Oleh. Novida Sari, S.Kom.
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan puncak demonstrasi atas protes rakyat atas meninggalnya seorang remaja 17 tahun keturunan Aljazair, Nahel M, telah berlalu. Kementrian Dalam Negeri Prancis menyebutkan, polisi telah menangkap 3.846 orang sejak 27 Juni 2023 lalu. Selain itu, lebih dari 260 kantor polisi menjadi sasaran warga, 808 orang penegak hukum terluka, hampir 5.900 kendaraan serta 1.105 bangunan dibakar (internasional.republika.co.id, 5-7-2023).
Awalnya, polisi mencoba menghentikan Nahel karena pelanggaran aturan lalu lintas. Salah satu oknum polisi menodongkan senjata melalui jarak dekat melalui jendela. Lalu mobil korban beberapa puluh meter hingga menabrak. Ternyata, Selasa malam (27-6-2023) terjadi kerusuhan. Unjuk rasa yang dilakukan di kota Nanterre diwarnai dengan menyalakan api, membakar mobil, menyerang kantor polisi, dan merusak fasilitas umum seperti bus dan halte (news.detik.com, 2-7- 2023).
Keluarga Nahel menyerukan agar kekerasan dihentikan. Bahkan nenek Nahel menuduh para perusuh menggunakan kematian cucunya sebagai alasan. Kerabat lain juga menegaskan hal yang sama, tetapi mereka bersikeras bahwa undang-undang terkait penggunaan kekuatan mematikan saat pemeriksaan lalu lintas untuk diubah. Kerabatnya juga mengungkapkan “sakit hati” mendapati kabar penggalangan dana yang digagas oleh komentator media sayap kanan bagi petugas polisi yang menembak Nahel. Kabar terakhir menyebutkan dana yang terkumpul 1,1 juta euro dan terus bertambah (liputan6.com, 4-7-2023). Sob, Bagaimana sih, sebenarnya pola pikir masyarakat Prancis?
Pengidap Islamofobia Akut
Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi ya, Sob, kalau Prancis itu mengidap penyakit bernama “islamofobia”. Meski menjunjung tinggi kebebasan, tetapi kenyataannya kebebasan itu bukan untuk beragama, khususnya untuk Islam beserta identitasnya. Prancis telah sengaja melarang penggunaan cadar. Tak tanggung-tanggung, penyengajaan ini diikat dengan undang-undang sejak 2010 dengan alasan keamanan. Buat yang melanggar, siap-siap dipaksa membayar denda sebesar 150 euro (Rp2,4 juta).
Presiden Prancis sendiri menjadi bukti betapa Prancis membenci Islam. Ia pernah membuat pernyataan kontroversi yang menuduh Islam adalah negara yang mengalami krisis di seluruh dunia. Bahkan Macron-lah yang mengajukan undang-undang “separatisme Islam” yang telah disahkan.
Macron juga menganggap enteng masalah karikatur penghinaan Rasulullah saw. atas nama kebebasan berekspresi. Tak heran jika dunia mengenal istilah “Macronisme”, sebuah ungkapan kebencian Prancis kepada Islam.
Bahkan di masa lampau, saat masih ada khalifah, Prancis pernah bermimpi untuk berani membuat teater Rasulullah saw.. Namun, mimpi itu dihentikan oleh Sultan Abdul Hamid II yang siap mengobarkan jihad besar membela junjungannya tercinta.
Penganut Rasisme
Konsep kebebasan yang dijunjung tinggi Prancis telah menghasilkan masyarakat yang rasis. Ravina Shamdasani selaku Juru Bicara (Jubir) Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-bangsa (OHCHR) mengatakan kalau Prancis harus menyelesaikan masalah rasisme dalam badan penegak hukum dalam negerinya.
Shamdasani juga menyebutkan momen penembakan pemuda 17 tahun ini merupakan momen bagi Prancis untuk serius menyelesaikan masalah rasisme dan diskriminasi rasial dalam penegakan hukum. Nah, lho, tuduhan rasis bukan datang dari keluarga korban dan kaum muslim saja, kan?
Bahkan rasisme juga merambat ke berbagai bidang, di sepakbola misalnya. Usai kalah adu pinalti dari Argentina pada perhelatan Piala Dunia 2022 lalu, julukan pemain Prancis kulit hitam bergema di lapangan dan berbagai sosial media. Terus pemain berbakat, Karim Benzema juga pernah dilecehkan karena bukan asli Prancis. Ia pernah mengeluhkan, saat mencetak gol ia menjadi orang Prancis, tetapi jika tidak mencetak gol, ia menjadi orang arab. Tragis bukan?
Lupa Sejarah
Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, termasuk bagi yang bukan pemeluk Islam. Saat ada yang meminta pertolongan, pemimpin tertinggi Islam (khalifah) akan ringan tangan membantu. Adalah Raja Francis I pernah memohon kepada Sultan Sulaiman Al-Qanuni agar ia dibebaskan dari tawanan kerajaan Spanyol. Terbayang ya, Sob, apa jadinya sebuah negara jika rajanya ditawan.
Akhirnya di bawah pimpinan Barbarosa, laksamana laut Turki Utsmani yang piawai, akhirnya kota-kota Prancis dapat dibebaskan, raja dapat lepas dari tawanan, bahkan Kota Nice dan Pulau Korsika dapat ditaklukkan.
Bahkan Sultan Sulaiman Al-Qanuni bisa memengaruhi undang-undang Prancis menurut pendapatnya. Pada saat Prancis ingin mengadakan tarian dansa yang dilakukan laki-laki dan perempuan, Sultan Sulaiman melarangnya agar tidak menyebar kerusakan di masyarakat Prancis. Gimana nggak rusak ya, kan, Sob, tarian itu dilakukan di depan umum, ada ikhtilatnya, terus menyentuh lawan jenis yang tidak halal, apalagi pakaiannya itu, sangat jauh dari syiar Islam. Wajar, jika sultan marah dan menggertak Prancis untuk menghancurkan negeri mereka jika tindakan mesum alias maksiat itu tidak dihentikan. Walhasil, Prancis pun menghentikan keinginannya itu selama 100 tahun.
Nyawa Seorang Manusia
Islam sangat memandang nyawa seorang manusia, tidak peduli ia laki-laki atau perempuan, muslim atau nonmuslim, atau mau dari mana pun asalnya, juga mau apa pun warna kulitnya, tanpa terkecuali. Bahkan Allah Swt. telah menyebutkan dalam Al-Qur’an, “Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.”
Terlebih lagi pada nyawa seorang muslim, Rasulullah saw. bersabda,
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ
“Hilangnya dunia itu lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang mukmin tanpa alasan yang hak.”
Khatimah
Islam tidak mengenal kata perbedaan. Yang berbeda di hadapan Allah hanyalah ketakwaan Individu. Seorang individu dalam negara Islam akan memiliki syahsiah (kepribadian) Islam yang terbentuk dari dua hal, yakni pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah). Aqliyah dan nafsiyah ini sudah pasti berlandaskan Islam. Dalam Islam, negaralah yang menjadi menjadi pihak utama dalam membentuk dan menjaganya melalui support system yang dibutuhkan untuk mewujudkannya. Oleh karenanya, apa yang menimpa pemuda muslim keturunan Aljazair di Prancis ini tidak akan ditemui dalam Islam.
Negara juga akan segera menindak jika ada pihak yang mencoba memprovokasi juga menghina Islam dan segala identitasnya, juga menghilangkan berbagai rintangan kesulitan yang dirasakan oleh kaum muslim. Hal ini telah terbukti pada saat ada institusi Khil4f4h yang menyatukan kaum muslimin di tengah beragamnya latar belakang yang ada. Apalagi ide rasis disebut Rasulullah saw. dengan seruan jahiliah, sabda beliau saat Haji Wadak,
“Ingatlah bahwa Rabb kalian itu satu dan bapak kalian juga satu. Dan ingatlah, tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang ajam (non-Arab), tidak pula orang ajam atas orang Arab, tidak pula orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, dan tidak pula orang berkulit hitam di atas orang berkulit merah, kecuali atas dasar ketakwaan.” (HR Ahmad dari jalur Abi Nadhrah)
So, masih mau rusuh karena rasis? Nggak banget, deh. Nah, Tugas kita berikutnya, menyediakan kembali intitusi Khil4f4h-nya. Dengan institusi ini, dijamin rasisnya bakal minggat. [CM/NA]