Oleh: Yulweri Vovi Safitria
Managing Editor CemerlangMedia.com
Sejatinya, bukan pendidikan militer yang dibutuhkan para pelajar, melainkan pembentukan kepribadian Islam dengan fondasi akidah yang kukuh. Akidah Islam akan membentuk kesadaran tentang hubungannya dengan Allah sehingga melahirkan para pelajar yang bertanggung jawab.
CemerlangMedia.Com — Program sekolah militer yang diusung oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mulai dilaksanakan di sejumlah daerah di Jawa Barat. Program ini menyasar siswa bermasalah, seperti bolos sekolah, tawuran, mengonsumsi minuman keras, hingga pengguna narkoba. Dalam program ini, para siswa akan mengikuti metode khusus pendidikan karakter, sebagaimana disampaikan oleh Bupati Purwakarta Saepul Bahri Binzein (CNNIndonesia.com, 6-5-2025).
Mampukah Tertibkan Pelajar?
Dewasa ini, persoalan remaja makin kompleks. Berbagai tindakan kriminal juga dilakukan oleh remaja, tidak terkecuali yang berstatus pelajar. Mereka seolah tidak pernah jera melakukan berbagai aktivitas yang membuat orang tua mengurut dada.
Tawuran, mengonsumsi narkoba dan miras, pergaulan bebas, hingga kenakalan lainnya begitu lekat dengan pelajar, padahal mereka adalah aset berharga orang tua dan calon penerus generasi. Merekalah harapan besar dan penyelamat bangsa. Namun, apabila kerusakan para pelajar terus berlanjut, akan dibawa ke mana peradaban ini?
Akan tetapi, sekolah militer dianggap bukan solusi. Hal tersebut diungkapkan oleh Anggota Komisi X DPR Bonnie Triyana. Bonnie menilai, tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan cara-cara militeristik. Untuk itu, rencana tersebut perlu dikaji ulang sebelum diimplementasikan (CNNIndonesia.com, 6-5-2025).
Sekilas, sekolah militer tampak mendidik. Sebab, pelajar dimotivasi dan diberi kesadaran akan pentingnya belajar sehingga mereka tidak menyia-nyiakan waktu muda yang begitu singkat.
Masa muda adalah waktunya untuk belajar dan menuntut ilmu, menyiapkan bekal guna kehidupannya nanti. Para pelajar juga perlu memiliki kedisiplinan dan memanfaatkan waktu selagi masih ada kesempatan. Apalagi mereka adalah cikal bakal pemimpin masa depan.
Akan tetapi, apabila dicermati lebih mendalam, penyadaran melalui sekolah semi militer sejatinya tidaklah menyentuh akar persoalan. Strategi ini hanyalah solusi jangka pendek dan tidak memutus akar penyebab kenakalan pelajar.
Terlebih lagi, sekolah militer hanya ditujukan bagi pelajar yang sudah terlibat kenakalan. Lantas, bagaimana dengan para korban yang juga berpotensi melakukan kejahatan serupa? Selain itu, sekolah militer juga ditujukan bagi pelajar SMA, sedangkan kenakalan pelajar sudah dimulai dari siswa sekolah dasar.
Masyarakat tentu masih ingat, kenakalan anak usia sekolah dasar tidak kalah sadis dan brutal daripada orang dewasa. Bahkan, terus meningkat dengan beragam motif. Tentu ini pekerjaan rumah yang patut diselesaikan hingga tuntas, cepat, dan tepat.
Akar Masalah Kenakalan Pelajar
Masyarakat maupun pejabat negara tidak boleh menutup mata terhadap faktor penyebab kenakalan remaja, dalam hal ini para pelajar. Betapa banyak kasus kenakalan remaja yang pada akhirnya menguap begitu saja. Meskipun ada sanksi, tetapi tidak memberikan efek jera bagi para pelaku.
Pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme), telah menjerumuskan para pelajar ke jurang kemaksiatan. Mereka tidak segan melakukan berbagai kenakalan, meskipun masa depannya menjadi taruhan.
Pendidikan agama tidak pula menjadi prioritas dalam dunia pendidikan, padahal agama adalah fondasi dasar dalam mengarungi kehidupan ini. Tanpa aturan agama, tubuh ibarat mayat hidup, lemah dan tidak berdaya menghadapi dahsyatnya fitnah dunia.
Sungguh hal yang sangat menyesakkan dada, apalagi kenakalan ini terjadi juga pada pelajar sekolah dasar. Mereka seolah tidak punya figur yang bisa ia jadikan teladan sehingga masa muda hanya dihabiskan untuk hura-hura dan kesenangan semata.
