Header_Cemerlang_Media

Negara Elite, Lapangan Kerja Sulit

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Octha Dhika Rizky, S. Pd.

CemerlangMedia.Com — Tidak bisa dimungkiri, makin hari, lapangan pekerjaan makin sulit dicari. Kalaupun ada, prosesnya pun berbelit dengan persaingan yang sangat ketat. Ujung-ujungnya, angka pengangguran kembali bertambah. Dilema ini kini juga melanda para generasi muda yang biasa dikenal dengan sebutan gen Z, yaitu generasi yang lahir dalam rentang 1997 sampai 2012, rentang tahun yang digunakan di Indonesia berdasarkan Data Sensus Penduduk 2020 oleh Badan Pusat Statistik Indonesia (wikipedia.org).

Sebagaimana yang dilansir dari kumparan.com (20-5-2024), Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah berbicara mengenai data Badan Pusat Statistik yang mencatat, ada 9,9 juta penduduk Indonesia yang tergolong usia muda atau gen Z belum memiliki pekerjaan. Angka tersebut didominasi oleh penduduk yang berusia 18 hingga 24 tahun. Data ini menunjukkan angka pengangguran di kalangan pemuda negeri ini terbilang cukup tinggi, padahal Indonesia dikenal sebagai negara dengan sumber daya alam melimpah. Seharusnya hal itu sejalan dengan terbukanya banyak lapangan pekerjaan bagi anak bangsa.

Nyatanya, masalah pengangguran yang sudah menjamur di Indonesia dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dikutip dari kompas.com (24-5-2024), faktor utama banyaknya angka pengangguran pada penduduk muda adalah karena kurang singkronnya pendidikan dan permintaan tenaga kerja. Pernyataan ini seolah menunjukkan pada kita bahwa ternyata sistem pendidikan Indonesia memiliki masalah relevansi dengan tersedianya lapangan kerja. Benarkah demikian? Atau adakah faktor lain yang membuat generasi muda tidak memiliki kesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak?

Gagalnya Negara Kapitalis

Banyaknya pengangguran disebabkan adanya keterbatasan lapangan pekerjaan. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa negara telah gagal menyediakan lapangan kerja itu sendiri. Jika negara benar-benar serius, pengelolaan sumber daya hutan, laut, ataupun tambang sebenarnya bisa melibatkan kinerja para pemuda. Dengan demikian akan tercipta lapangan kerja yang luas sehingga dapat meminimalkan angka pengangguran.

Sayangnya, pemuda Indonesia dinilai kurang memiliki kompetensi sebagaimana yang dibutuhkan dunia kerja. Salah satunya disebabkan karena pemuda tidak menempuh pendidikan yang relevan dengan bidang kerja tersebut sehingga minim pengetahuan dan rendahnya keahlian. Alhasil, ketika bersaing dalam seleksi penerimaan kerja, mereka kembali gagal dan menganggur. Bila bekerja serabutan pun, mereka hanya menjadi buruh lepas yang digaji kecil.

Lebih mirisnya, bukannya memperbaiki tata kelola pendidikan agar menghasilkan output yang berkualitas, negara justru memilih untuk menempuh langkah pintas yang dinilai lebih cepat dan praktis. Negara memilih mengambil kebijakan dengan menarik para investor dan mempekerjakan tenaga kerja asing. Hal ini dilakukan karena negara menganggap para pekerja dari luar negeri telah dibekali pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan. Dengan ini, negara tidak perlu repot lagi mengadakan pembekalan atau pelatihan bagi para tenaga lokal.

Beginilah corak negara kapitalis yang hari ini menguasai Indonesia. Kekayaan alam yang melimpah dieksploitasi untuk keuntungan para pengusaha dan kepentingan penguasa. Negara begitu mesra dengan para pemilik modal, bahkan sangat ramah pada tenaga kerja dari negara lain. Sementara rakyat sendiri dibiarkan lontang-lantung mencari pekerjaan sendiri. Keadaan ini makin diperparah dengan biaya hidup yang makin lama makin tinggi sehingga tidak sedikit yang kemudian mengambil jalan pintas, seperti berbuat kriminal ataupun mengakhiri hidup yang melelahkan.

Kondisi minimnya lapangan kerja dan tingginya angka pengangguran di Indonesia, terutama di kalangan pemuda makin membuka mata kita bahwa negara yang berasaskan ideologi kapitalisme ini memang tidak pernah serius dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Negara kapitalis telah nyata-nyata gagal dalam menciptakan kesejahteraan karena telah diikat oleh kepentingan uang semata.

Islam Sejahterakan Rakyat

Islam adalah sistem kehidupan yang mengatur semua lini kehidupan manusia, termasuk permasalahan ekonomi. Islam menempatkan negara sebagai pelayan umat yang harus berupaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat sesuai hukum Allah. Untuk itu, penyediaan lapangan kerja juga menjadi tanggung jawab negara yang tidak boleh diabaikan.

Demi menciptakan lapangan kerja bagi rakyat, maka negara harus mengikuti pengaturan Islam mengenai pengelolaan kepemilikan. Salah satunya, Islam mengatur kepemilikan umum, yakni harta yang dikelola negara adalah milik rakyat yang sepenuhnya harus digunakan demi kepentingan rakyat, sebagaimana sabda Rasulullah,
“Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal, yaitu dalam air, padang rumput, dan api.” (HR Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majah).

Indonesia merupakan negeri muslim yang kaya akan sumber daya alamnya, seperti hasil hutan, laut, tambang, dan sebagainya. Semua kekayaan alam itu adalah milik umum yang harus dikelola negara untuk kepentingan rakyat. Dalam pengelolaannya, negara tidak boleh melibatkan para investor yang hanya mencari keuntungan dan memperkaya diri sendiri, tetapi merugikan negara dan rakyat.

Negara juga tidak boleh mengedepankan tenaga kerja asing, di saat tenaga lokal masih banyak yang belum mendapatkan pekerjaan. Jika memang dibutuhkan keahlian dari tenaga ahli asing, dilakukan hanya seperlunya dan tenaga ahli itu diupah oleh negara.

Selain itu, negara juga harus memaksimalkan potensi rakyat, terutama para pemuda yang sebenarnya memiliki beragam keahlian. Negara harus menyediakan pengelolaan pendidikan yang menopang keilmuan dan keahlian mereka agar dapat dilibatkan dalam pekerjaan yang disediakan negara, misalnya tambang emas yang dimiliki negara dapat menyediakan lapangan kerja yang luas bagi pemuda. Tentunya mereka sudah disiapkan dengan pengetahuan dan keahlian yang relevan melalui sistem pendidikan negara.

Sistem pendidikan Islam pun tidak hanya mengedepankan ilmu pengetahuan saja, tetapi kurikulum juga dibangun di atas landasan akidah Islam. Dengan begini, terlahirlah para ilmuan yang ahli di bidang ilmunya, taat kepada Allah, dan berguna bagi umat. Mereka akan menjadi pekerja sejati sekaligus pejuang agama Allah yang menjadikan Islam sebagai tolok ukur perbuatan, bukan sekadar mencari materi semata.

Kondisi ideal antara ketersediaan lapangan kerja dan keberadaan tenaga kerja hanya bisa diwujudkan dalam tata kelola sistem Islam, bukan negara kapitalis yang hanya mengejar keuntungan dan mementingkan uang. Sudah saatnya gen Z terbebas dari belenggu penjajahan kapitalisme yang memiskinkan harta dan jiwa mereka. Saatnya Islam membebaskan mereka menjadi para pemuda penopang peradaban yang gemilang di masa depan. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tulisan Terbaru

Badan Wakaf Al Qur'an