Oleh: Novi Anggriani, S.Pd.
CemerlangMedia.Com — Ilmu pengetahuan merupakan kebutuhan dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu. Ia memiliki peran besar sehingga pembentukan pendidikan formal dan nonformal menjadi jalan tercapainya kegiatan belajar mengajar. Seiring perkembangan zaman, media untuk mengakses ilmu juga makin berkembang. Perkembangan teknologi yang memudahkan manusia untuk mengakses informasi pun sangat dimudahkan, contohnya internet. Namun, dengan kemudahan itu, tidak lantas membuat sebagian masyarakat bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dengan mudah. Hal ini menjadi bukti adanya kesalahan dalam pengaturan pendidikan saat ini.
Pendidikan dan Tingkat Literasi
Dilansir dari Republika (24-09-2023), laporan Bank Dunia menyebutkan 172 juta anak di 22 negara di Asia Timur dan Pasifik setiap tahunnya terdaftar di Sekolah Dasar (SD). Hanya saja, meski terjadi kemajuan yang signifikan pada angka partisipasi sekolah, anak-anak di beberapa negara tidak mendapatkan keterampilan pendidikan dasar.
Menurut laporan Fixing the Foundation: Teachers and Basic Education in East Asia and Pacific yang dipublikasikan Bank Dunia, tingkat ketidakmampuan belajar (learning poverty) didefinisikan sebagai ketidakmampuan anak usia 10 tahun untuk membaca dan memahami bahan bacaan yang sesuai dengan usianya berada di atas angka 50 persen di 14 dari 22 negara, termasuk Indonesia, Myanmar, dan lain-lain.
Sedangkan di Malaysia yang berpenghasilan menengah ke atas, learning poverty mencapai di atas 40 persen. Sebaliknya, persentase learning poverty di Jepang, Singapura, dan Republik Korea hanya berkisar di antara 3 hingga 4 persen. Di Indonesia misalnya, puluhan pelajar SMPN 11 Kota Kupang tidak bisa baca tulis dan membedakan abjad. Di kota penulis sendiri, berdasarkan data BPS, terdapat 7,82 persen perempuan dan 5,67 persen laki-laki yang berusia 15 tahun masih tidak mengenal huruf (NTB.BPK.go.id, Februari 2020)
Kapitalisme Merusak Kualitas Pendidikan
Kegagalan dunia pendidikan tidak bisa terlepas dari ideologi kapitalisme yang mengatur dunia saat ini. Sistem pendidikan pasti dirancang agar sejalan dengan ide kapitalisme yang mengarusutamakan asas kepentingan materi sebagai tujuan hidup. Oleh karena visi utama kapitalisme yang merupakan anak kandung dari sekularisme ialah memisahkan aturan agama dari kehidupan sehingga Tuhan sebagai Pencipta langit dan bumi tidak boleh terlibat mengatur alam semesta.
Asas kebebasan adalah sebagai jalan untuk mencapai tujuan materi. Akibatnya, banyak di antara masyarakat yang hidup di bawah naungan kapitalisme saling menyerang untuk mendapatkan kepentingan masing-masing. Alhasil, tumbuhlah masyarakat yang individualis, termasuk dalam ranah kepemimpinan. Banyak kebijakan yang dibuat berdasarkan kepentingan kelompok dan kerabat saja.
Adapun ranah pengaturan pengurusan, rakyat hanya dijadikan konsumen dalam bisnis penguasa sendiri dan pengusaha dari pendukung penguasa dalam meraih jabatan. Akibatnya, pendidikan menjadi tempat usaha. Tidak heran jika kemudian biaya pendidikan saat ini sangat mahal. Ditambah lagi kebijakan lain yang membebani perekonomian masyarakat memunculkan keadaan yang sulit bagi anak untuk memilih apakah menempuh pendidikan terlebih dahulu atau langsung bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Pendidikan dalam sistem kapitalisme seolah hanya formalitas saja, tanpa ada kesungguhan untuk memperbaiki kualitas manusianya. Kita bisa melihat dari kurikulum pendidikan Indonesia saat ini misalnya, setiap pergantian menteri pendidikan berganti pula lah kurikulum pendidikannya sehingga siswa dan guru terus difokuskan pada penyesuaian kurikulum baru.
Itulah bobroknya pendidikan dalam sistem kapitalisme. Padahal perubahan kurikulum selama ini tidak bisa melepaskan dunia pendidikan dari kerusakan yang terjadi seperti narkoba, seks bebas, aborsi, bunuh diri, bullying, pelecehan, termasuk kegagalan dalam pendidikan dasar di atas. Namun, hal ini seolah wajar dan biasa saja bagi negara kapitalisme. Selama hal itu tidak berkaitan langsung dengan asas kepentingan para kapitalis (individu), maka dikatakan negara sudah berhasil menangani masalah rakyatnya.
Aturan Pendidikan dalam Islam
Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk kepribadian manusia untuk selalu taat kepada Allah Swt.. Dari tujuan pendidikan yang seperti ini lahirlah pemimpin yang amanah, masyarakat yang taat, dan kehidupan yang penuh penjagaan. Sebab, kepemimpinan dalam Islam adalah mengurusi urusan umat dari berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek pendidikan.
Maka Islam sebagai ideologi yang khas memiliki syariat sebagai standar pendidikan. Oleh karenanya, perubahan kurikulum pada dunia pendidikan akan diarahkan sesuai dengan tujuan dan tahapan usia ataupun peminatan dari seseorang itu sendiri, termasuk berkaitan dengan kebutuhan negara untuk kepakaran tertentu.
Begitupun kurikulum yang disusun juga akan membentuk output pendidikan atau peserta didik yang menguasai keilmuan sesuai dengan standar usianya dan strata pendidikannya setelah dia lulus. Pemastian itu dilakukan melalui penyediaan fasilitas pendidikan yang memadai, sarana prasarana, keberadaan guru yang berkualitas di bidangnya, termasuk pembentukan kurikulum tersebut.
Pengurusan pendidikan bukan saja memastikan banyaknya sekolah, tetapi memastikan juga sistem pendidikannya akan melahirkan manusia-manusia yang berkualitas, yang menguasai skill dasar sebagai seorang pembelajar, salah satunya kemampuan literasi. Dengan literasi, kita memperoleh ilmu yang lain seperti yang disampaikan oleh Allah dalam Qur’an surah Al-Alaq. Pendidikan berkualitas dipastikan terpenuhi secara merata baik di kota, pelosok desa, kaya, miskin, termasuk rakyat yang tidak mampu memenuhi hajat pendidikannya dan itu menjadi tanggung jawab negara untuk memenuhinya.
Dengan keseriusan pemerintah yang menerapkan sistem Islam dalam meriayah urusan umat, menjadikan negara jauh dari penjajahan dan eksploitasi pendidikan oleh individu. Begitupun perkembangan sains dan teknologi. Jika ditelusuri sejarah pada masa kejayaan Islam, keberhasilan itu terjadi selama 1.400 tahun yang lalu. Munculnya generasi yang pandai dalam ilmu sains dan teknologi, seperti Ibnu Sina dalam ilmu kedokteran, Al-Khawarizmi dalam ilmu matematika dan astronomi, Al-Jaziri penggagas teknologi pompa air, dan masih banyak lagi ilmuan yang lainnya. Selain itu, generasi yang lahir dari pendidikan Islam jauh dari kerusakan pergaulan bebas, narkoba, dan yang lainnya.
Islam membina manusia dari segi kekuatan fisik dan psikis. Detailnya pengaturan dan perhatian pendidikan dalam Islam memunculkan banyaknya para generasi muda yang kuat mental dalam menghadapi cobaan, menyelesaikan masalah, semangat berjuang, dan tidak takut mencoba selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang. Kekuatan itu lahir dari pembinaan keimanan pada generasi untuk berjuang hanya untuk Allah. Itulah prestasi sesungguhnya dari pendidikan Islam. Untuk itu sudah saatnya kita mengembalikan kehidupan Islam yang seperti ini dalam naungan Khil4f4h Islamiah. [CM/NA]