#30HMBCM
Oleh: Nurhy Niha
CemerlangMedia.Com — Namaku Amira, artinya pemimpin. Sayangnya, aku tak punya sifat kepemimpinan. Aku selalu kalah dan tak punya prestasi yang membanggakan. Mama sering sekali hanya diam ketika orang tua lain membanggakan anaknya. Aku sudah belajar dengan rajin, bahkan mengikuti les tambahan. Hasilnya, masuk 10 besar pun sulit.
Beberapa kali aku mengikuti lomba olahraga, bahkan menyanyi dan menari, tetap saja tak ada yang juara. Kadang aku berpikir, apa kelebihanku? Bila dibandingkan dengan Kak Khalid, bagaikan langit dan bumi. Dia sangat pintar dan jago main bola. Malu rasanya tak punya sesuatu yang dibanggakan.
Papa dan mama tak pernah membedakan aku dan kakak. Hanya saja aku sering minder ketika Kak Khalid pulang membawa piala sementara aku tak pernah sekalipun. Masa depan kakak sudah terlihat cerah. Kakak diterima jadi mahasiswa salah satu perguruan tinggi negri dari jalur prestasi.
“Ya Allah, aku juga mau masuk PTN, yang penting masuk aja, ga penting jalur apa,” batinku berdoa ketika kakak cerita diterima di kampus impian.
Dua tahun berlalu, kini giliranku untuk melanjutkan pendidikan di kampus impian. Aku berjuang lebih keras dari sebelumnya agar bisa masuk kampus impian. Walau aku memilih jurusan yang bukan impianku, namun aku tetap senang, yang penting masuk kampus impian.
Untuk pertama kali aku meninggalkan rumah, menempuh pendidikan di kampus impian. Rasanya campur aduk. Senang, tetapi sedih juga harus berpisah dengan mama. Aku sangat manja pada mama, tetapi aku harus kuatkan tekad demi menjemput impian.
Setiap mama telepon, aku pasti menangis karena kangen. Untuk menghilangkan rasa kangen pada orang rumah, aku menyibukkan diri dengan kegiatan di kampus dan luar kampus.
Tahun pertama, aku keteteran dengan kegiatan yang aku kerjakan. Aku sampai dirawat karena terkena asam lambung. Nilai semesterku kurang memuaskan karena terlalu banyak kegiatan. Aku mulai mengurangi kegiatan agar tetap sehat dan nilaiku bisa sesuai target.
Di kampus, aku punya beberapa teman dekat, mereka sangat pintar tidak sepertiku yang biasa saja. Aku bingung, kita satu jurusan, satu kosan, bahkan kegiatan kita tak ada beda, tetapi kenapa mereka sangat pintar. Mereka tak pernah jatuh sakit seperti aku.
“Apa aku tak datang saat pembagian kepintaran, ya?” tanyaku dalam hati.
Rumput tetangga memang kelihatan lebih hijau. Aku mau hijau seperti mereka. Mereka bisa, aku pun harus bisa, tetapi kenyataannya tak seperti itu. Papa dan mama tak pernah menuntutku untuk jadi seperti kakak atau anak lain yang berprestasi. Hanya aku saja yang selalu membandingkan diri dan merasa rendah diri.
Saat merasa galau dengan hidupku yang kurasa membosankan, aku bertemu teman sekolah di SMA. Putri namanya, dia tampak berbeda dengan baju gamis longgar dan kerudung panjang.
“Puput, ini aku Mira, teman satu SMA, kamu ingat aku?” tanyaku pada Putri.
“Mira, ah senangnya bisa ketemu kamu. Kita cari tempat untuk ngobrol yuk, kangen banget,” jawab Putri sambil memelukku.
Aku dan Putri mengobrol di taman dekat mesjid kampus. Putri cerita, dia sekarang aktif kajian karena jauh dari orang tua, jadi takut salah pergaulan. Aku lihat Putri yang lebih tenang dan menyejukkan. Rasanya aku ingin tenang seperti Putri.
“Kamu mau ikut kajian sama aku Mira? Sebentar lagi ada kajian,” tawar Putri.
“Boleh, kebetulan kelasku kosong. Kamu temani aku di sana, ya. Aku ga kenal siapa-siapa,” menerima tawaran Putri sambil berjalan ke mesjid.
Isi kajiannya bagus, membuatku tersadar tentang aku yang kurang bersyukur dengan apa yang aku punya. Kajiannya tentang Palestina yang masih dijajah walaupun ada kesepakatan two states solution. Aku selalu membandingkan diriku dengan orang yang lebih dariku baik, itu kakak atau temanku. Sementara di Palestina sana, mereka dijajah dalam segala keterbatasan, tetapi punya rasa syukur dan pantang menyerah.
Aku dan Putri sudah janjian untuk ikut kajian berikutnya minggu depan. Semoga aku bisa jadi lebih baik lagi dengan mendekatkan diri pada Allah. Alhamdulillah, aku dipertemukan dengan Putri yang mengajakku ikut kajian ini.
Aku makin sering ikut kajian bersama Putri. Bukan hanya kajian, tetapi aku juga mulai rajin melakukan ibadah sunah dan melakukan kegiatan sosial yang jarang sekali aku lakukan. Alhamdulillah, perubahan menuju ke arah yang lebih baik.
Masa perkuliahanku sebentar lagi berakhir. Satu semester lagi aku akan lulus. Selain kuliah, aku juga rutin mengisi kajian di beberapa sekolah. Tak pernah terpikir akan ada di titik ini. Aku hanya ingin meneruskan pendidikan di kampus impian, tetapi ternyata aku bisa berkontribusi dalam dakwah. Aku yang dulu selalu insecure bisa berdamai dan tau tujuan hidup.
Kita boleh saja melihat rumput tetangga tapi menjadi tidak boleh menjadi insecure karenanya. Banyak sekali yang ingin seperti rumput tetangga yang hijau, tetapi kita juga harus siap dalam merawatnya karena usaha tidak mengkhianati hasil. Setiap orang punya keunikan masing-masing. Ada yang pandai dalam akademis, ada yang ahli dalam seni dan olahraga, serta keahlian lainnya.
Waktu cepat sekali berlalu dan aku kembali ke rumah berkumpul bersama dengan papa dan mama. Kami tinggal bertiga karena Kak Khalid bekerja di luar kota. Senang rasanya bisa bersama lagi. Sambil menunggu panggilan pekerjaan aku membantu usaha peternakan papa.
Saat di jalan menuju peternakan, aku bertemu tetanggaku. Mereka bertanya kenapa aku tidak bekerja, padahal aku lulusan kampus ternama. Ada juga yang menyayangkan aku yang malah mengurus peternakan. Bahkan, ada yang membandingkan aku dengan anak tetanggaku yang bekerja menjadi ASN dan bekerja di perusahan ternama.
Beberapa hari aku kepikiran dengan omongan tetanggaku dan tidak bisa tidur. Rasa insecure itu datang lagi ketika mendengar cerita sukses anak tetangga. Ya, memang, rumput tetangga memang lebih hijau. Mungkin menurut tetangga, malah rumput kita lebih indah. Selama kita hidup, akan terus berurusan dengan omongan tetangga. Tergantung kita, mau fokus pada omongan mereka atau fokus mengembangkan diri kita.
Semangat untuk yang masih membandingkan dan dibanding-bandingkan. Bersyukur adalah salah kunci kebahagiaan.
(*Naskah ini tidak disunting oleh editor CemerlangMedia) [CM/Na]
Views: 1






















