Oleh. Indri Wahyuni Putri S.Pd. (Ummu Elma)
(Kontributor CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Aku bukanlah Cinderella bersepatu kaca, engkau bukanlah sang pangeran berkuda putih. Kita hanyalah sepasang pengantin zaman ini, yang mencoba meraih sakinah di tengah gelombang ujian rumah tangga.
Apa yang terlintas di benak kita saat membicarakan pernikahan? Bahagia, Indah dan romantis?
Mungkin kita pernah membayangkan romantis dan indahnya menikah bak pernikahan ala Cinderella yang hidup bahagia selamanya, lalu apakah menikah hanya untuk bahagia dan romantis saja?
Pernikahan di dalam Islam adalah satu-satunya lembaga yang diridai Allah ketika manusia ingin menyalurkan salah satu potensinya yaitu gharizah nau (naluri melestarikan jenis).
Dalam akad nikah, dengan menyebut asma Allah, pasangan laki-laki dan wanita yang pada awalnya haram bersentuhan menjadi halal. Masyaallah.
Di dalam pernikahan pun akan banyak jalan mendulang pahala, asalkan fondasi awal dalam pernikahan tersebut diniatkan untuk mencari rida Allah. Pernikahan berbalut sakinah, mawadah, wa rahmah tidak datang begitu saja, perlu adanya ikhtiar dan bekal ilmu untuk meraihnya.
Seperti untaian hikmah Ustadz Salim A. Fillah, “Selama perjalanan menuju pernikahan, tak ada bekal yang lebih penting untuk engkau persiapkan melebihi niat dan ilmu.”
Inilah pentingnya menuntut ilmu, sebab banyak keluarga tumbang karena kurangnya ilmu tentang berumah tangga dan banyak pula pasangan yang hanya berusaha menciptakan pernikahan indah di tahap awal atau pranikah sehingga mereka lalai merawat dan menjaga pernikahannya.
Selama perjalanan pernikahan kita akan menemui berbagai lika-liku dan Allah akan mengujinya dengan berbagai masalah. Ibarat kapal akan melalui banyak gelombang.
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah: 155)
Di dalam kehidupan rumah tangga akan selalu ada rasa sedih, kecewa dan bahagia. Nah, di situlah letak ujiannya, bagaimana kita bersyukur ketika Allah memberikan kebahagiaan dan bagaimana kita bersabar dan ikhlas mengarungi bahtera rumah tangga apapun yang terjadi dan dalam setiap keadaan apapun.
Satu hal yang harus kita sadari bahwa menikah adalah bentuk penerimaan. Selama pernikahan tersebut diniatkan untuk mencari rida Allah maka masing-masing akan berupaya melakukan yang terbaik, saling memahami serta menerima kekurangan dan kelebihan pasangan, saling mendukung dan mengingatkan dalam meningkatkan keimanan serta ketakwaan kita kepada Allah.
Semakin dekat suami dan istri kepada Allah, maka semakin bahagia dan harmonis rumah tangganya. Namun, Jika mereka jauh dari Allah, maka semakin jauh pula rumah tangga mereka dari kata harmonis dan bahagia.
Ketika dalam keluarga saling bahu membahu dalam ketaatan dan ketakwaan maka akan muncul kebahagian dan ketenangan karena sejatinya:
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS Ar-Rum: 21)
Begitulah pernikahan, kadang tidak seindah dan romantis yang kita bayangkan. Kebanyakan dari kita membayangkan yang indah dan romantisnya saja. Padahal di balik itu semua, ada tanggung jawab yang harus dipikul, amanah yang harus ditunaikan, dan kewajiban yang harus dikerjakan.
Pernikahan ala Cinderella hanya ada dalam dongeng. Pernikahan yang sesungguhnya adalah episode baru dalam kehidupan, sebab itu butuh yang namanya perjuangan karena menikah tidak seindah dongeng Cinderella melainkan menikah adalah misi menggapai rida Allah, mencetak generasi rabbani dan tentunya tujuan bahtera rumah tangga kita adalah menuju kampung akhirat yaitu surga, karena kenikmatan berupa berkumpul dan masuk surga bersama keluarga, juga telah disediakan oleh Allah.
Allah Swt. berfirman: “(Yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya.” (QS Ar-Ra‘du: 23)
Semoga perjalanan bahtera rumah tangga kita masing-masing bisa sampai tujuan akhir kampung akhirat yaitu surga-Nya. Aamiin. [CM/NA]