Generasi Emas, Antara Khayalan dan Harapan

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Purwanti
Ibu Generasi

Islam memiliki konsep yang jelas dan tegas dalam melahirkan generasi emas. Akidah Islam dijadikan sebagai landasan bernegara sehingga seluruh aturan kehidupan didasarkan kepada keimanan. Begitu pula dengan sistem pendidikan sehingga menjadikan generasi selalu terikat dengan pemahaman Islam.

CemerlangMedia.Com — Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia. Begitulah penggalan pidato Sang Proklamator Indonesia, Soekarno. Mengapa dibutuhkan pemuda untuk mengguncangkan dunia? Karena pemuda punya potensi luar biasa. Di usia yang masih muda, mereka mempunyai banyak kesempatan untuk terus belajar dan mengembangkan potensi diri.

Namun, apabila melihat kondisi pemuda hari ini yang menjadi pelaku kriminal/kejahatan, rasanya pesimis akan mendapatkan pemuda yang mampu mengguncang dunia. Tidak sedikit pemuda yang terlibat tawuran, penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan, geng motor, dan lain sebagainya, seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Tawuran terjadi di Kota Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatra Utara dan pelakunya adalah anak seusia pelajar SMP dan SMA (detik.com, 03-10-2024).

Mengapa pemuda hari ini banyak terlibat aksi kriminal? Bagaimana pandangan Islam terhadap pemuda/generasi?

Pemuda dalam Lingkaran Kriminalitas

Maraknya kasus kriminal yang dilakukan para pemuda/remaja membuat miris. Pemuda yang semestinya menjadi agen perubahan, tetapi banyak yang harus berurusan dengan hukum. Menurut data dari Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Kementerian Hukum dan HAM, dalam kurun waktu 2020 sampai 2022, setidaknya ada 2.302 kasus anak sebagai pelaku kejahatan.

Di dalam laporan tersebut dilampirkan bahwa kasus yang paling banyak terjadi adalah pencurian (838 kasus), narkoba (341 kasus), penganiayaan (232 kasus), serta pelanggaran hukum lainnya (491 kasus). Sementara sebanyak 48 anak di bawah umur tercatat menjadi pelaku pembunuhan (goodstats.id, 27-09-2024).

Tidak hanya anak laki-laki yang harus berurusan dengan hukum, anak perempuan juga. Menurut data Badan Pembinaan Hukum Nasional, ada sekitar 2000-an anak laki-laki yang harus berurusan dengan hukum dan 67 anak perempuan (bphn.go.id, 16-03-2023). Ini membuktikan generasi hari ini tidak baik-baik saja.

Akar Masalah

Maraknya para pemuda terlibat dalam aksi kriminal dikarenakan kegagalan sistem pendidikan yang diterapkan di negeri ini. Sistem pendidikan sekuler telah gagal melahirkan generasi yang beriman dan bertakwa. Akibat sistem pendidikan sekuler ini pula, negara gagal mencerdaskan generasi bangsa. Tidak hanya itu, pemerintah juga telah gagal melindungi pemuda/pelajar dan anak dari kriminalitas.

Sekularisme yang menjadi asas sistem pendidikan di negeri ini merupakan ide pemisahan agama dari kehidupan dan bernegara. Agama tidak boleh mengatur kehidupan manusia. Agama hanya boleh mengatur urusan manusia dengan Tuhannya, sedangkan untuk urusan dirinya sendiri dan sesama manusia diatur oleh aturan yang dibuat oleh manusia itu sendiri.

Selain itu, agama dalam sistem pendidikan sekuler hanya dijadikan sebagai pelajaran formal yang disampaikan agar bisa menjawab pertanyaan saat ujian. Agama juga hanya dikenal dalam peringatan hari-hari besar keagamaan dan tidak dijadikan landasan dan panduan dalam pendidikan.

Jika mau berpikir sejenak terhadap kurikulum pendidikan yang sering bergonta-ganti, didapati bahwa output pendidikan hari ini tidak menghasilkan generasi berkepribadian mulia. Generasi terjebak dalam jurang kenistaan parah, krisis adab, dan merebaknya dekadensi moral. Program pendidikan karakter tidak berdaya menghadapi problematika pendidikan. Oleh karena itu, sebaik apa pun program yang dibuat jika pendidikan masih berasaskan sekuler, tidak akan mampu melahirkan generasi harapan.

Mari menilik kepada UU Sisdiknas No. 20/2013, di dalamnya tercantum tujuan pendidikan nasional yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri. Akan tetapi, tujuan pendidikan tidak bisa terwujud jika masih mempertahankan sistem pendidikan sekuler. Bagaimana membentuk generasi bermanfaat jika moralnya hancur terlibas gaya hidup bebas? Bagaiman generasi menjadi manusia yang beriman dan bertakwa jika aturan Allah Swt. dicampakkan?

Jika terus berharap pada sistem pendidikan ini untuk melahirkan generasi emas, yang ada hanya kekecawaan. Sistem pendidikan sekuler juga menambah beban bagi orang tua, pendidik, peserta didik, dan negara. Memang benar, sistem pendidikan ini mampu mewujudkan generasi berprestasi dalam bidang akademik, tetapi mereka juga generasi yang individualis, kapitalistis, dan menjadikan materi sebagai dewa. Oleh karena itu, wajar jika manusia yang beriman dan bertakwa tidak terwujud pada generasi hari ini.

Islam Solusi Hakiki

Islam memiliki konsep yang jelas dan tegas dalam melahirkan generasi emas. Akidah Islam dijadikan sebagai landasan bernegara sehingga seluruh aturan kehidupan didasarkan kepada keimanan. Begitu pula dengan sistem pendidikan sehingga menjadikan generasi selalu terikat dengan pemahaman Islam.

Hal ini terbukti dengan kegemilangan dan peradaban Islam di pentas dunia yang membuat Barat segan terhadapnya. Selama 13 abad, sistem Islam mampu membangun generasi beriman dan berilmu. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pada masa sistem Islam memimpin, banyak dilahirkan generasi terbaik dari kalangan ulama, ilmuwan, dan cendekiawan. Mereka berlomba-lomba mendedikasikan ilmu untuk kemaslahatan umat dan digunakan untuk hal yang bermanfaat bagi negara dan umat.

Dalam catatan sejarah peradaban Islam, umat mengenal ahli matematika Al Khawarizmi atau lebih dikenal dengan Algebra atau Aljabar di dunia Barat. Ia berhasil merumuskan angka nol (0) untuk mempermudah hitungan matematika karena saat itu, peradaban Romawi masih menggunakan angka Romawi yang sulit dipelajari.

Ibnu Sina atau lebih dikenal dengan Avicenna di Barat. Ia ahli dalam bidang kedokteran dan salah satu karyanya yang berjudul Kitab al-Qanun fi al-Tibb (Buku Kanun dalam Kedokteran) menjadi buku rujukan penting dalam bidang kedokteran selama berabad-abad. Ada lagi Jabir Ibnu Hayyan yang terkenal sebagai bapak kimia modern. Bahkan, karya-karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada abad 12 M dan menjadi sumber inspirasi bagi ilmuwan Eropa.

Ada juga Al-Idrisi sang penemu globe dan Ibnu Batutah seorang penjelajah dunia sekaligus penemu 300 jalur laut. Kehebatannya tidak kalah dari penjelajah Barat, seperti Marco Polo atau Christopher Columbus. Bukti ini menunjukkan bahwa pada masa peradaban Islam, generasi/pemuda tidak hanya lihai dalam ilmu agama, tetapi juga menguasai ilmu umum, sains, dan teknologi.

Khatimah

Terwujudnya generasi emas dalam sistem pendidikan sekuler hanya khayalan semata. Oleh karena itu, sistem ini harus dicampakkan dan diganti dengan sistem yang berasaskan kepada aturan Allah Sang Pencipta mahkluk yang lemah. Wallahu a’lam [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : [email protected]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *