Di Mana Ada Keluarga, di situ Ada Cinta

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

#30HMBCM

Oleh: Siti Aisyah

CemerlangMedia.Com — Makna keluarga dalam Islam adalah unit sosial terkecil yang dibangun di atas ikatan pernikahan syariat, dengan tujuan menciptakan keluarga sakinah, mawadah, dan rahmah (penuh ketenangan, cinta, dan kasih sayang). Keluarga juga merupakan pendidikan pertama bagi anak untuk membentuk karakter yang berakhlak mulia dan taat kepada Allah Swt., sekaligus menjadi benteng pertahanan dari hal-hal buruk serta sarana untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Cinta dalam arti keluarga, yaitu cinta tanpa syarat yang mengikat anggota keluarga, sering disebut storge, yang mencakup dukungan, pengorbanan, dan komitmen. Cinta ini bukan hanya tentang kata-kata manis, tetapi juga terwujud melalui tindakan sehari-hari, seperti kebersamaan, saling membantu, memecahkan masalah, merawat, dan menciptakan rasa aman serta nyaman bersama.

Keluarga adalah fondasi yang sangat kuat, tempat di mana kebahagian, dukungan, dan rasa aman dapat ditemukan. Keluarga sebagai sumber cinta yang tidak pernah berakhir dan tempat pertama kehidupan di mulai.

Keluarga sebagai tempat seseorang pulang untuk dapat merasakan kenyamanan, kebahagiaan, dan tujuan, serta tempat untuk kembali saat sedih atau senang. Ikatan keluarga yang kuat memberikan “akar” untuk berdiri teguh dan kuat, serta dukungan yang tidak bisa lepas meskipun ada keinginan untuk menjauh. Bagi saya, keluarga bukan hanya tentang ikatan darah, tetapi tentang jaringan dukungan tak terlihat yang selalu ada, bahkan di saat-saat tergelap.

Saya anak terakhir dari delapan bersaudara. Hubungan kakak-adik yang kami jalankan sehari-hari penuh dengan warna. Ada saja ujian dalam hubungan kakak-adik, dalam Islam sering berupa konflik, kesalahpahaman, fitnah, atau kecemburuan, yang membutuhkan kesabaran, tabayun, dan menjaga silaturahmi.

Ini dipandang sebagai bentuk kasih sayang Allah untuk menguji keimanan dan menghapus dosa serta untuk meningkatkan kualitas hubungan. Penting untuk menjauhi tindakan gibah, memutuskan silaturahmi (terutama lebih dari tiga hari), dan mempraktikkan saling menghormati serta menyayangi sesuai anjuran Islam.

Adik-kakak dalam Islam adalah saling menyayangi, menghormati, menolong, dan saling mengingatkan dalam kebaikan. Kakak berperan sebagai panutan dan pelindung, sementara adik wajib menghormati kakak. Hubungan yang terjalin didasari oleh kasih sayang dan rasa saling memiliki seperti diajarkan dalam Islam.

Beberapa sahabat Nabi Muhammad saw. yang terkenal karena hubungan kakak-adik dan kebaikan mereka adalah Hasan dan Husain bin Ali, serta beberapa pasangan sahabat lain yang dipersaudarakan oleh Nabi. Hasan dan Husain adalah cucu Nabi Muhammad saw., putra dari Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra (putri Nabi). Mereka dikenal sebagai kakak beradik yang sangat kompak dan saling menyayangi. Sejak kecil, Nabi Muhammad saw. sangat menyayangi keduanya dan mereka tumbuh menjadi pemuda cerdas yang menjadi teladan dalam banyak hal, termasuk kebaikan dan keteguhan iman.

Pengorbanan kakak-adik dalam Islam adalah tentang menjaga hubungan baik (silaturahmi) dengan penuh kasih sayang, saling menolong, dan membimbing satu sama lain untuk kebaikan dunia dan akhirat. Ini melibatkan pengorbanan diri untuk kebahagiaan saudara, saling menghargai pendapat, dan memaafkan kesalahan. Bukan hanya sebatas memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga batin.

Islam mengajarkan pentingnya memperlakukan saudara dengan baik, saling mendukung, dan menolak hal-hal yang dilarang agama demi menjaga keharmonisan keluarga. Menjaga silaturahmi dapat membuka pintu rezeki dan membawa keberkahan dalam hidup, sesuai dengan sabda Rasulullah saw. tentang memperpanjang umur dan melapangkan rezeki bagi yang menyambung silaturahmi.

Bagaimana sesuai anjuran untuk menjaga keluarga yang tertera dalam Al-Qur’an maupun hadis yang dikatakan, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR Tirmidzi).

“Orang yang paling di cintai Allah adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya.” (HR Tirmidzi).

“Di mana ada keluarga, di situ ada cinta” tetap berlaku meskipun dihadapkan pada keluarga yang tidak sepaham. Ketidaksamaan pandangan adalah hal yang wajar dalam dinamika keluarga dan tidak secara otomatis menghilangkan ikatan cinta dan kasih sayang yang mendasari hubungan tersebut.

Meskipun ada tantangan dalam bentuk perbedaan pendapat, esensi cinta dalam keluarga tetap ada dan harus dipupuk melalui pemahaman, komunikasi, dan sikap saling menghargai. Love family, love because Allah, kecintaan terhadap keluarga harus dilandasi dan berakar dari kecintaan kepada Allah Swt..

(*Naskah ini tidak disunting oleh editor CemerlangMedia) [CM/Na]

Views: 1

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *