Oleh: Maman El Hakiem
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan ayat Al-Qur’an atau sering disebut Nuzulul Qur’an. Salah satu hikmah dari peristiwa Nuzulul Qur’an adalah manusia menjadi terarah dalam menempuh perjalanan hidupnya karena Al-Qur’an sebagai pedoman hidup.
Di dalam Al-Qur’an surah Thaha ayat 124 dikatakan, mereka yang tidak mau mengindahkan peringatan Allah Swt. yang terdapat di dalam Al-Qur’an akan mendapatkan kesempitan hidup. Hal menarik inilah yang menjadi sorotan pada acara dialog Nuzulul Qur’an dengan tema “Hidup Bersama Al-Qur’an” yang diselenggarakan oleh MT. Al-Muhajirin bekerjasama dengan DKM Al Falah, Panjalin Kidul, Jumat (29-3-2024).
Acara yang dihadiri ratusan peserta tersebut bertempat di Aula Masjid Al Falah, Panjalin Kidul, Sumberjaya. Hadir sebagai narasumber, dua orang yang berkompeten di bidangnya, yaitu Dr. H. Nurhilal Ahmad, M.Si. dan Drs. Asep Solihin, dipandu oleh Ustaz Pipin Aripin, S.Pd. selaku moderator.
Dalam dialog yang menginspirasi itu, Drs. Asep Solihin mengilustrasikan bahwa interaksi manusia dengan Al-Qur’an bukan berarti ke mana-mana membawa Al-Qur’an secara fisik, melainkan bagaimana seseorang mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, Al-Qur’an tidak hanya menjadi panduan spiritual, tetapi juga panduan praktis dalam menjalani kehidupan.
Narasumber lainnya, Dr. H. Nurhilal Ahmad, M.Si. menyoroti tiga dimensi penting dalam kehidupan manusia saat berinteraksi, yaitu saat dalam kesendirian, ketika berinteraksi dengan masyarakat sekitar, dan dalam konteks kehidupan global. Dalam setiap dimensi ini, Al-Qur’an memberikan pedoman yang komprehensif untuk memandu perilaku manusia.
Tiga Dimensi Interaksi Manusia
Pertama, ketika individu berada sendiri, Al-Qur’an memberikan landasan spiritual dan moral yang kuat. Dalam kesunyian, seseorang dapat menemukan ketenangan batin dan merenungkan makna kehidupan.
Kedua, dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar, Al-Qur’an menekankan pentingnya etika, keadilan, dan kebersamaan. Manusia diajarkan untuk menjadi teladan bagi orang lain, menjaga hubungan yang baik, dan berkontribusi positif dalam lingkungan masyarakat.
Sementara itu, dalam dimensi global, Al-Qur’an mengajarkan nilai-nilai universal seperti perdamaian, toleransi, dan keadilan sosial. Manusia diajak untuk melihat dirinya sebagai bagian dari masyarakat global yang harus bertanggung jawab atas tindakan dan pengaruhnya terhadap dunia.
Acara makin semarak dengan dibukanya sesi tanya jawab, salah satunya tentang makna kehidupan yang sempit sebagaimana di awal tulisan ini. Narasumber memberikan jawaban yang memuaskan akal dan menenteramkan hati, yang dimaksud kehidupan yang sempit adalah mereka yang hatinya tidak disinari cahaya Al-Qur’an atau lebih luas lagi tidak menjadikan syariat Islam sebagai pedoman hidup, bahkan dipisahkannya agama dari kehidupan, “Kesempitan hidup yang terjadi saat ini karena syariat Islam tidak diterapkan,” imbuhnya.
Dari acara diskusi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hidup bersama Al-Qur’an bukan hanya tentang membaca dan menghafalnya, tetapi juga tentang menerapkannya dalam setiap aspek kehidupan. Melalui pemahaman yang mendalam tentang pesan Al-Qur’an, manusia dapat menjalani kehidupan yang bermakna, berdampak, dan harmonis, baik dalam ruang pribadi maupun dalam interaksi dengan dunia di sekitarnya.
Wallahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]
