Penulis: Suci Kumalasari
Anggota Komunitas Setajam Pena
Pengelolaan sumber daya alam dan energi (SDAE) akan membuat negara mandiri secara finansial dan tidak akan tergantung pada utang atau kapital. Baitulmal adalah kas penting negara yang akan dikembalikan secara gratis kepada rakyat.
CemerlangMedia.Com — Tingkat pengangguran di Indonesia lebih tinggi dari enam negara ASEAN pada 2024, menurut data IMF. Data ini dikumpulkan dari persentase orang berusia lebih dari 15 tahun yang sedang mencari pekerjaan. Sebanyak 495.143 orang dengan gelar sarjana atau diploma menganggur pada 2014. Mengalami peningkatan drastis pada 2020, yakni sebesar 981.203 (cnbcindonesia.com, 1-05-2025).
Polemik Dunia Kerja
Jumlah pengangguran yang tinggi terjadi karena tidak seimbangnya pencari kerja dengan ketersediaan lapangan kerja. Tidak mengherankan bahwa untuk bertahan hidup, lulusan sarjana atau diploma harus bekerja sebagai pembantu rumah tangga, pengasuh anak, sopir, atau tukang bersih-bersih. Mereka harus bekerja untuk bertahan hidup.
Tenaga honorer guru dan staf, misalnya, mereka hanya memperoleh sekitar 300 ribu per bulan atau lebih kurang dari itu. Ternyata gajinya lebih rendah daripada pekerja pabrik atau pekerja lainnya. Sementara lulusan cumlaude tidak menjamin akan mendapatkan pekerjaan yang layak.
Dari sini, biaya pendidikan yang tinggi tidak menjamin mereka mendapatkan pekerjaan yang layak setelah lulus. Berbagai syarat ditempuh untuk mendapatkan pekerjaan, misalnya harus mempunyai kenalan orang dalam, adanya biaya administrasi, atau biaya untuk para calo kerja. CPNS pun sangat minim perekrutan. Belum lagi menjadi tenaga kontrak yang rawan di-PHK.
Sungguh memprihatinkan, sarjana atau diploma bagai sejajar dengan label sekolah menengah. Gajinya tidak sebanding dengan UMR atau bahkan lebih parah. Wajar jika banyak lulusan sekolah menengah tidak meneruskan kuliah dan lebih memilih bekerja. Di lain tempat, gelar sarjana sebagai legalitas untuk persyaratan kerja sehingga banyak didapati lulusan sarjana kurang berkualitas.
Rusaknya Sistem Ekonomi
Tata kelola ekonomi suatu negara memengaruhi ketersediaan lapangan pekerjaan. Negara ini cenderung menganut sistem ekonomi kapitalisme. Investasi, kapitalisasi, dan privatisasi adalah contohnya. Negara memberi keluwesan pada kapital atau asing menguasai aset negara karena lebih menguntungkan. Sementara pajak yang dimaksudkan untuk membantu kemajuan negara diwajibkan kepada rakyat, padahal sebenarnya malah membuat kehidupan mereka lebih sulit.
Negara bergantung pada kebutuhan pasar industri untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Dalam sistem kapitalisme, pasar industri dikuasai oleh pihak kapital atau asing. Pekerja dianggap sebagai bahan. Dengan demikian, karyawan dapat dikurangi, seperti PHK jika terjadi kerugian.
Privatisasi SDAE oleh asing atau pihak kapital inilah yang menyebabkan angka pengangguran makin tinggi. Para kapital hanya memikirkan keuntungan materi. Asing lebih banyak merekrut pekerjanya sendiri karena lebih menguntungkan bagi negara mereka.
Dari sini sudah jelas, pemerintah berpihak pada kapital (pemilik modal). Negara hanya sebagai pihak regulator, pembuat aturan untuk memudahkan para kapital. Oleh karenanya, wajar jika rakyat susah mencari pekerjaan karena semua aset dikuasai para kapital atau asing. Rakyat sejatinya dimiskinkan.
Bagaimana Solusi Islam?
Negeri ini harus belajar dari Islam. Islam melaknat pemimpin negara yang korup sampai menyebabkan rakyatnya menjadi sengsara. Kepala negara yang adil akan masuk surga tanpa hisab menurut hadis yang sahih.
Kepala negara Islam disebut sebagai raain, yang berarti menjaga dan mengawasi urusan rakyat. Sebagai kepala negara di Madinah, Rasulullah saw. memberi teladan langsung tentang bagaimana negara harus menyediakan lapangan pekerjaan untuk rakyatnya.
Rasulullah saw. pernah memberikan dua dirham kepada seorang Anshar. Beliau menyuruh membelikan makanan dengan satu dirham untuk diberikan kepada keluarga Anshar tersebut. Sisanya satu dirham untuk dibelikan kapak guna membelah kayu.
Kapak kayu itu digunakan kaum Anshar untuk mencari kayu dan menjual hasilnya. Alhasil, setelah 15 hari, seorang Anshar kembali kepada Rasulullah dengan membawa 10 dirham. Sebagian ia belikan baju dan makanan untuk keluarganya.
Dari kisah yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah ini, Rasulullah saw. mengajarkan bagaimana pentingnya seorang kepala negara menjamin dan memberikan keluwesan, terutama bagi kepala rumah tangga untuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarganya. Ketaatan pada syariat akan membuat negara tersebut menerapkan sistem ekonomi Islam. Islam melarang privatisasi sehingga SDAE dikelola langsung oleh negara yang otomatis akan memperluas lapangan pekerjaan di berbagai sektor sehingga meminimalkan pengangguran.
Terlebih lagi, Islam mewajibkan laki-laki untuk mencari nafkah. Tentu saja ketaatan untuk menjalankan syariat ini membutuhkan pekerjaan. Jadi, negara bertanggung jawab penuh menyediakan lapangan pekerjaan.
Sistem ekonomi Islam akan mengembangkan ekonomi rill di bidang pertanian, industri, perdagangan, dan jasa. Berkembangnya sistem ini jelas membutuhkan tenaga terdidik dan terampil yang berkaitan dengan bidang tersebut.
Pengelolaan sumber daya alam dan energi (SDAE) akan membuat negara mandiri secara finansial dan tidak akan tergantung pada utang atau kapital. Baitulmal adalah kas penting negara yang akan dikembalikan secara gratis kepada rakyat.
Negara memastikan rakyat hidup sejahtera dan bahkan tidak membayar pajak. Ini menunjukkan salah satu manfaat dari penerapan sistem ekonomi Islam. Ketaatan negara terhadap syariat membuatnya berdiri di belakang rakyat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun, penerapan syariat Islam secara kafah hanya dalam naungan Daulah Khilafah, sebuah institusi negara Islam. [CM/Na]