Oleh: Nurul Aryani
CemerlangMedia.Com — PUISI
Kala purnama telah sampai
Aku merasakan denyut nadimu
Bak cahaya bulan di atas lautan tenang
Engkaupun juga begitu
Siluet pohon kelapa menjadi saksi
Betapa memilukan perjuangan ini
Bagaimana bisa engkau begitu cepat pergi?
Sedang aku sendiri di bumi yang luas ini
Hari itu,
Denyutmu yang berhenti,
Tetapi kenapa aku yang hidup juga begitu?
Adakah sakitmu sembuh di sana?
Tempat paling sunyi dan sempit
Engkau berbaring
Sementara kami pulang
Aku memeluk guling di jalanan
Pelan-pelan menyusuri jalan pulang
Menangis seolah kehilangan harapan
Mengingat engkau telah berpulang
Ayah,
Gurat wajahmu menjadi kenangan
Paling berharga di dunia
Saat yang lain merayakan
Aku berlindung di balik dinding kehilangan
Berteduh di bawah sisa-sisa atapnya
Kadang kala berat napasku
Kadang kala sesak dadaku,
Tetapi perjuangan masih panjang, bukan?
Akan kubawa berjalan
Walau dengan balutan harapan
Harapan yang tidak pupus
Walau denyut nadi seolah putus
Bangka Belitung, Juni 2025 [CM/Na]