Iman dan Ujian

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

#30HMBCM

Oleh: Muslihah

CemerlangMedia.Com — Bismillahirrahmanirrahim

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اَحَسِبَ النَّا سُ اَنْ يُّتْرَكُوْۤا اَنْ يَّقُوْلُوْۤا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَـنُوْنَ
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman” dan mereka tidak diuji?” (QS Al-‘Ankabut 29: 2).
__________________
Ayat ini mengingatkan aku pada saat awal hijrahku. Saat itu aku sedang hamil tua, mengandung anak keempat. Ia lahir dengan operasi caesar karena tak kunjung ada tanda persalinan, sementara usia kehamilan sudah cukup bulan. Ternyata dokter bilang air ketubannya sudah keruh berwarna hijau.

Ia lahir dengan berat badan normal dan dan alhamdulillah lengkap seluruh anggota tubuhnya, dengan kulit putih bersih. Namun, pada bulan keempat, ia menderita batuk dan tak kunjung sembuh.

Dokter khawatir ia menderita paru-paru. Akan tetapi, setelah terapi obat yang diberikan habis, tak ada perubahan sama sekali selain tubuhnya yang makin kurus. Dokter menyarankan agar ia dibawa ke RSUD Dr Soetomo untuk menjalani berbagai pemeriksaan agar segera diketahui penyebab dari sakitnya.

Saat itu, aku dan suami tidak menghiraukan saran dokter. Hal itu semata karena keadaan ekonomi kami yang tidak memungkinkan. Ditambah anak kami telah empat, tiga di antaranya juga masih kecil-kecil. Yang sulung baru berusia sembilan tahun. Di sisi lain, tempat tinggal kami yang di Sidoarjo cukup jauh dari RSUD dr Sutomo.

Maka kami tidak melakukan pengobatan apa pun selain ke poli gizi di puskesmas setiap sepekan sekali dan pijat refleksi serta herbal. Lambat laun batuk si kecil hilang dengan sendirinya. Akan tetapi, perkembangan fisiknya sangat memprihatinkan. Walaupun sudah dalam perawatan Puskesmas dan setiap kali dipantau, tetapi berat badan si kecil tak kunjung naik.

Hal itu berlangsung hingga usianya 17 bulan dan kondisinya makin memprihatinkan. Yang tampak kepalanya besar bagaikan hidrosefalus dan perutnya saja yang besar. Selain itu, tubunya hanyalah tulang berbalut kulit saja, keriput di mana-mana.

Jangan dikata dalam keadaan demikian tidak ada orang yang nyinyir dengan keadaan kami. Beberapa tetangga, saudara, kerabat bahkan keluarga sendiri termasuk orang tuaku. Mereka menganggap apa yang menimpa kami adalah karena dosa yang telah kami perbuat. Hal demikian tentu memperberat beban mental yang sedang yang aku derita.

Bersyukur aku memiliki banyak teman di kajian, termasuk guru spiritualku saat itu. Mereka senantiasa membesarkan hatiku.

“Setiap orang yang berhijrah menuju syariah pasti diuji dan inilah ujian jenengan.”

Itulah ucapan guru spiritualku saat itu. Hingga kini terhunjam kuat dalam ingatanku.

Mereka yang menganggap bahwa keadaan putriku yang demikian karena dosa yang kami lakukan. Sebab dalam pandangan mereka, bergabung dengan organisasi yang senantiasa menentang pemerintah adalah sesat. Padahal justru dengan bertemu mereka aku menemukan kebenaran yang yang tak bisa dimungkiri oleh hati nurani. Semua yang mereka katakan benar berdasar pada dalil Al-Qur’an dan hadis. Lalu, apa yang menjadikan aku ragu untuk tidak bergabung dengan mereka?

Kadang ucapan mereka mempengaruhiku. Dan aku bertanya pada diriku sendiri, benarkah aku tersesat? Dalam sujudku dalam hati, aku memohon kepada Allah, Rabb-ku agar menunjukkan jalan yang benar menurut-Nya. Tapi yang kudapat, hatiku makin mantap. Makin yakin bahwa kelompok inilah Hizbullah, penolong agama Allah.

Melihat keadaan putriku yang tidak kunjung membaik, firasatku mengatakan ia tidak akan berumur panjang. Akan tetapi, aku memohon kepada Allah, “Ya Allah, jika Engkau memanggilnya, maka biarkan ia dalam keadaan yang layak, dalam keadaan yang gemuk. Tidak lagi tulang berbalut kulit.”

