Oleh: Shunink
(Kontributor CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — “Zaaaah… Zahraaa,” teriak Ziyah dari teras rumah.
“Apa, Kak? Bikin kaget aja!” protes Zahrah.
“Eh, sini dech. Aku mau ngomong.” Ajak Ziyah sambil menarik tangan Zahrah agar duduk di sampingnya.
“Zah, emang salah ya, jika kita itu punya keinginan, harapan, impian?” tanya Ziyah.
“Gak lah,” jawab Zahrah singkat.
“Tetapi kenapa, Bunda dan Rista bilang, aku tuh sakit jiwa,” ujar Ziyah dengan bingung.
“Emang, gimana ceritanya? Kok bisa, Bunda dan Kak Rista bilang Kak Ziyah sakit jiwa?” tanya Zahrah.
Ziyah pun bercerita bahwa dia sangat suka sekali dengan salah satu aktor Korea bernama Gong Yoo. Setiap hari selalu mengikuti kabarnya, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Bahkan dia pernah membayar temannya untuk mencari kabar terkini si aktor saat ada rumor bahwa idolanya dikabarkan sebagai seorang “gay”.
Ziyah pun rela belajar bahasa Korea, mulai dari kelas gratis hingga berbayar puluhan ribu rupiah. Kamarnya pun penuh dengan foto, poster, pernak-pernik sampai model baju pun dia koleksi.
Di kala Ziyah merasa suntuk dengan tugas kampus, dia kerap menyendiri dan menghayal “seandainya” menjadi pasangan Gong Yoo. Ziyah merasa nyaman dan cukup bahagia dengan kebiasaannya, Gong Yoo adalah sosok inspiratif buatnya, objek tumpuan segala suasana hatinya.
“Astagfirullahal’adziim. Pantas aja Kak Ziyah dibilang sakit jiwa.” Celetuk Zahrah sambil menepuk keningnya.
“Apanya sih? Kan wajar aja punya kebiasaan seperti itu. Lagian gak merugikan orang lain, gak mengganggu orang lain juga,” timpal Ziyah.
“Iya sih, bisa jadi orang lain malah kasihan melihat Kakak punya kebiasaan macam tu, irrasional banget,” ujar Zahrah.
“Irrasional gimana, kan objeknya nyata, bukan fiktif,” sangkal Ziyah.
“Iya bener, argumen Kakak tuh bener banget, tetapi bukan begitu konsepnya,” ujar Zahrah.
“Hemm, gini Kak. Kita tuh harus realistis dan harus bisa kanaah alias merasa cukup dalam hidup,” imbuh Zahrah.
“Lo, emang aku gak kanaah? Emang aku gak realistis? Lagian, bicara kanaah, tiap orang kan beda, Zah, aku tuh merasa bahagia dengan hallyu-ku selama ini,” cecar Ziyah.
“Setiap salat, aku selalu meminta pada Allah Swt. dan kerap curhat sampai aku nangis, saking ingin banget apa yang aku bayangin selama ini menjadi kenyataan,” imbuhnya.
“Astagfirullahal’adziim, Kak Ziyah, parah!” celetuk Zahrah.
“Coba deh jelasin Zah, di mana titik gilaku?” tanya Ziyah.
“Kak, boleh kita suka sama seseorang, tetapi ada batasnya. Mengidolakan seseorang juga boleh atau menganggap seseorang sebagai inspirasi juga boleh. Hanya saja, semua harus ada standar yang jelas. Jadi terarah dan terukur sehingga gak melenceng jauh dari ketentuan Allah Swt.,” jelas Zahrah.
“Apaan sih, bawa-bawa Tuhan,” sela Ziyah.
“Lo, kalau kita gak menyertakan Allah Swt. dalam setiap langkah kehidupan, masa iya kita menyertakan setan?” sahut Zahrah.
“Lagian, Kakak segitunya sama idol Korea? Tontonan pun gak selalu baik dijadikan tuntunan, yang realistis, Kak. Sewajarnya aja. Jika tidak, maka Kakak akan gila beneran,” jelas Zahrah.
“Astagfirullahal’adziim, tega kamu ya, ngatain aku gitu,” cetus Ziyah.
Zahrah pun beranjak dari posisi duduknya dan berlalu meninggalkan Ziyah yang terdiam. Setiap kalimat yang keluar dari lisan Zahrah cukup membuat Ziyah tersentak, adik yang selama ini selalu dibilang fanatik dan mabuk agama, ternyata lebih bijak menjalani kehidupan daripada dirinya. [CM/NA]
