Oleh. Yulweri Vovi safitria
(Tim Redaksi CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Manusia memiliki potensi berada di titik terlemah dalam hidupnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menguji mereka di titik terlemah itu. Ketika seseorang sanggup diuji dengan hidup susah dalam hal ekonomi, namun ia tak sanggup bila dihadapkan pada kondisi lain, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengujinya atau dihadapkan pada situasi yang ia lemah dalam kondisi tersebut. Atau sebaliknya.
Sekali lagi, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menguji seseorang pada titik terlemahnya. Dan titik terlemah itu akan berbeda-beda setiap orang tergantung tujuan hidupnya untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atau bukan.
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan, “Bahwa kelemahan manusia mencakup semuanya secara umum. Manusia lemah badan, lemah kekuatan, lemah keinginan, lemah ilmu, dan lemah kesabaran.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan senantiasa menguji hamba-Nya dengan berbagai ujian. Ali bin Abi Thalib berkata dalam Tafsir Ibnu Katsir, “Allah akan menguji dengan ujian kebaikan dan keburukan, kesempitan dan kelapangan, kesehatan dan rasa sakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan, dan seterusnya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/342)
Namun perlu kita sadari, saat Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji kita pada titik terlemah tersebut, maka mintalah selalu pertolongan-Nya. Begitu pula ketika hidup kita tanpa ujian, tetaplah memohon pada-Nya, tidak diuji bukan berarti hidup kita mulus dan baik-baik saja.
Justru itu adalah ujian sesungguhnya, apakah kita bersyukur atas segala karunia-Nya atau sebaliknya, menjadi orang yang ingkar karena telah memiliki segalanya. Sebab, sesuatu tanpa rintangan bukanlah tolok ukur seseorang selamat dari ujian. Melainkan bagaimana ia berjalan menuju keridaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Saat kita berada di titik terlemah itu, jangan pula kita menyerah lalu putus asa. Tidak ada persoalan tanpa penyelesaian. Tinggal bagaimana kita berusaha mencari jalan keluar sesuai dengan akidah Islam. Selama kita bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti akan memberikan jalan keluarnya.
Ujian Nabi dan Rasul-Nya tidaklah seberat ujian kita, namun mereka tidak pernah menyerah apalagi putus asa. Hal itu karena keimanan mereka yang begitu kuat kepada Rabb-nya. Beliau, para Nabi dan para Rasul tahu bahwa Rabb-nya tidak akan meninggalkan mereka barang sedetik pun.
Lantas, mengapa kita, hanya seorang hamba yang lemah dan hina seringkali putus asa ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji kita? Tidakkah kita malu kepada Nabi dan Rasul kita.
Ingatlah, badai itu pasti berlalu, minta pertolonganlah kepada-Nya. Sebab, sebaik-baik pertolongan adalah pertolongan-Nya, dan tetaplah berprasangka baik kepada-Nya.
Dari Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu, Rasulullah Sallalhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi No. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani) [CM/NA]
Views: 9






















