Penulis: Gesti Hamdani Haeriah, S.Pd.
Umat Islam memiliki kekuatan luar biasa apabila bersatu, yaitu persatuan yang didasarkan pada akidah yang kukuh dan nilai tauhid. Persatuan kaum muslim layaknya satu tubuh yang saling menopang dan menguatkan, sebagaimana teladan Rasulullah saw. dan para sahabat. Persatuan ideologis inilah modal utama menghadapi berbagai ancaman.
CemerlangMedia.Com — Kabar mengejutkan datang dari negara adidaya. Diberitakan, hubungan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Isra3l Benjamin Netanyahu mengalami keretakan, padahal selama ini diketahui bahwa hubungan kedua negara tersebut dikenal harmonis dan saling mendukung satu sama lain.
Sebagai negara pertama yang mengakui kemerdekaan Isra3l pada 1948, Amerika telah menjalin hubungan erat bertahun-tahun dengan Isra3l, memberi dukungan serta perlindungan. Bukan hanya sebagai sekutu politik, tetapi juga sebagai mitra di berbagai sektor yang menguntungkan. Kedua negara juga kerap tampil mesra dan kompak dalam retorika anti-Islam. Namun kenyataannya, hubungan tersebut tidak sekuat yang tampak di permukaan.
Perpecahan ini muncul akibat kekecewaan Trump terhadap kegagalan Netanyahu dalam menyajikan rencana konkret terkait ancaman Iran dan kelompok Houthi di Yaman, serta ketidakjelasan proposal terkait situasi di Gaza. Trump juga meyakini bahwa selama ini Netanyahu telah memanipulasinya.
Di sisi lain, PM Isra3l Netanyahu juga mungkin kecewa dengan janji-janji Trump. Janji yang terlihat besar itu tidak selalu diikuti oleh langkah-langkah nyata, contohnya “Deal of the Century”. Langkah ini tidak berhasil menekan Palestina secara signifikan, ancaman Iran yang masih ada, dan ketidakseriusan penanganan terhadap kelompok Houthi. Bagi Netanyahu, hal ini menunjukkan bahwa Trump lebih banyak memberikan “kado simbolik” ketimbang perlindungan nyata atas keamanan Isra3l (Khazanah.republika.co.id, 09-05-2025).
Relasi ini memperlihatkan bahwa meski keduanya tampak bersatu dalam permusuhannya terhadap Islam dan kaum muslim, tetapi sejatinya masing-masing mereka lebih mengutamakan kepentingan pribadi. Persatuan mereka bukan berdasarkan nilai atau visi bersama, melainkan perhitungan pragmatis yang rapuh. Saat kepentingan tersebut tidak terpenuhi, hubungan mereka pun mudah retak dan saling meninggalkan. Saat salah satu merasa sudah tidak bisa mendapatkan manfaat atau tidak lagi memiliki kepentingan, maka hubungan yang sudah terjalin bertahun-tahun bisa kandas begitu saja.
Kondisi ini sejalan dengan firman Allah dalam Surat Al-Hasyr ayat 14 yang menggambarkan betapa rapuh dan mudah retaknya persatuan di antara musuh-musuh Islam. Meski terlihat bersatu, terlihat kompak, sesungguhnya di dalam diri mereka penuh dengan kecurigaan, penuh persaingan dan kepentingan, saling memanfaatkan, bahkan mudah berkhianat. Secara lahiriah tampak solid, tetapi hati mereka tercerai-berai.
Bentuk Nyata Persatuan yang Hakiki
Berbeda dengan musuh, umat Islam memiliki kekuatan luar biasa apabila bersatu, yaitu persatuan yang didasarkan pada akidah yang kukuh dan nilai tauhid. Persatuan kaum muslim layaknya satu tubuh yang saling menopang dan menguatkan, sebagaimana teladan Rasulullah saw. dan para sahabat. Persatuan ideologis inilah modal utama menghadapi berbagai ancaman.
Umat muslim bersatu bukan karena kepentingan pribadi, melainkan semata-mata karena keimanan kepada Allah Swt. dan kepentingan umat secara keseluruhan. Sejarah telah membuktikan bahwa Islam mampu memimpin dunia selama lebih dari 13 abad dengan menyatukan berbagai ras, suku, dan bangsa di bawah kepemimpinan tunggal, yakni Daulah Khil4f4h.
Persatuan umat Islam bukan sekadar impian dan bukan sekadar harapan kosong belaka, melainkan jalan nyata menuju tegaknya Khil4f4h, yaitu kepemimpinan Islam yang akan mengangkat kalimat Allah, membebaskan tanah suci dari penjajahan, dan menegakkan keadilan. Oleh karena itu, sudah saatnya umat Islam bangkit dan menyadari potensi besar ini, melangkah bersama untuk memperkuat persatuan ideologis demi masa depan yang lebih baik, menyambut janji Allah yang telah disiapkan untuk umat Islam yang terus berjuang memperjuangkan agamanya.
Wallahu a’lam bisshawab [CM/Na]