Gen Z Bicara Perubahan, Potensi Besar Kebangkitan Umat

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Penulis: Diana Wijayanti

Arah perubahan itu harus dituntun dengan ideologi Islam agar tidak berhenti pada ekspresi emosional atau simbolik semata. Sebab, potensi besar Gen Z hanya akan benar-benar menjadi kebangkitan umat apabila diarahkan untuk menegakkan amar makruf nahi mungkar, memperjuangkan perubahan sistemik, dan mewujudkan tatanan Islam.

CemerlangMedia.Com — Belum lama ini, muncul gebrakan baru dari Generasi Z (Gen Z) untuk menyuarakan aspirasi publik. Unjuk rasa besar-besaran kali ini tampak nyata dari para gererasi muda yang selama ini dianggap mager dan banyak problem.

Aksi turun ke jalan kali ini penuh kreativitas digital berupa meme, poster estetik, dan unggahan media sosial, menjadi bukti cara khas Gen Z merespons problen sosial. Tentu saja hal ini patut diapresiasi, mengingat beban belajar, tugas-tugas sekolah maupun kuliah yang sangat berat, tetapi mereka masih mampu menuntut perubahan ketika melihat lingkungan sekitar yang penuh kezaliman.

Menurut Psikolog Anak dan Remaja, Anastasia Satriyo, Gen Z memiliki mekanisme perjuangan berbeda dengan generasi sebelumnya, yakni unik dan kreatif. Mereka memilih jalur ekspresi kreatif daripada tindakan destruktif, sedangkan generasi sebelumnya identik dengan aksi fisik yang memicu kekerasan.

Sementara Prof. Rose Mini Agoes Salim dari Universitas Indonesia menyoroti meningkatnya keterlibatan remaja di bawah umur dalam aksi unjuk rasa. Menurutnya, meski unjuk rasa bisa menjadi ajang belajar menyampaikan pendapat, remaja masih rentan terprovokasi karena kontrol diri mereka belum matang.

Fakta-fakta ini memunculkan perdebatan. Apakah Gen Z benar-benar menjadi kekuatan perubahan ataukah sekadar objek eksperimen sosial yang diarahkan agar tetap aman bagi keberlangsungan sistem yang ada?

Konstruksi Kapitalisme dalam Membaca Gen Z

Perlu dicermati, pengklasifikasian karakteristik Gen Z oleh ilmu psikologi modern sejatinya tidaklah netral. Ia diarahkan agar selaras dengan pola pikir kapitalisme sekularisme. Artinya, energi kritis pemuda sebisa mungkin diatur agar tidak berkembang menjadi kesadaran politik mendasar sesuai Islam. Oleh karenanya, ekspresi Gen Z dipersempit pada wilayah gaya komunikasi, seni visual, atau psikologisasi masalah sosial, bukan pada perubahan revolusioner yang berbasis ideologi.

Walhasil, akar masalah yang sesungguhnya, yaitu kezaliman sistem kapitalisme berupa kemiskinan struktural, korupsi berjemaah dari pusat hingga daerah, mahalnya biaya pendidikan, hancurnya moral akibat budaya permisif, serta dominasi asing atas sumber daya negeri, tidak pernah tersentuh. Kritik fokus pada “cara generasi ini mengekspresikan diri,” bukan pada substansi ketidakadilan yang mereka hadapi. Sungguh sayang sekali jika tidak ada upaya perbaikan ke arah perjuangan.

Sementara secara fitrah, manusia memiliki naluri yang alami, yaitu baqa’ (mempertahankan diri dan menolak kezaliman). Naluri ini tidak bisa diredam dengan sekadar terapi psikologis atau kanal ekspresi estetik. Ia butuh solusi ideologis yang tuntas, yakni Islam. Oleh karenanya, butuh peran para pejuang Islam ideologis yang mengarahkan perjuangan hakiki agar perubahan tidak hanya lips servis dan tambal sulam seperti reformasi tahun 1998.

Pandangan Islam: Fitrah dan Tuntunan Syarak

Islam memandang bahwa manusia memiliki fitrah berupa kebutuhan jasmani dan naluriah yang harus dipenuhi dengan aturan Allah. Salah satu naluri itu adalah gharizah al-baqa’ (naluri mempertahankan diri) yang mendorong manusia menolak kezaliman dan membela diri dari bahaya. Naluri ini harus dituntun syariat, bukan ditenangkan dengan teori psikologis Barat.

Islam telah menegaskan bahwa amar makruf nahi mungkar, termasuk mengoreksi penguasa zalim (muhasabah lil hukkam) adalah kewajiban kolektif umat. Allah ﷻ berfirman:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” (QS An-Nahl: 125).

Rasulullah ﷺ juga bersabda,
“Pemimpin para syuhadā’ adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, dan seorang laki-laki yang berdiri di hadapan penguasa zalim, lalu ia memerintahkannya kepada kebaikan dan melarangnya dari kemungkaran, kemudian penguasa itu membunuhnya.” (HR al-Hakim).

Artinya, keberanian bersuara menegur penguasa bukan sekadar emosional, melainkan bagian dari jalan syariat yang mulia. Bahkan, merupakan konsekuensi dari keimanan seorang muslim. Dorongan iman sangat kuat dibanding dengan motivasi moral maupun material.

Pemuda, Garda Terdepan Perubahan

Sejarah membuktikan bahwa Islam mampu mencetak generasi saleh sekaligus pemimpin dunia. Pemuda selalu menjadi pilar perubahan, seperti kisah heroik Sayyidina Ali bin Abi Thalib masuk Islam saat masih remaja. Beliau adalah pemuda cerdas, kuat, pemimpin pasukan jihad menakhlukkan pasukan Khaibar.

Selain itu, Mush’ab bin Umair, pemuda perlente yang cerdas telah memeluk Islam dan menjadi duta Islam yang terpercaya. Beliau didaulat Rasulullah ﷺ ke Madinah sebagai pengemban dakwah di usia muda dan melalui tangannya, Islam pertama kali diterima oleh penduduk Yatsrib. Inilah cikal bakal berdirinya negara Islam yang pertama.

Di medan jihad, kaum muda pula yang memimpin barisan. Usamah bin Zaid, pemuda yang ditunjuk Rasulullah ﷺ sebagai panglima perang saat usianya baru 18 tahun. Fakta sejarah ini menegaskan bahwa Islam memberi ruang besar bagi pemuda sebagai garda terdepan perubahan hakiki. Pemuda mempunyai peran yang sangat besar dalam membangun peradaban cemerlang berlandaskan akidah Islam.

Oleh karena itu, potensi Gen Z hari ini tidak boleh diremehkan oleh siapa pun. Mereka kritis, melek teknologi, adaptif, dan berani bersuara. Akan tetapi, potensi itu akan terbuang sia-sia jika hanya berhenti pada ekspresi simbolik di media sosial, sementara sistem zalim kapitalisme tetap bercokol. Untuk itu, potensi pemuda ini perlu terus diarahkan menuju perubahan yang bersifat menyeluruh dan sistematis (perubahan revolusioner), bukan bersifat pragmatis.

Islam sebagai Ideologi

Islam hadir bukan sekadar sebagai agama ritual, tetapi sebagai ideologi yang mengatur kehidupan secara menyeluruh dan paripurna. Ada beberapa solusi penting yang ditawarkan Islam untuk mengarahkan potensi besar Gen Z, di antaranya:

Pertama, membangun kesadaran politik Islam. Dakwah Islam harus membimbing generasi muda agar paham bahwa problem utama umat adalah penerapan sistem kapitalisme, bukan sekadar kesenjangan antar generasi atau kesalahan individu semata sehingga tidak cukup hanya ganti rezim. Kesadaran ini akan mengubah energi kritis mereka menjadi gerakan terarah secara ideologis.

Kedua, menghidupkan amar makruf nahi mungkar. Islam memerintahkan umat untuk berani menyampaikan kebenaran kepada penguasa zalim. Gen Z harus diarahkan agar keberanian bersuara bukan hanya untuk tren, tetapi sebagai kewajiban syariat sehingga semangatnya terus berkobar hingga kezaliman itu sirna, bukan semangat sesaat.

Ketiga, perubahan fundamental (taghyir). Islam mengajarkan bahwa perubahan sejati tidak dilakukan dengan menambal sistem kapitalisme, melainkan dengan mengganti sistem kufur itu dengan Islam melalui kesadaran dan opini umum. Perubahan sistemik inilah yang menjamin tercapainya keadilan, kesejahteraan, dan keselamatan di dunia maupun akhirat.

Keempat, institusi politik Islam (Daulah Khil4f4h). Dalam sejarah, Daulah Khil4f4h menjadi institusi yang nyata dalam menegakkan syariat, menghapus penjajahan, dan menyalurkan energi pemuda untuk membangun peradaban. Hanya dengan adanya institusi ini, potensi generasi muda akan terwadahi secara produktif dan maslahat. Daulah Khilafah akan mewujudkan kehidupan yang penuh dengan keberkahan dan menjadi rahmat bagi semesta alam.

Dengan demikian, arah perubahan itu harus dituntun dengan ideologi Islam agar tidak berhenti pada ekspresi emosional atau simbolik semata. Sebab, potensi besar Gen Z hanya akan benar-benar menjadi kebangkitan umat apabila diarahkan untuk menegakkan amar makruf nahi mungkar, memperjuangkan perubahan sistemik, dan mewujudkan tatanan Islam. Inilah jalan kebangkitan yang hakiki, sebagaimana pernah dicontohkan Rasulullah ﷺ dan para sahabat muda yang menjadi garda terdepan perubahan peradaban Islam. Wallahua’lam bisshawab. [CM/Na]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *