Oleh. Choirin Fitri
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Bulan mulia Ramadan telah berlalu. Berganti bulan Syawal, bulan lebaran. Lalu, gimana kabar ibadah pasca Ramadan buyar? Apakah ambyar? Ataukah tetap berkualitas kece badai seperti saat Ramadan masih di tangan?
Sungguh rugi banget ya jika tetiba takwa ambyar selepas Ramadan. Apalagi sejatinya bulan Ramadan bukan bulan menumpuk amal. Ramadan adalah bulan menempa amal alias membiasakan ketaatan. Pasca Ramadan, tentunya takwa yang kudu digenggam.
Hal ini sama persis dengan harapan Allah di ayat yang pasti viral di bulan Ramadan. Tepatnya surah Al-Baqarah ayat 183. Firman Allah yang meminta kita berpuasa agar kita menjadi orang yang bertakwa. Hafal dong ya?
Allah Swt. berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Takwa itu apa sih? Secara umum, kaum muslimin memahami takwa artinya mematuhi segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Umar bin Khattab, sahabat sekaligus mertua Rasulullah menyatakan bahwa takwa itu ibarat orang yang melewati jalan berduri. Mau enggak mau, dia kudu hati-hati agar tak terkena duri.
Nah, takwa pun begitu. Orang yang menggenggam takwa enggak bakal sembarangan melakukan amal. Dia bakal bertanya-tanya, perbuatan ini boleh enggak ya dilakukan? Perbuatan ini haram atau halal ya? Allah rida enggak ya kalau aku berbuat semacam ini?
Pertanyaan-pertanyaanya ini akan membuat ia senantiasa hati-hati. Ia bakal mengkaji dulu hukum syariat terhadap apa yang mau dilakukan. Ia enggak bakal sembarangan dalam berbuat.
Jika setelah dikaji, masuk jajaran perbuatan yang diperintahkan Allah, ia enggak segan untuk mengamalkannya. Sebaliknya, jika ia tahu bahwa perbuatan itu dilarang Allah, ia enggak bakal menyentuhnya sedikitpun.
Bagi seorang yang bertakwa, halal dan haram adalah standar hidup. Halal diterapkan. Haram ditinggalkan.
Seseorang yang bertakwa enggak bakal main-main dalam hidup ini. Dia enggak bakal ikut-ikutan yang viral demi mengejar tenar di mata manusia, jika yang viral itu salah kaprah. Tren joget-joget sambil mempertontonkan aurat enggak bakal dilakukan. Why? Karena, ia tahu kalau perbuatan semacam ini diharamkan oleh Allah.
Orang yang bertakwa juga enggak bakal ninggalin amal-amal kece badai yang sudah ditempa di bulan Ramadan. Meski enggak puasa wajib, ia bakal melakukan puasa sunah. Puasa Senin-Kamis, tengah bulan, Daud, dan berbagai puasa sunah lainnya. Salat sunah rawatib, Tahajud, Duha, dan witir pun enggak bakal ditinggalin. Tilawah Al-Qur’an juga tetap istikamah.
Orang yang bertakwa enggak hanya jadi umat ramadani. Hanya taat dan takwa saat Ramadan. Ia akan menjadi umat yang Rabbani. Takwa dan taatnya tetap dijaga selepas Ramadan. Bukan Ramadan buyar, takwa ambyar. Bisa berabe urusan. Kok bisa?
Ingat ya, Allah itu Rabb saat bulan Ramadan. Allah pun Rabb di luar bulan Ramadan. So, enggak kece banget jika kita hanya taat saat Ramadan aja. Iya enggak?
Emang sih menjaga istikamah itu berat karena yang ringan namanya istirahat. Namun, pahala istikamah itu luar biasa. Bahkan, Allah lebih suka amal yang sedikit tetapi istikamah, daripada banyak tetapi cuma dilakukan sesekali saja.
Dari ’Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah saw. ditanya mengenai amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah. Rasul saw. menjawab,
أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang rutin (kontinu), walaupun sedikit.” (HR Muslim)
So, jaga istikamah dalam ketaatan, dalam ketakwaan! Jangan sampai Ramadan buyar takwa ambyar, ya! [CM/NA]