Muhasabah Diri: Yang Berguguran dari Jalan Dakwah (Bagian 5)

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Penulis: Abu Zaid R

Ikhlas itu niat dan adanya dalam hati. Oleh karena itu, perkara ini tentu saja hanya kita masing-masing dan Allah yang mengetahui.

CemerlangMedia.Com — Faktor ketiga sebab gugur dari jalan dakwah adalah kurang ikhlas. Ikhlas itu niat dan adanya dalam hati. Oleh karena itu, perkara ini tentu saja hanya kita masing-masing dan Allah yang mengetahui. Benarkah kita sungguh ikhlas dalam berdakwah? Hanya kita masing-masing yang bisa menjawabnya.

Sobat, niat amat sangat penting, sebab menjadi landasan bagi amal kita. Kuat lemahnya amal kita, lurus bengkoknya amal kita, hingga serius tidaknya perjuangan kita akan berdampak pada istikamah atau tidaknya kita. Semua itu sangat bergantung kepada niat ini.

Jika niat kita berdakwah betul-betul hanya karena Allah, menjadikan perintah Allah sebagai satu-satunya alasan kita berdakwah dengan tujuan meraih rida Allah, maka posisi kita dalam dakwah, insyaallah amat kuat. Sebab, kita hanya menjadikan Allah sebagai tujuan.

Sementara keberadaan mahluk, seperti guru, kawan seperjuangan, harta benda, dan lain sebagainya hanya bagian dari aksesoris semata. Oleh karenanya, bagaimana perlakuan kawan seperjuangan kepada kita, sikap guru kepada kita, dan lain sebagainya, hanyalah bagian dari ujian belaka. Sama sekali tidak berpengaruh terhadap eksistensi kita dalam berjuang.

Namun jika kita tidak ikhlas, tidak menjadikan Allah sebagai sebab kita berdakwah, atau tidak menjadikan rida Allah sebagai tujuan, maka eksistensi kita di antara para pejuang itu lemah, bahkan sangat lemah. Sebab, kita telah menjadikan makhluk sebagai tujuan dengan meninggalkan Allah. Sementara makhluk itu lemah dan nisbi.

Jika makhluk cocok dengan keinginan kita, maka kita masih bertahan. Namun jika mahluk, baik guru maupun kawan seperjuangan juga harta benda tidak sesuai dengan harapan kita, maka kita pun dengan ringan kaki akan meninggalkan dakwah.

Makhluk apa saja yang bisa menggantikan Allah sebagai tujuan dakwah kita? Bisa jadi karena desakan orang tua sehingga dakwah kita sekadar tidak mau orang tua kecewa. Bisa jadi keinginan istri karena dia ingin kita berdakwah. Bisa jadi karena bos kita yang ingin kita berdakwah sehingga ini karena pekerjaan, dan lain sebagainya. Nah, apabila orang-orang ini sudah tidak ada atau berubah sikap, maka dengan senang hati kita akan pergi dari dakwah.

Sungguh, dengan niat selain Allah ini, kita telah rugi besar. Mengapa? Pertama, tidak akan mendapat pahala dan rida Allah. Kedua, rida makhluk yang karena dia kita berdakwah, yang kita kejar, pun belum tentu kita dapat.

Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR Bukhari dan Muslim) [HR Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907].

Paling banter jika kita berdakwah karena makhluk adalah rida makhluk itu, padahal rida makhluk itu belum tentu juga kita peroleh, meskipun kita telah jatuh bangun berupaya meraihnya. Sementara pahala dakwah yang agung itu tidak akan pernah kita peroleh.

Niat dakwah karena makhluk pun hanya akan memberikan dorongan aktivitas dakwah yang sangat rendah dan lemah. Kita hanya akan berhenti dengan sekadar dianggap berdakwah oleh makhluk itu. Kita akan ogah-ogahan berdakwah, sekadarnya saja hadir kajian pekanan, sekadarnya saja hadir dalam berbagai kegiatan dakwah. Kita tidak sungguh-sungguh berdakwah dengan mengeluarkan seluruh kemampuan. Tidak akan muncul dari kita pengorbanan tertinggi untuk dakwah, sebab memaksimalkan dakwah hanya bisa terjadi dari niat yang lurus karena Allah.

Oleh karena itulah, apabila makhluk adalah niat kita, maka sedikit kesulitan saja mampu membuat diri lari dari dakwah. Ketersinggungan sedikit saja dengan kawan seperjuangan mampu membuat kita ngambek dan tidak mau lagi ngaji. Pun nasihat, apalagi teguran guru akan terasa berat dan membuat kita tidak lagi mau hadir, meskipun guru memanggil kita untuk berdakwah. Na’udzubillah min dzalik.

Semoga Allah ampuni kita atas kelemahan, kebodohan, dan kedurhakaan kita. Semoga Allah bersihkan hati kita sehingga hanya ada Allah di dalamnya. Menjadikan Allah satu-satunya tujuan kita. Aamiin.

Ngaji, yuk[CM/Na]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : [email protected]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *