CemerlangMedia.Com — Seorang anak, MR (13), warga Desa Parigimulya, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang ditemukan tak bernyawa. MR di aniaya secara keji oleh keluarganya hingga meninggal dunia. Pelaku penganiayaan tak lain adalah ibu korban N (40), paman S(24) dan W (70) yang merupakan kakek korban. MR yang sering hidup menggelandang pasca orang tuanya bercerai, membuatnya berperilaku buruk (08-10-2023).
Kasus kekerasan yang dialami anak-anak terjadi akibat terkikisnya fungsi keluarga. Beberapa faktor bisa menjadi pemicu kekerasan terhadap anak, seperti lemahnya iman, sempitnya ekonomi, stres akibat perceraian, hingga emosi yang tinggi. Padahal keluarga seharusnya menjadi tempat yang nyaman, berlimpahnya kasih sayang, dan menjadi madrasah pertama bagi anak-anak. Namun, faktanya, semua terkikis akibat sekularisme yang merasuki pemikiran umat Islam.
Sekularisme sebagai sistem yang memisahkan agama dari kehidupan menjadikan manusia kering jiwanya dari iman. Hal ini berdampak pada para orang tua yang tak segan berbuat kekerasan dalam menyelesaikan persoalan hidup, termasuk menghadapi kenakalan anak. Di sisi lain, peran negara dalam menjaga ketakwaan masyarakat sangat minim. Ditambah penerapan ekonomi kapitalisme yang menjadi pintu sulitnya ekonomi rakyat. Oleh karenanya, tak heran jika kekerasan terhadap anak sering terjadi akibat kondisi stres karena sulitnya ekonomi yang dialami oleh orang tua.
Untuk meminimalisasi kasus kekerasan hingga berujung kematian, maka dibutuhkan peran negara dalam mengayomi rakyat. Dalam sistem Islam, negara sangat berperan dalam menciptakan lingkungan masyarakat yang kondusif. Tekanan ekonomi, stres, perceraian, hingga lemahnya mendidik anak harus ditangani dengan tuntas. Sebab, negara dalam sistem Islam adalah pelayanan umat. Sebagaimana dalam hadis Rasulullah saw., “Imam/khalifah itu laksana penggembala dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap gembalaannya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Negara dalam sistem Islam berkewajiban untuk menyejahterakan rakyat. Alhasil, faktor ekonomi tak akan memicu stres pada orang tua. Selain itu, negara pun hadir dalam pelaksanaan amar makruf nahi mungkar bersama masyarakat. Agar suasana keimanan rakyat bisa terjaga dan mampu mendidik anak-anak dengan baik. Namun, sempurnanya sistem Islam belum bisa kita terapkan selama sistem kapitalisme sekularisme masih bercokol di negeri ini. Maka sudah selayaknya kita menerapkan sistem Islam agar fungsi keluarga tak terkikis oleh sekularisme. Wallahu a’lam bisshawwab.
Neni Nurlaelasari
Bekasi, Jawa Barat [CM/NA]