Oleh: Fathiyya Assyifa
(Siswi Kelas VI PKBM Iftitah Padang Panjang)
CemerlangMedia.Com — Aku dan kakakku diibaratkan dengan Tom dan Jerry karena selalu bertengkar dan selalu usil, tetapi kakakku sangatlah sayang padaku. Ibuku bilang, aku dan kakakku seperti cerita kartun itu.
Saat ini, usiaku 12 tahun. Aku memiliki seorang kakak lelaki yang usianya lima tahun lebih tua dariku. Keseharian aku dan kakakku adalah membereskan rumah. Kami selalu berbagi tugas, aku selalu ditugaskan menyapu, mencuci piring, mencuci baju, dan memasak, sedangkan kakakku ditugaskan untuk menghidupkan api guna memasak air panas.
Terkadang aku suka kesal karena kakakku selalu usil padaku. Terkadang sengaja mencipratkan air ke mukaku sehingga bajuku basah.
Hal yang paling berkesan bagiku saat kakakku menjemputku di sekolah. Saat itu, aku masih duduk di bangku kelas satu SD. Waktu itu, ibuku sedang ada pelatihan dan pulang sore sehingga kakakku yang menjemputku di sekolah.
Kakakku langsung menjemput dan menungguku di depan gerbang sekolah. Meskipun saat itu udaranya sangat panas, aku dan kakakku semangat berjalan kaki. Di perjalanan, kakakku berhenti karena aku minta dibelikan sate kuning. Akhirnya, kakakku membelikanku sate kuning dengan taburan bawang merah goreng di atasnya, rasanya lezat sekali. Kami pun meneruskan perjalanan. Sampai di rumah, azan sudah berkumandang.
Namun, aku dan kakakku sering sekali berebut ponsel sampai-sampai ibuku kesal melihat tingkah laku kami berdua. Itu karena ulah kakak yang sengaja memancing emosiku. Walaupun sering bertengkar, aku dan kakakku masih tetap akur. Aku sering kesal dengan kakak yang selalu usil, untungnya ibuku mau menenangkan diriku.
Suatu sore, selesai mencuci piring, aku bergegas pergi menuju kamar yang bersebelahan dengan kamar kakakku. Aku merebahkan tubuhku ke ranjang. Hari ini cuacanya sangatlah panas sehingga membuat dahiku berkeringat. “Coba saja aku tinggal di daerah yang bersalju, pasti sejuk sekali,” aku bergumam dalam hati.
Tiba-tiba kakakku mengetuk pintu kamarku. Dengan malas aku membuka pintu kamarku, ternyata kakakku ingin mengajakku bermain monopoli di teras rumah. Tentu saja aku tidak menolaknya. Seru sekali bermain monopoli. Setelah bosan, kami memainkan ular tangga sampai senja.
Pada suatu hari, ibuku bilang kalau kakakku akan mondok di Bogor. Rasanya berat sekali melepaskan kakakku sekolah di pesantren yang jauh dari rumah. Kata ibu, kakakku pergi jauh untuk menuntut ilmu. Ya, meskipun pada akhirnya aku melepaskan kakakku mondok yang jauh, tetapi aku tetap bersedih hati.
Saat yang kunantikan tiba. Kakakku pulang dari pondok menaiki bus NPM berwarna putih dan garis melengkung berwarna kuning, merah, dan hijau yang biasa lewat di depan rumahku. Ah… aku tidak sabar ingin bertemu dengan kakakku.
Sembari menunggu ayah menjemput kakakku di pull NPM, aku menunggu kakakku di kamar sambil bersantai, hingga suara klakson motor ayahku dari depan kamarku mengagetkanku. Aku bergegas keluar kamar, ternyata kakakku sudah berada di depan pintu. Aku menyalami tangan kakakku dengan mata basah karena merindu. [CM/NA]
Views: 37






















