Meeting First Love Many Full Moons (Bertemu Cinta Pertama Setelah Sekian Purnama)

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Asma Nurfaizah & Mariyatul Maulidah
(Siswa SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan)

CemerlangMedia.Com — Pelangi indah muncul setelah hujan berlalu, menyisakan genangan air di sepanjang jalan. Terlihat seorang gadis menatap jalanan basah itu dengan menghela napas panjang.

Dia Ashana Kavia Ozora, gadis berumur 17 tahun dan tinggal hanya bersama ibunya. Ibunya bilang, ayahnya meninggalkan mereka demi wanita lain.

Asha merupakan siswa kelas akhir dan bersekolah di sekolahan ternama, Alterio High School. Tentunya dia bisa masuk ke situ dengan jalur beasiswa.

Asha bekerja paruh waktu untuk membantu ibunya. Ia kasihan melihat ibunya yang sakit-sakitan, tetapi tetap memaksakan diri untuk bekerja.

Asha tidak memberi tahu ibunya bahwa ia bekerja paruh waktu. Jika ibunya tahu, tentu akan memarahinya karena sang ibu menyuruhnya fokus belajar saja.

“Assalamu’alaikum, Bun, Asha pulang.” Ucapnya sambil membuka pintu rumah.

“Waalaikumussalam, kenapa jam segini baru pulang, Sha?” tanya ibunya lembut.

“Asha tadi ada kerja kelompok, Bun, Asha mau memberitahu Bunda kalau pulangnya terlambat, tetapi ponsel Asha lowbat,” jelas Asha, takut ibunya tidak percaya.

“Oh, Bunda kirain kamu kenapa-napa,” ucap Ibu Asha khawatir.

“Cepat mandi, gih sana, terus makan!” lanjutnya menyuruh Asha.

“Iya, Bun,” jawab Asha dan segera menuju kamarnya.

“Huh, untung saja Bunda percaya.” Monolog Asha dan masuk ke kamar mandi

***************

Mentari pagi menyambut hari dengan cahaya terangnya menyinari bumi. Weekend adalah hari yang dinanti-nanti bagi sebagian orang, apalagi anak remaja yang sering kali menghabiskan weekend-nya bersama teman-teman, tetapi itu tidak berlaku bagi Asha.

Baginya, menghabiskan weekend dengan berjalan-jalan atau nongkrong di kafe itu hanya membuang-buang waktu, lebih baik membaca buku karena bisa mendapatkan ilmu. Apalagi membicaraakan orang lain yang tidak jelas kebenarannya, tidak banget bagi dirinya.

Tidak terasa, jarum jam menunjukkan jam 15.15 WIB. Asha bersiap-siap untuk berangkat bekerja dan tidak lupa memberitahu ibunya.

“Bun, Asha mau keluar. Ada tugas yang harus Asha kerjakan.”

Terlihat pesan yang Asha kirim centang satu, mungkin ibunya masih sibuk bekerja. Asha pun berangkat dan tidak lupa mengunci pintu. Asha berangkat dengan berjalan kaki, itung-itung hemat biaya dan sekalian olahraga.

Asha telah sampai di Grace Cafe, tempatnya bekerja, terlihat banyak muda-mudi datang dan hampir semua meja tidak ada yang kosong. Asha cepat mengganti bajunya menggunakan seragam pegawai kafe tersebut.

Asha beruntung mempunyai teman sebaik Grace. Dia bekerja di tempat ini juga karena Grace. Grace bercerita kalau ia butuh karyawan, jadi Asha berinisiatif untuk bekerja dengan Grace guna membantu ibunya.

***************

Senin pagi ini cukup terik. Setelah melaksanakan upacara bendera, siswa-siswi berhamburan menuju kelas. Ada juga yang ke kantin atau sibuk dengan urusan masing-masing.

Asha berjalan menuju kelas XII MIPA 1 beriringan dengan temannya, Yuna dan Zara sambil berbincang-bincang. Namun, tiba-tiba Asha tidak sengaja tersenggol bahu seseorang dan dia adalah anak dari pemilik sekolahan Alterio High School, Gavin Raditya Alterio. Ia juga merupakan most wanted pentolan sekolah.

“Maaf, gue gak sengaja,” ucap Asha panik sambil mengambil minuman pria tersebut yang terjatuh dan memberikan padanya. Namun, botol tersebut ditepis oleh Gavin.

“Haram bekas pegang, lo!” sentak gavin menohok dan berlalu dari hadapan Asha.

Lo, gak apa-apa kan, Sha?” tanya Yuna.

Gue gak apa-apa, Na,” jawab Asha.

“Yuk, kita ke kelas!” sambungnya.

Sepanjang jalan Asha merasa risih ditatap tajam oleh orang-orang yang berada di lorong. Ia merasa ada sesuatu yang besar akan terjadi padanya.

Benar saja, dari jauh terlihat rombongan perempuan mendekatinya dan salah satunya mendorong tubuhnya sampai terhuyung ke belakang.

Lo, apa-apaan, sih!” bentak Zara marah.

Gue gak ada urusan ya, sama lo, urusan gue sama anak haram yang kegatelan sama Gavin, mendingan lo, gak usah ikut campur,” ucap wanita tersebut.

“Kalo lo, berurusan sama temen gue, berarti lo, juga berurusan sama gue, Monika!” teriak Zara di depan Monika.

“Monika, ada Pak Bambang!” seru temannya memberitahu.

“Awas ya, urusan kita belum selesai!” tunjuk Monika pada Asha.

Lo, juga,” lanjutnya menatap tajam pada Zara dan pergi dari situ.

Lo pikir, gue takut, hah. Sini, kalo berani!” tantang Zara.

“Udah, Zar, nanti lo, kena marah Pak Bambang,” ingat Yuna.

“Iya, Zar, kita lanjut ke kelas aja. Nanti lo, kena masalah gara-gara gue,” ucap Asha, takut Zara kelepasan dan berakhir di ruang BK.

Beruntung Zara mengiyakan dan mereka bertiga pun beranjak menuju ruang kelas.

Teng… teng… teng…

Suara bel tanda pulang sekolah berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar kelas untuk segera pulang. Asha berdiri di depan gerbang sambil menunggu ojek yang ia pesan. Kedua temannya sudah pulang duluan karena ada urusan mendadak.

Ketika Asha memainkan ponselnya, tiba-tiba ada nomor tidak dikenal meneleponnya. Dengan penuh tanya, Asha memutuskan untuk menerima panggilan.

“Halo, ini siapa ya?” tanya Asha.

“…”

“Apa?” teriak Asha kaget mendengar apa yang dikatakan orang di telepon.

“… ”

“Baik, saya akan ke sana,” jawab Asha bertepatan dengan ojek yang dipesannya datang.

***************

Di ruangan bernuansa putih bersih dan aroma obat-obatan menyeruak di indra penciuman, seorang gadis terisak di sebelah brankar pasien, ia adalah Asha.

Setelah mendapatkan telepon dari rumah sakit, Asha segera menuju ke sana untuk melihat kondisi ibunya yang mengalami kecelakaan. Beruntung ibunya hanya terluka kecil, tetapi masih pingsan karena syok akibat kejadian itu.

Setelah dirawat selama beberapa hari, akhirnya sang ibu dibolehkan pulang.

Asha membereskan barang-barang dan memesan taksi. Dia memampah ibunya untuk berjalan keluar menuju lobi.

Selama perjalanan, Asha melamun memikirkan siapa yang membayar biaya rumah sakit ibunya.

Asha belum memberitahu ibunya. Dia sibuk bergelut dengan pikirannya sampai Asha tidak sadar telah sampai di depan rumah.

Lah, udah sampai, perasaan baru berangkat.” Gumam Asha sembari mengambil barang-barang dan memampah ibunya keluar.

Gak usah, Sha, Bunda udah sehat, kok,” tolak ibunya lembut.

Asha pun membiarkan ibunya keluar sendiri dari mobil dan ia mengangkat barang mereka. Namun, ia melihat ibunya masih berdiri di dekat mobil dengan menatap lurus ke depan.

Asha pun mengikuti objek yang sedang dilihat ibunya, ternyata ada seorang lelaki berdiri di depan rumah mereka dan terlihat ingin mendekat ke arah mereka. Sebelum itu terjadi, ibunya berteriak menyuruh lelaki itu pergi dari hadapan mereka.

“Vian!” panggil lelaki tersebut lembut sambil terus menatap lekat wajah perempuan di hadapannya. Asha kaget mendengar nama ibunya dipanggil.

Sementara sang ibu mematung, tetapi buliran kristal bening keluar begitu saja tanpa permisi dari pelupuk matanya. Betapa rindunya ia pada suara itu, rindu pada wajah itu, tetapi ia benci kehadirannya di sini.

Mengapa hari ini laki-laki itu datang padanya setelah ia sudah melupakannya. Ia berpikir, apakah ini mimpi? Tidak, ini terlalu nyata baginya. Tolong, ia ingin bangun saja kalau benar ini mimpi.

“Bun, dia siapa?” panggil Asha bertanya.

“Bukan siapa-siapa.” Jawab ibunya dan segera menyeret Asha menghindari laki-laki tersebut.

“Vian, tolong dengarkan penjelasanku terlebih dahulu!” seru lelaki tersebut memohon agar mau mendengarkannya.

Wanita itu menuntup pintu rumah dan menguncinya rapat-rapat. Ia berlalu dari hadapan Asha untuk masuk kamar dan menutup pintu.

Asha mengintip dari jendela, terlihat lelaki tersebut masih ada di depan rumah mereka.

“Siapa sih? Kayaknya punya masalah sama Bunda,” gumam Asha bertanya-tanya.

Tidak lama lelaki tersebut pergi dari halaman rumahnya dan masuk ke dalam mobil lalu hilang di telan bumi.

***************

Akhirnya setelah dua hari izin tidak sekolah, Asha kembali bersekolah. Dia begitu rindu pada temannya, padahal baru dua hari tidak sekolah.

Waktu istirahat tiba. Asha berjalan menuju kantin sendirian, kemudian disusul Gracia dari belakang mengejutkan Asha.

“Yuna, sama Zara ke mana?” tanyanya.

“Yuna rapat OSIS dan Zara ada lomba,” jelasnya.

Buset dah, udah kelas XII, masih sibuk kegiatan aja,” ucap Gracia.

Eh, lo, duluan aja ke kantin, gue tiba-tiba kebelet pipis.” Sambungnya lagi sambil belari menuju toilet.

Asha pun berjalan sendiri ke kantin. Dia memesan bakso dan teh es, lalu mencari tempat duduk untuk makan.

Tiba-tiba kepalanya diguyur air yang sangat dingin oleh seseorang. Yah, itu Monica cs. Lagi-lagi mereka mengganggu Asha.

Setelah Monica cs merasa puas, mereka pergi meninggalkan Asha yang terlihat acak-acakan. Asha menangis tersedu-sedu sambil berjalan pincang menuju kamar mandi.

Di kamar mandi Asha masih menangis menatap wajahnya dari bayangan cermin yang terlihat memprihatinkan. Asha lelah terus begini, dari TK sampai SMA, ia terus dikata-katai anak haram.

Monica sudah dari dahulu mengatainya anak haram karena tidak punya ayah. Sebenarnya Asha sangat marah pada ayahnya.

Jika saja ayahnya tidak pergi, mungkin dia tidak akan mengalami perlakuan seperti ini. Sekarang kebenciannya makin bertambah pada ayahnya.

Asha membersihkan badannya dan mengganti pakaiannya dengan seragam olahraga. Asha keluar dengan tampang yang biasa saja, seakan tak pernah terjadi sesuatu padanya.

Dia tidak ingin teman-temannya tau kalau Monica mengganggunya. Walaupun percuma karena semua orang juga akan tahu, apalagi temannya.

***************

Beberapa minggu berlalu setelah keluar dari rumah sakit, ibu Asha selalu terlihat murung dan kadang menangis sendiri. Asha khawatir dengan kondisi ibunya. Asha bertanya, tetapi ibunya bilang baik-baik saja.

Lelaki itu juga sering datang berkunjung ke rumah dan selalu diusir oleh ibunya. Asha ingin sekali bertanya siapa pria tersebut, tetapi urung, takut membuatnya ibunya marah.

“Shaaa,” panggil ibunya.

“Iya, Bun, kenapa?” tanya Asha.

“Apa kamu mau bertemu ayahmu?” tanya ibunya.

Asha tertegun mendengar perkataan ibunya. Apa ayahnya akan datang setelah sekian lama meninggalkan mereka berdua?

