Oleh. Titin Kartini
(Tim Redaksi CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Tak terasa anak-anak telah naik ke kelas berikutnya. Hal ini pun dirasakan oleh kami kelas satu. Banyak hal yang terjadi selama satu tahun berada di kelas satu. Kelas satu sekolah dasar memang benar-benar dasar, di mana anak-anak harus mengalami perubahan yang signifikan.
Berbanding terbalik saat mereka duduk di taman kanak-kanak (TK), porsi belajar yang lebih banyak, dituntut untuk lebih banyak mengerti dan mengenal. Tak jarang berbagai drama pun terjadi, setiap hari ada yang menangis tak mau ditinggal ibunya, ada yang tak mau diam selama di kelas, ada yang sering bolak-balik kamar mandi, ada yang diam saja, ada yang tak mau menulis, ada yang sebentar-sebentar ingin makan dan sebagainya. Suasana ramai setiap hari nano-nano tentunya membuat sang guru bekerja ekstra daripada kelas yang lain.
Makin hari sang guru makin mengenal karakter masing-masing muridnya. Ibu Ana Nurjanah entah untuk ke berapa kali beliau diamanahi untuk mejadi wali kelas satu. Kesabaran tentunya menguji sang guru setiap hari, ada saja ulah murid yang terkadang terlewat aktif. Perlu kerjasama antara wali kelas dan orang tua murid inilah yang kami lakukan. Komunikasi terus terjalin, tetapi tak memungkiri kesalahpahaman pun kerap terjadi. Akan tetapi kami tak berlarut-larut dalam masalah, apapun terselesaikan dengan cepat. Kami butuh wali kelas, kami butuh bimbingan beliau selama anak kami dititipkan di sekolah serta memastikan anak kami aman. Berbagai problem dapat kami selesaikan hingga akhirnya satu tahun terlewati dengan pengalaman seru-seru sedap, masyaallah.
Kini anak-anak telah berada di kelas dua, tentunya anak-anak akan lebih terbiasa dalam hal apa pun. Mereka telah saling mengenal satu sama lainnya, meski nanti akan berbeda wali kelas. Harapan semua guru dan harapan orang tua adalah semua anak-anak merasakan kenyamanan dan keamanan sehingga segala sesuatunya bisa berjalan dengan baik. Sekolah kami bernama SD Yayasan Pendidikan Islam atau SD Yapis yakni sekolah bernapaskan Islam. Selain pelajaran umum, sekolah kami ada pelajaran khusus seperti tahfiz, BTQ, tajwid, fikih yang tidak dimiliki oleh sekolah umum. Setiap pagi anak-anak terbiasa untuk salat sunah Dhuha, setelah itu mengaji Iqra. Jika itu telah terlaksana, barulah pelajaran lainnya. Membiasakan anak-anak untuk disiplin salat tepat waktu setiap salat Dzuhur serta berjemaah dari kelas satu hingga kelas enam, begitupun dengan bapak kepala sekolah, tak jarang beliau ikut serta salat berjemaah.
Memang sekolah tidak menjamin seorang anak akan menjadi saleh atau salihah, tetapi dengan adanya pendidikan agama yang lebih di sekolah ini memperingan tugas orang tua, anak-anak juga terbiasa melakukan ibadah tanpa harus disuruh. Adanya guru-guru yang kompeten serta penuh kelembutan membuat anak-anak menjadi nyaman. Mereka memperlakukan sebagaimana anak sendiri, tak heran terkadang mereka bercanda bersenda gurau dengan sang guru.
Harapanku, harapan kami para orang tua untuk kedepannya, semoga SD Yapis makin maju, lebih baik lagi, sehingga mampu mencetak generasi yang pandai ilmu dunia dan akhirat, menjadi cikal bakal generasi emas peradaban Islam. [CM/NA]
