CemerlangMedia.Com — Sampah kembali menumpuk di aliran Sungai Cikahiyangan, Desa Sayati, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung sehingga membuat aliran sungai tersendat. Berbagai jenis sampah menumpuk mulai dari sampah plastik, styrofoam, serpihan kayu, serpihan pohon pisang, hingga potongan asbes.
Hal itu disampaikan oleh warga sekitar AK (50). AK mengatakan bahwa tumpukan sampah tersebut telah ada sekitar beberapa hari yang lalu. Ia juga menambahkan bahwa dengan adanya sampah tersebut kerap terjadi banjir. Pasalnya, beberapa material sampah membuat aliran sungai tersendat (1-11-2023).
Hal ini terjadi karena dampak sistem kapitalisme yang mengajarkan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif dipengaruhi oleh cara pandang seseorang memandang kehidupan. Kehidupan sekuler yang tidak bersandar kepada aturan agama, tetapi bersandar kepada materi, tidak mampu memberikan solusi.
Sistem kapitalisme terbukti tidak bisa menjaga kebersihan lingkungan termasuk masalah sampah. Sementara negara tidak mampu mengatasinya, meskipun berbagai regulasi digulirkan. Masalah demi masalah terus bermunculan tanpa ada penyelesaian dan solusi terbaik dari setiap kasus.
Berbeda dengan Islam yang memiliki gaya hidup bersahaja. Misalnya, tidak mengonsumsi sesuatu secara berlebihan. Islam memerintahkan umatnya memiliki segala sesuatu sesuai kebutuhan. Islam juga melarang menumpuk barang tanpa pemanfaatan. Semua itu dilakukan karena dorongan keimanan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan. Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros, sesungguhnya orang-orang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhanya.” (TQS Al-Isra: 26-27).
Dari sisi individu, Islam mengajarkan agar memiliki kesadaran terhadap pola komsumsi.Setiap individu menyadari bahwa ketika berbelanja tidak akan boros atau berlebih-lebihan karena sifat berlebih-lebihan dilarang dalam Islam. Mereka akan berbelanja sebatas untuk memenuhi kebutuhan, bukan untuk memenuhi keinginan. Sebab, mereka menyadari bahwa apa yang dibelanjakan dan dikonsumsi, akan ada pertanggungjawabannya kelak di akhirat.
Dan dari segi masyarakat, tolok ukur kebahagiaan masyarakat dalam Islam bukan bisa membeli apa pun. Melainkan mereka bisa bersedekah kepada dan membantu orang lain yang membutuhkan. Itu dilakukan hanya untuk meraih rida Allah Swt..
Dan negara akan mengatur industri periklanan dan media agar tidak menampilkan tayangan persuasif pola hidup konsumtif. Masyarakat akan diajak mengonsumsi produk-produk yang ditawarkan sesuai kebutuhan. Masyarakat juga akan diedukasi memiliki kesadaran memilah sampah berdasarkan jenisnya.
Negara juga akan mengatur seluruh wilayah agar sampah yang dihasilkan dari konsumsi normal masyarakat bisa dikumpulkan di tempat khusus. Dengan teknologi canggih, sampah tersebut akan dikelola oleh negara sehingga tidak mencemari lingkungan. Wallahu a’lam bisshawwab.
Yayan Ummu Nizam
Bandung, Jawa Barat [CM/NA]