“Memangnya, Bunda ingin bertemu Ayah?” Asha balik bertanya pada ibunya.

“Hiks…, Sha…. Kenapa kamu gak pernah bilang sama Bunda, kalau mereka sering gangguin kamu,” ucap sang ibu sambil menangis.

“Maaf, Bun, Asha gak mau ngebebanin Bunda dengan masalah itu,” jawab Asha ikut menangis.

Mereka berdua pun menangis dan berpelukan sambil menenangkan satu sama lain.

***************

Keesokan harinya, Asha bangun kesiangan dan beruntung, ini Sabtu. Asha beranjak ke kamar mandi untuk menyegarkan badannya.

“Bun, Bunda, Bunda dima…”panggilan Asha terhenti ketika melihat tiga orang duduk di ruang tamu bersama ibunya.

“Vian, ini Asha?” tanya orang itu pada Vian, ibunya Asha.

Ibunya mengangguk. Orang itu tampak terkejut dan mendekat. Ia lalu memeluk Asha sambil terus minta maaf.

Lelaki yang sering datang ke rumahnya itu pun memeluk Asha. Asha terkejut dengan apa yang dilakukan kedua orang tersebut.

“Asha, Ayah minta maaf,” kata lelaki itu.

Jderrrrr….
Bak disambar petir di siang hari mendengar apa yang dikatakan lelaki ini. Asha terkejut, sejumlah tanya memenuhi kepalanya.

Apa lelaki di depannya ini ayah yang selalu ia tunggu sewaktu kecil? Yang sering diucapkan dalam doanya agar datang untuk bermain bersama. Laki-laki yang membuat mereka menderita dan orang yang paling dibencinya selain Monica.

“Tidak, Ayahku sudah mati, dia meninggalkan kami. Cinta pertamaku telah mati,” isak Asha.

“Asha, maafkan Ayah. Ayah memang laki-laki tidak bertanggung jawab,” ucapnya dengan penuh penyesalan.

“Sya, semua itu bukan salah Ayahmu. Itu semua salah nenek, nenek yang memisahkan kalian berdua, tolong maafkan, Ayahmu, Sya,” ucap wanita tua itu.

“Tidak, aku benci dia.” Ucap Asha dan pergi dari rumah.

Malamnya, setelah jam pulang bekerja, Asha masih teringat dengan apa yang dikatakan Grace. Ya, Asha menceritakan masalah yang tengah ia hadapi. Asha masih memikirkan apa yang harus dilakukannya.

Ternyata ayahnya masih ada di rumah. Ayahnya terus meminta maaf dan berusaha menjelaskan mengapa ia pergi meninggalkan mereka berdua.

Asha bingung, kenapa ibunya hanya diam saja. Tidak ada penolakan sama sekali. Apa ibunya itu sudah memaafkan ayahnya?

Asha teringat lagi kata-kata Grace. Apa tidak sebaiknya ia mendengarkan penjelasan ayahnya terlebih dahulu? Akhirnya, Asha meminta sang ayah menjelaskan semuanya.

Asha terisak setelah mendengarkan penjelasan dari ayahnya. Laki-laki itu kemudian memeluknya erat sambil terus mengelus punggungnya.

“Putri Ayah, sudah tumbuh besar, maafkan Ayahmu ya, Nak. Kamu sangat menderita karena Ayah.” Katanya sambil terus memeluk Asha dengan erat.

“Apakah Tuan Putri mau menghabiskan waktu bersama Ayah, besok?” Tanya ayahnya sambil tersenyum lebar.

Asha mengangguk dan tersenyum sangat lebar. Jujur, Asha sangat bahagia. Akhirnya, setelah sekian lama, penantiannya berakhir bahagia.

Seorang ayah, sosok pemimpin dan pelindung keluarga. Sosok ayah merupakan cinta pertama bagi anak perempuannya, menjadikan putrinya sebagai ratu yang harus dia jaga dengan segenap jiwa.

Anak perempuan merasa nyaman bersama ayahnya, merasa terlindungi, aman. Ayah merupakan sosok laki-laki pertama dan panutan dalam kehidupan anak perempuannya.

Sosok ayah tidak akan pernah terganti oleh siapa pun bagi anak-anaknya. Cinta anak kepada ayah tidak akan sama dengan cinta anak kepada pasangannya saat dewasa kelak. [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *