikan itu, AD sering diajak untuk berhubungan badan atau staycation di kamar hotel oleh atasannya sendiri. Jika tidak, atasannya ini mengancam untuk melakukan pemutusan kontrak kerja (wartakota.tribunnews.com, 10/5/2023).

I Gusti Ayu Bintang Darmawati selaku Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, menilai bahwa perbuatan ini merendahkan martabat perempuan. Ia menegaskan, bahwa setiap pekerja perempuan di Indonesia berhak dilindungi dari segala bentuk diskriminasi dan kekerasan dalam ketenagakerjaan. Ia mengatakan bahwa Kementerian Ketenagakerjaan RI dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Bekasi tengah berkolaborasi dalam menangani dan menelusuri kebenaran kasus ini.

Tulang Rusuk Rasa Tulang Punggung

Sob, ngerasa nggak sih kalau makin ke sini tuh, posisi perempuan itu kian bergeser dari tulang rusuk menjadi tulang punggung. Tidak dipungkiri, kaum feminisme dengan dukungan sistem hari ini, kian mendorong agar perempuan bekerja demi memperoleh kemandirian serta mengambil peran sebagai aktor ekonomi dan pembangunan, bahkan tidak boleh kalah dengan laki-laki. Dengan kata lain, perempuan berdaya oke, bekerja makin kece.

Akibatnya, jumlah pekerja perempuan makin hari makin banyak, sementara pekerja laki-laki makin menurun. Tahun 2019 saja, partisipasi kerja perempuan sebanyak 55,51%, lalu tahun 2020 naik menjadi 61,26%, terus tahun 2021 sebanyak 66,35%. Namun, jumlah partisipasi kerja laki-laki tahun 2019 sebanyak 82,59%, lalu tahun 2020 sebesar 71,20%, terus tahun 2021 mengalami penurunan sebesar 69,39%. Pekerja perempuan memang lebih diminati dari pada pekerja laki-laki. Sudah menjadi rahasia umum kalau perempuan itu multitasking, ulet dan mau digaji lebih rendah. Belum lagi asumsi masyarakat yang memandang rendah perempuan yang hanya di rumah.

Namun, fakta menunjukkan bahwa dorongan perempuan untuk berdaya dan mandiri ini belum beranjak dari kemiskinan, diskriminasi, kekerasan, dan juga berbagai klaim persoalan perempuan yang dihembuskan oleh pegiat feminisme. Meski pemerintah sudah mengeluarkan berbagai kebijakan dan program untuk mendukung dan memperkuat pemberdayaan perempuan di berbagai sektor, tapi tetap saja tidak mampu menjawab segudang persoalan kesejahteraan. Karena bagaimanapun, jumlah pekerjaan di lapangan itu tetap, meskipun kesempatan pekerja perempuan bertambah, otomatis mengurangi jumlah kesempatan kerja bagi laki-laki.

Belum lagi resiko kekerasan. Selain yang dialami oleh AD, ternyata sepanjang tahun 2022 kekerasan berbasis gender terhadap pekerja perempuan diadukan sebanyak 112 kasus kepada Komnas Perempuan. Dari data ini, 58 kasus di antaranya dilakukan oleh bos/ majikan, termasuk 4 di antaranya dialami perempuan pekerja rumah tangga, 11 kasus yang dilakukan perusahaan dan 43 kasus dilakukan rekan kerja.

Menggenggam Hukum Mandul Sekuler

Kerasnya himpitan ekonomi hari ini membuat banyak perempuan menampung lebar program pemberdayaan ekonomi dan mendengar suara-suara kaum feminisme agar kian gencar menjadi perempuan yang mandiri. Padahal kenyataannya, program ini tidak mampu menyelesaikan masalah kemiskinan dan kebodohan bangsa. Membuat perempuan ke luar dari rumah sesungguhnya melawan fitrah. Sosok lembut yang keibuan memiliki peran sebagai pendidik dan menyiapkan generasi telah diubah perannya menjadi penggerak ekonomi atas nama kesejahteraan dan kemandirian. Iming-iming bahagia dengan posisi sebagai tulang punggung diri dan keluarga, ternyata membahayakan serta menjadi ancaman, dan rawan penindasan terhadap kehormatan perempuan.

Ketika ia sukses sekalipun dalam kemandirian finansial, kenyataannya membuat perempuan kian jauh dari tatanan syariat, dan inilah yang diinginkan oleh musuh Islam. Perempuan memang mandiri dari sisis ekonomi, namun perempuan menjadi pemutar roda industri kapitalis. Jika sudah seperti ini, hegemoni kapitalisme global kian langgeng, semakin menjauhkan umat dari pemahaman dan aturan Islam. Alhasil, generasi masa depan pun terancam.

Perempuan dalam Kacamata Islam

Sob, sekularisme itu benar-benar berbeda dengan Islam. Hidup dengan sistem sekuler sama aja dengan tidak mengakui hak prerogatifnya Allah Swt.. Bukankah Allah Swt. telah jelas menantang kita dengan mengatakan,

اَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ
Artinya: “Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya).” (QS Al Maidah: 50)

Islam tidak menganggap perempuan itu sebagai bagian yang terpisah dari laki-laki. Keduanya sama-sama bagian dari masyarakat. Jadi, nggak bakal dikenal tuh sebutan masyarakat kelas 1 dan kelas 2. Meski Laki-laki dan perempuan punya peran yang berbeda secara fitrah, bukan berarti meninggikan peran yang satu dan merendahkan peran yang lain, yang membedakannya hanyalah tingkat ketakwaan.

Propaganda dari kaum feminism harus diwaspadai, karena bagaimanapun ide yang mereka emban itu berasal dari orang Barat yang sekuler. Oleh karenanya, tidak heran bila ide mereka makin hari makin terlihat kosong dan tidak menuntaskan masalah. Ya wajar aja sih, aturan yang mereka adopsi berasal dari pemikiran manusia yang terbatas dan kurang.

Kasus perpanjang kontrak kerja yang aneh-aneh seperti yang menimpa AD ini, nggak bakal ditemuin deh kalau pakai aturan yang berasal dari Allah Swt.. Aturan dari Zat Mahabenar, pasti membawa kemaslahatan dan rahmat bagi sekalian alam. Tinggal kita aja nih, apakah siap bergerak menyampaikan dakwah Islam dan rida diatur syariat Islam? [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *