Oleh: Irsad Syamsul Ainun
(Tim Design Creative CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Roda hidup ini adalah kita dalam keadaan mati, kemudian dilahirkan, dan akan dikembalikan lagi kepadanya melalui fase kematian. Itulah hidup. Menjalani kehidupan pun ada fase pertemuan dan perpisahan.
Di zaman yang serba modern ini, di hadapan dan telapak tangan kita ada sebuah benda pipih yang di dalamnya apa pun bisa di dapatkan. Mulai dari cari makanan sampai cari pasangan ada.
Dari jualan dagangan sampai jual d1r1pun bisa dilakoni. Perkumpulan demi perkumpulan pun juga ada. Dari perkumpulan keluarga, kerukunan antar suku, sampai kumpulan alumni dari TK—kuliahan ada. Pertanyaannya, dari sekian banyak kumpulan itu dari yang nyata sampai melayang, berapa kepala yang mengajak kaki ini untuk melangkah pada zonasi ilmu? Berapa banyak tangan yang mau mengajak kepada kebaikan?
Rasanya dari 10 jemari ini, paling mentok di tiga jemari yang ajak. Kemudian posisi diri, berapa banyak tangan yang sudah kita genggam untuk bermajelis?
Dalam ayat-Nya dijelaskan, manusia merugi dan yang beruntung itu hanyalah mereka yang mau menasihati dan kebaikan dan kesabaran (baca: QS Al-‘Asr: 1-3).
Kerugian besar ketika kumpulan yang kita lakoni ini hanyalah sebatas nongki di meja bundar, berbicara soal kebebasan, tetapi malah kita bablas dengan maksiat. Berbicara soal keadilan, malah kita pelaku yang tak adil sama diri sendiri. Kita memberi makan untuk jasad kita, tetapi tidak dengan rohani.
Dunia memang makin ke sini, makin kebaratan, ya? Selain berat dijalani, juga berat untuk ditinggalkan. Sebab, dunia dengan segala bentuk kemewahannya menawarkan pada penghuninya untuk berlomba mengumpulkan materi demi kebahagiaan yang sementara. Sedangkan yang di depan mata, ada kebahagiaan yang lebih hakiki.
Pun, dengan segala bentuk yang tersedia di kehidupan saat ini. Ada banyak hal yang melenakan, sampai akhirnya untuk menggenggam kebaikan itu ibarat menggenggam bara api. Sesuai sabda Rasulullah,
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR Tirmidzi no. 2260).
Seberapa kuat diri ini untuk menahan panasnya? Ya, betul. Kita harus bersama dan dikelilingi oleh orang-orang yang kuat agar kita tak terlepas dan terbakar juga.
Satu-satunya kumpulan yang akan menguatkan itu adalah kamu yang dekat dengan Allah, dekat dengan kebaikan. Bukan sekadar kumpulan yang ngomongin soal kedewasaan dan tantangan di masa penantian kita.
Kamu jangan melepaskan genggaman yang ketika ada bentrok sedikit. Sebab, kamu yang sudah dekat dengan Allah menjadi kayu yang menyelamatkan di kala aku futur. Dan beruntunglah perkumpulan orang-orang yang selalu menasihati, mengingatkan bukan hanya soal dunia, tetapi lebih kepada akhirat sehingga dunia terasa kecil di mata perkumpulan kita.
Allahu Akbar, betapa nihilnya kumpulan di masa ini yang bicara soal akhirat. Kita tahu, banyak kumpulan, tetapi kemudian di dalamnya penuh dengan sosialita, juga banyak memakan bangkai saudara sendiri.
Kembali lagi kepada tujuan perkumpulan ini. Bukankah kita bangun ia dengan tujuan untuk menjadikan kita jauh lebih baik? Ya, ya, ya, sekarang baru mulai menyadari bahwa kumpulan kita, jika bukan karena Allah, semuanya akan rapuh.
Mimika, 12 Nov 2023 [CM/NA]