Bukan hanya itu, peran orang tua dalam mendidik anak-anak juga terbilang minim. Pasalnya, kesibukan dunia kerja menuntut orang tua, tidak terkecuali ibu berjibaku agar mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Sebagian orang tua tidak punya waktu untuk anak, meski hanya sekadar bercerita. Alhasil, anak minim perhatian dan kasih sayang.
Ketika persoalan hadir dan mereka tidak mampu menyelesaikan, sang anak pun melampiaskannya dengan berbagai cara untuk menarik perhatian orang tuanya. Mirisnya, apa yang mereka lakukan bertentangan dengan aturan agama karena tidak mempunyai fondasi akidah.
Kenakalan para pelajar makin tidak terkendali sebagai dampak dari kemajuan teknologi. Mereka dengan mudah berselancar di dunia maya dan mengakses beragam konten, seperti kekerasan, judi online, bahkan narkoba bisa pula didapatkan secara online. Bukan hanya itu, aksi tawuran pun bisa dimulai dari senggol-senggolan di media sosial.
Sementara itu, kontrol masyarakat ala kadarnya. Individualisme makin tumbuh subur dalam sisitem kapitalisme sekuler. Prinsip kebebasan membuat sebagian orang memilih cari aman ketimbang menegur kenakalan yang dilakukan para pelajar.
Di sisi lain, negara tidak mengambil peran optimal dalam melindungi para pelajar dan generasi muda. Hukum pun bisa ditukar dengan uang atau jabatan. Meski mendapatkan sanksi, nyatanya sebagian pelaku tidak kunjung jera dan terus mengulangi kenakalannya.
Islam sebagai Way of Life
Islam bukan sekadar agama yang mengatur perkara ibadah, melainkan juga sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Sebagai pedoman hidup, Islam datang untuk memperbaiki moral dan ruhiyah kaum jahiliah hingga umat akhir zaman.
Oleh karena itu, Islam memberikan petunjuk, arah, dan aturan yang sesuai dengan tuntunan syariat untuk menjamin keselamatan hidup di dunia dan akhirat serta menjaga eksistensi manusia dengan fondasi akidah yang kukuh. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,
“Kami telah menurunkan kitab suci (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad) dengan (membawa) kebenaran sebagai pembenar kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan sebagai penjaganya (acuan kebenaran terhadapnya). Maka, putuskanlah (perkara) mereka menurut aturan yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka dengan (meninggalkan) kebenaran yang telah datang kepadamu….” (QS Al-Maidah: 48).
Hal ini termanifestasi dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari politik, sosial, ekonomi, pendidikan, budaya, pergaulan, dan lain sebagainya. Terkait pendidikan, akidah Islam merupakan fondasi dasar bagi pelajar. Tidak hanya diajarkan di sekolah, tetapi sudah dibekali dari keluarga sebagai sekolah pertama bagi anak.
Sistem Pendidikan Islam
Dalam pendidikan Islam, antara ilmu terapan dan tsaqafah akan dibedakan. Ilmu terapan, seperti matematika diajarkan sesuai kebutuhan dan tidak terikat dengan jenjang pendidikan manapun. Sementara itu, pendidikan tsaqafah diajarkan di seluruh jenjang pendidikan dan tidak bertentangan dengan pemikiran atau hukum Islam.
Kurikulum pendidikan Islam seragam dan sejalan dengan strategi dan tujuan pendidikan, yakni membentuk pola pikir dan pola sikap Islam. Dengan begitu, tujuan pendidikan, yakni membentuk kepribadian Islam akan terwujud.
Islam juga memiliki strategi dalam mempersiapkan pendidikan sehingga lahir generasi cemerlang. Mereka tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki tsaqafah Islam. Oleh karenanya, visi dan misi pendidikan saling berkaitan setiap jenjangnya.
Semua strategi tersebut terpusat pada negara yang menerapkan aturan Islam secara kafah. Sebab, negaralah yang memiliki kewajiban menyelenggarakan pendidikan guna melahirkan generasi unggul, disegani kawan, dan diakuti lawan.
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala negara), dia adalah pemimpin manusia secara umum dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas mereka.” (HR Bukhari).
Khatimah
Sejatinya, bukan pendidikan militer yang dibutuhkan para pelajar, melainkan pembentukan kepribadian Islam dengan fondasi akidah yang kukuh. Akidah Islam akan membentuk kesadaran tentang hubungannya dengan Allah sehingga melahirkan para pelajar yang bertanggung jawab. Sistem pendidikan Islam tidak hanya memutus rantai persoalan, tetapi mencegah berbagai kenakalan para pelajar.
Mereka paham bahwa menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban bagi muslim laki-laki dan perempuan. Mereka juga menyadari perannya sebagai pengubah peradaban. Untuk itu, penting menerapkan aturan Islam secara kafah oleh negara dalam bingkai Daulah Khil4f4h. [CM/Na]