Oleh: Rizki Sahana
(Aktivis Muslimah)
CemerlangMedia.Com — Langsung nanya, ah!Apa kabarnya hati? Iya, hati kamu? B aja atau sedang berbunga-bunga, dag dig dug, gak karuan? Menggigil karena terserang virus merah jambu? Ngaku aja, hayo!
Kamu sudah mulai salting saat disebut namanya? Atau berdebar-debar saat ketemu tanpa sengaja di jalan? Atau melambung saat liat story-nya? Hufh! Ada apa dengan cinta? Hehe, sabar. Kita akan bahas tuntas, spesial buat kamu.
Jadi, teman-teman, ketika sedang jatuh cinta, kita memang sering kali dihadapkan kepada dua pilihan. Pertama, hanyut dalam perasaan cinta yang menggebu. Kedua, menolak perasaan cinta yang bergejolak dalam jiwa.
Jika mengambil pilihan pertama, akhirnya kita jadi menikmati dan meresapi rasa cinta tadi, dari pagi, siang, sore, hingga malam. Bahkan, bisa berangan-angan tanpa henti. Halu, gitu.
Nah, sebaliknya, jika mengambil pilihan kedua, kita akan merasa gak nyaman sekaligus merasa berdosa. Takut, tetapi di sisi lain sakit. Bingung mesti berbuat apa. Dihantui tanya yang bikin galau gak kelar-kelar, “Salahkah aku jatuh cinta?”
Oke, jadi gini, teman-teman. Adalah hal yang manusiawi dan normal ketika kamu sedang di fase fall in love. Ini karena setiap kita, alaminya merasakan ketertarikan kepada lawan jenis. Jadi, ya, wajar aja. Itu tandanya kamu normal.
So, gak perlu merasa bersalah kalo sedang jatuh cinta. Akan tetapi, bukan berarti kita bebas, lepas tanpa batas dalam mengekspresikan cinta. Sebab, kita bisa jatuh kepada derajat hewani jika mengumbar syahwat sesuka hati, padahal kita sejatinya adalah makhluk mulia karena Allah beri akal sebagai pembeda.
Jadi, meskipun jatuh cinta adalah fitrah, manusiawi, dan hal yang wajar adanya, tetapi tetap butuh S dan K agar ekspresi rasa cinta tidak melahirkan kerusakan dan kesengsaraan. S dan K tersebut Allah desain untuk menjaga kehormatan dan kemuliaan manusia. S dan K itu tidak lain adalah syariat Islam.
Terkait ekspresi cinta, maka Islam hanya menghalalkan pernikahan sebagai jalan legalnya. Selainnya, seperti pacaran, ttm, fwb, dan seterusnya, dilarang secara tegas.
Kenapa? Karena pernikahan adalah satu-satunya yang menjamin kesucian pasangan (suami/istri), menjamin terwujudnya hak dan kewajiban pasangan yang penuh tanggung jawab, serta menjamin kemuliaan keduanya di mata manusia dan Sang Pencipta.
Friend with benefit, misalnya. Temenan, tetapi berjanji untuk saling menguntungkan, termasuk bisa saling menikmati hubungan seks tanpa komitmen apa-apa. Bukan hanya melahirkan moral hazard, tetapi membuat penularan penyakit kelamin makin merajalela.
So, wajib bagi kita menjaga kesucian dan kemuliaan cinta yang awalnya memang fitrah. Jangan pernah menodainya. Sebab, cinta suci itu adalah cinta yang dilandasi ketaatan kepada Allah. Berbeda dengan cinta buta yang berbalut nafsu semata.
Cinta suci inilah cinta yang sesungguhnya. Cinta semacam ini akan menjadi jalan keselamatan hingga ke surga.
Caranya bagaimana? Yakni dengan taat kepada syariat, taat kepada rambu-rambu yang sudah Allah tetapkan.
Pertama, bagi yang mampu, bersegeralah menikah. Mampu dalam hal apa? Gak hanya secara biologis, tetapi juga mental. Sebab, berumah tangga itu gak selalu lurus-lurus saja, akan ada banyak tantangan di dalamnya.
Kedua, butuh kesiapan ilmu juga. Jangan sampai, gara-gara gak cukup ilmu, rumah tangga berubah menjadi rumah nestapa. Hanya air mata dan amarah yang ada di dalamnya. Seram, kan? Oleh karena itu, perlu belajar banyak hal, apalagi teman-teman masih punya kesempatan yang terbuka lebar. Lalu, bagaimana dengan yang belum mampu menikah?
Jangan khawatir, syariat mengatur tentang hal ini. Allah perintahkan kita untuk menjaga pandangan, menahan mata dan jempol. Gak gampang ngasih love atau komentar di status laki-laki asing yang bisa berpotensi memunculkan masalah hati.
Berikutnya jangan stalking medsos si dia terus. Stop kepoin apa pun tentangnya. Banyakin istigfar untuk meredam gejolak rasa dalam dada.
Selanjutnya, tahan pergaulan. Hindari berdua-duaan dan bercampur baur dengan lawan jenis yang bukan mahram. Pegang kuat prinsip ini.
Gak masalah terlihat asing dan berbeda dari yang lain. Gak masalah dibilang makhluk langka. Bukankah berlian juga langka dibandingkan arang? Menjadi langka karena Allah itu istimewa!
Jangan lupa untuk berpuasa dan memperbanyak aktivitas lain yang berfaedah. Ini adalah amalan yang dianjurkan bagi mereka yang belum siap menikah.
So, sekarang udah tahu, kan, apa yang mesti dilakukan kala cinta melanda? Pilihannya cuma dua. Pertama menikah. Kedua, bersabar, yakni bersabar taat kepada perintah dan larangan Allah. Lagi pula, yang menikah bukan cuma dapat hepi-nya aja, kan? Namun, akan menghadapi fase kehidupan baru yang tantangannya pasti berbeda dengan saat menjomlo.
Yuk, bisa, yuk! Menjaga cinta agar tetap suci dengan menaati perintah Ilahi. Semangaaat! [CM/NA]
Views: 16






