Singkat cerita anakku mendapatkan perawatan di RSUD dr Soetomo selama enam minggu. Saat itulah mataku terbuka, dan menyadari aku tidak sendiri. Banyak anak-anak lain yang memiliki kondisi yang tak jauh berbeda dengan anakku, dengan penyakit yang berbeda atau bahkan lebih parah. Pastilah hati ibu mereka juga berat bahkan mungkin lebih berat dariku. Ada yang dari Banyuwangi, ia anak satu-satunya menderita leukemia, sementara sang ibu hanya buruh cuci. Ma syaa Allah.

Di sinilah kemudian aku mensyukuri keadaanku. Semiskin-miskinnya kami, tugasku hanya merawat si kecil. Meski aku harus berbulan-bulan menunggunya tanpa pulang menengok ketiga anak yang lain. Aku masih merasa beruntung. Ada kutemui bayi sakit parah yang mengakibatkan orang tuanya sampai bercerai karena tak tahan dengan beratnya hidup yang harus ditanggung. Sementara aku, punya suami yang selalu perhatian kepada aku dan anak-anak.

Tetapi setelah pulang, tiga bulan berikutnya ia menderita sesak. Lagi, ia harus masuk rumah sakit. Dan setelah dilakukan pemeriksaan dengan teliti diketahui ada kelainan saluran pernafasannya. Kali ini ia dirawat selama delapan minggu.

Terasa berat itu pasti. Yang membuat senantiasa kuat, aku pasrahkan semuanya kepada Yang Maha Kuat. Kusandarkan punggung pada Tuhanku. Kuletakkan hati dan pikiran pada Rabbku. Kuyakinkan dalam hatiku, “Tuhan, Engkau Maha Adil, Engkau tak pernah berbuat zalim kepada hamba-Mu.”

Melihat perkembangannya yang sangat baik, berat tubuhnya yang bertambah secara berkala, dan motoriknya yang menunjukkan perkembangan, maka dokter memperbolehkan pulang. Suami merasa anaknya sudah sehat meski belum seratus persen.

Pemeriksaan dan kontrol setiap hari Selasa untuk mengetahui apa penyebab utama ia mengalami gizi buruk. Suatu hari, kami mendapat petunjuk dari hasil laboratorium entah ke berapa kali, mungkin puluhan atau bahkan mencapai seratusan, aku tak menghitungnya. Ternyata ada parasit toksoplasma dalam tubuhnya. Wallahualam, lewat apa. Sebab, kami tak memelihara hewan sama sekali.

Seminggu kemudian, waktunya menjalani terapi, tetapi wajahnya pucat dan napasnya makin berat. Kami melarikan ke IGD RSUD Sidoarjo, yang terdekat dengan rumah kami. Di sana, anakku mengalami keadaan yang sangat memprihatinkan. Dokter sempat melakukan resusitasi pacu jantung paru dan alhamdulillah dia masih bisa diselamatkan. Tiga hari dirawat di ICU, Allah memanggilnya.

Aku merasa doaku dikabulkan. Saat putriku berpulang, tubuhnya telah proporsional. Terlihat gemuk dan lucu, bagaikan tidur nyenyak. Hanya saja terlihat seperti bayi berusia enam bulan, padahal dalam usia dua tahun.

Selama di ICU tak seorang pun saudara maupun kerabat, bahkan orang tuaku tak kami kabari. Itu sudah menjadi keputusanku. Sementara suami hanya mengikuti kemauanku. Aku memutuskan demikian karena merasa sudah tak mampu mendengar nyinyiran keluarga. Sebab, telingaku sendiri mendengar tentang prasangka mereka bahwa aku telah menempuh jalan yang sesat, bahkan ketika mereka meneleponku.

Saat ayah dan saudara-saudaraku takziah ke rumah, mereka melihat tamuku bagai air mengalir yang tak kunjung berhenti. Hingga aku tidak sempat untuk menemui sampai mereka pamit pulang. Hingga terlontar kekaguman dari ayah akan banyaknya tamuku saat itu.
___________
Semua itu, keadaan anakku yang sangat memprihatinkan sedemikian lama, nyinyiran tetangga dan saudara serta orang tua, semua itu adalah ujian bagiku dan suami, saat memulai hijrah dan menanamkan keimanan dalam benak kami. Semoga kisah ini bermanfaat bagi anda para pembaca.

Sidoarjo, 21 November 2025 [CM/Na]

Views: 1

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *