Oleh: Ummu Salman
(Pemerhati Sosial)
CemerlangMedia.Com — Pendidikan sejatinya merupakan sarana dalam rangka membentuk kepribadian manusia agar mampu menempatkan halal dan haram dalam setiap aktititas yang dilakukan, membentuk keimanan dan ketakwaan terhadap Sang Pencipta sehingga memiliki kepribadian yang unggul. Sebagaimana tertuang dalam UU No 20/2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, di sana dikatakan bahwa pendidikan merupakan tempat/wadah dalam rangka mengembangkan potensi diri yang dimiliki oleh manusia.
Sekularisme Pendidikan terhadap Generasi
Tentu saja hal ini menjadi spirit tersendiri bagi generasi dalam langkah mereka yang ingin mewujudkan cita-citanya melalui jenjang pendidikan sehingga mampu untuk menjadi manusia yang terdidik dan bermanfaat bagi nusa juga bangsanya. Namun, ada hal yang patut disayangkan, pendidikan yang seharusnya mampu membentuk kepribadian generasi agar sesuai dengan fitrah penciptaan mereka tampaknya masih jauh dari harapan, sebab minimnya kuota jam pembelajaran yang berkaitan dengan ilmu agama, menjadikan generasi kurang memahami ataupun terikat dengan baik terhadap ajaran agama mereka sendiri.
Sebagaimana diberitakan, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada kelas dengan Fase A ( kelas 1 dan 2), Fase B (kelas 3 dan 4) dan Fase C (kelas 5 dan 6) masing-masing mendapatkan 3 jam pelajaran selama seminggu, yakni pada tiap-tiap fase akan ditentukan capaian-capaian pembelajaran (pendis.kemenag.go.id, 13-04-2022).
Dengan kondisi demikian, sebagian orang tua berpandangan bahwa minimnya porsi pembelajaran agama menjadikan generasi mereka kurang mendapatkan pengetahuan berkaitan dengan keyakinan mereka sendiri. Oleh karenanya, tidak sedikit dari orang tua memilih untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah swasta dengan pertimbangan lebih banyaknya jumlah mata pelajaran agama yang bisa didapatkan. Orang tua tentu berharap bahwa kepribadian yang baik lebih berpeluang didapatkan oleh anak-anak di tengah maraknya kerusakan moral remaja saat ini, berupa tawuran, narkoba, seks bebas, dan sebagainya.
Pendidikan berbasis pemahaman Islam yang mampu membentuk kepribadian Islam terhadap anak didik sesungguhnya bukanlah kewajiban sekolah swasta semata. Namun, selayaknya, pendidikan yang demikian diselenggarakan langsung oleh negara, yakni memberikannya wadah secara penuh sesuai dengan kebutuhan generasi terhadap pendidikan Islam itu sendiri. Tidak sekadar sampai pada lingkup sekolah saja. Sebab, sekolah dalam hal ini hanya mampu membentuk kepribadian anak didik saja. Sementara keluarga, masyarakat, serta negara kesemuanya hendaknya menjadikan Islam sebagai asas bagi kehidupan.
Ditambah lagi sistem pendidikan sekuler yang hanya meniscayakan target prestasi akademik pada anak didik serta orientasi kerja yang pada kenyatannya minim dalam penanaman adab serta pembentukan kepribadian Islam yang luhur. Di balik megahnya kemajuan peradaban fisik, tersemat krisis akhlak pada generasi sehingga makin jauh dari nilai-nilai keislaman itu sendiri.
Sistem Pendidikan Islam Membentuk Kepribadian Generasi
Sebagai agama yang sempurna, Islam diturunkan oleh Zat Yang Maha Sempurna, di dalamnya diberikan tuntunan yang rinci berkaitan dengan pendidikan agar mampu melahirkan generasi yang berkepribadian Islam sebagai output dari pelaksanaan pendidikannya. Sistem pendidikan ini memiliki tujuan yang sangat jelas, yakni pembentukan syahsiah islamiah dengan terlebih dahulu mengarahkan pola pikir dan pola sikap anak didik agar senantiasa selaras dengan ajaran Islam.
Generasi yang dididik dengan sistem pendidikan Islam juga diarahkan agar menjadi pribadi yang memiliki beragam kecerdasan agar mampu berkontribusi terhadap kemajuan umat. Oleh karenanya, pembelajaran Islam tidak sekadar teori semata, melainkan juga sebagai petunjuk dalam kehidupan yang harus diterapkan. Keberhasilan pendidikan Islam terwujud dengan terbentuknya pribadi yang mulia dari para peserta didik. Sebab, Islam meletakkan pembelajaran adab bagi generasi, sebelum mereka mempelajari ilmu-ilmu yang lain dari akidah Islam itu sendiri.
Perhatian terhadap pendidikan juga telah dicontohkan oleh Rasulullaah saw. dan para khalifah terdahulu di masa kejayaan peradaban Islam. Selama masa Kekhalifahan Islam itu tercatat beberapa lembaga pendidikan Islam yang terus berkembang dari dahulu hingga sekarang. Beberapa lembaga pendidikan itu, antara lain Nizhamiyah (1067-1401 M) di Baghdad, Al-Azhar (975 M-sekarang) di Mesir, al-Qarawiyyin (859 M-sekarang) di Fez, Maroko dan Sankore (989 M-sekarang) di Timbuktu, Mali, Afrika (MuslimahNews, 10-1-2020).
Dengan demikian, sudah sepatutnya sebagai bagian dari kaum muslimin memiliki upaya yang sungguh-sungguh dalam mengupayakan tegaknya peradaban Islam yang mulia di muka bumi sehingga Islam rahmatan lil ‘aalamiin benar-benar terwujud bagi segenap umat manusia.
Wallahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]