Oleh: Jamilah
(Kontributor CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Mira anak bungsu di keluarganya. Ia delapan bersaudara, tiga perempuan dan lima laki-laki. Setelah beranjak dewasa, Mira mendapatkan jodoh. Dalam rumah tangganya, Mira diberikan keturunan anak perempuan yang cantik dan salihah.
Seiring waktu, anak Mira pun masuk sekolah dasar. Ia begitu pintar sehingga mendapat prestasi di bangku sekolahnya yang berbasis Islam. Tahfidz Qur’an menjadi unggulan di sekolah tersebut, hafalan demi hafalan dituntaskannya.
Akan tetapi, Mira sebagai ibu muda merasa kurang percaya diri karena merasa minim ilmu agama, lalu Mira mencoba untuk menghubungi kakak perempuannya yang bernama Caca. Mira minta diajarkan cara membaca Al-Qur’an padanya. Dengan senang hati, Caca pun membantu adik kesayangannya. Caca dengan rutin mengunjungi rumah Mira untuk terus mendampingi adiknya belajar.
Berkat keseriusannya, Allah memberikan kemudahan. Mira pun bisa membaca Al-Qur’an dan selalu mendampingi anaknya dalam menghafal ayat-ayat Al-Qur’an.
Seiring waktu, Mira masih tetap rutin belajar. Selain membaca Al-Qur’an, Mira juga dipahamkan untuk mengkaji isi Al-Qur’an. Dijelaskan Caca kewajiban seorang muslim dalam pandangan Islam.
Suatu ketika Caca memahamkan tentang kewajiban menutup aurat bagi wanita muslim yang sudah baligh dan batasan-batasan aurat seorang wanita. Caca menjelaskan batasan aurat itu dari kepala hingga ujung kaki, yang boleh tampak hanyalah muka dan telapak tangan. “Jadi, kaki itu termasuk aurat, ya. Kita bisa menyiasatinya dengan menggunakan kaos kaki,” ucap Caca.
Mira menjawab begitu polosnya, “Aah, itu sih, hanya di pengajian Kakak saja. Coba lihat di majelis taklim lainnya, banyak kok ibu-ibu yang tidak menggunakan kaos kaki.”
Caca tersenyum sambil menatap Mira dan berkata. “Kita itu, standarnya bukan kepada manusia, Dik, tetapi itu semua hanya perintah Allah semata. Rujukannya sudah jelas ada dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 59 yang artinya: “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu.”
Dari penjelasan kakaknya itu, hampir semalaman Mira tidak bisa memejamkan mata. Rasa resah menyelimuti hatinya, teringat akan kata-kata yang diucapkan kakaknya. Ada keinginan Mira untuk menutupi auratnya dengan sempurna, tetapi masih terbesit rasa malu di pikirannya karena Mira merasa bukanlah seorang yang lulusan pesantren ataupun ustazah.
Suatu ketika Caca mengundang Mira untuk bisa hadir di majelis ilmu. Mira pun menerima undangan itu dikarenakan ia sedang haus ilmu. Mira sungguh tidak menyangka, pada suatu kesempatan, kakaknya itu menjadi sebagai pemateri di forum tersebut. Sungguh luar biasa, padahal yang Mira tahu kakaknya itu seorang pendiam yang tidak banyak omong dan juga lugu.
Sangat menakjubkan ketika melihat kakaknya yang dengan lantangnya mendakwahkan Islam di hadapan para Jemaah. Perubahan yang sangat drastis Mira lihat pada diri kakaknya. Di situlah Mira mulai tertarik untuk terus mengkaji Islam dan meniatkan diri untuk hijrah menjadi hamba yang taat pada aturan Allah.
Di tengah perjalanan hijrahnya, salah satu saudara laki-laki Mira, mulai mengusik, menyarankan untuk kehati-hatian dalam mengkaji Islam karena ada yang aneh dengan Caca. Ia merasa ada perbedaan dengan pemahaman Islam yang ada di keluarganya.
Kakak laki-lakinya itu berkata pada Mira, “Kita paham Islam, cukup apa yang diajarkan dari keturunan kita saja, jangan yang aneh-aneh.”
Lalu Mira pun memberikan penjelasan kepada kakak laki-lakinya bahwa apa yang disampaikan oleh Caca itu sesuai ajaran Islam dan insyaallah tidak akan menyesatkan.
Caca dan Mira selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang baik di hadapan keluarganya, maka pada saat itulah kakak-kakak Mira dan Caca mulai menerima dan memahami, juga mendukung aktivitas dakwah kedua adik perempuannya. Bahkan sering dijadikannya rujukan ketika ada permasalahan pada dirinya.
Hubungan Mira dan Caca bukan hanya sekadar adik dan kakak, tetapi kini sebagai tim dakwah dan juga sebagai guru dalam mengkaji Islam.
Kepribadian Caca sangat disukai banyak orang. Dalam dakwahnya, ia begitu melejit, selalu semangat dalam menyampaikan kebenaran Allah sehingga banyak sahabat yang termotivasi olehnya. Dakwahnya bukan hanya menyasar ke pada para ibu-ibu saja, tetapi remaja, dan juga para tokoh.
Caca sosok yang baik di mata keluarga, saudara, dan teman-teman. Di lingkungan pun, Caca terkenal dengan sifatnya yang lembut dan sopan. Namun, kini, semua itu hanya tinggal kenangan. Caca, kakak Mira, kini telah dipanggil Allah Swt. terlebih dahulu. Mira sangat menyayangi kakaknya, walaupun itu berat, tetapi Mira harus mengikhlaskannya. Mira sadar karena hanya Allah lah yang lebih berhak atas diri seseorang. [CM/NA]