Islamofobia Terus Berulang, Penyakit Sistematis Masyarakat Sekuler

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh. Nur Itsnaini Maulidia
(Aktivis Dakwah)

CemerlangMedia.Com — Aksi pembakaran Al-Qur’an kembali terjadi di Swedia. Parahnya, hal ini berlangsung di tengah perayaan Iduladha 1444 H. Tentu saja kejadian tersebut mengundang kontroversi di tengah-tengah masyarakt. Beberapa warga yang berada di lokasi pembakaran Al-Qur’an menilai tindakan Salwan Momika, pria asal Irak yang pindah ke Swedia itu sebagai bentuk provokasi (bbc.com, 30-06-2023).

Pembakaran Al-Qur’an memang masif terjadi hingga saat ini. Pada 2020 juga pernah ada aksi yang serupa di Swedia (29-8-2020). Begitu juga di Norwegia, Olso seorang pengunjuk rasa anti-Islam merobek-robek halaman Al-Qur’an dan meludahinya. Unjuk rasa ini diorganisir kelompok Stop Islamisasi Norwegia (SIAN). Peristiwa ini berlangsung di dekat gedung parlemen Norwegia (viva.co.id, 30-08-2020).

Peristiwa tersebut juga mendapat kecaman dari berbagai negara, salah satunya dari Indonesia pada Kamis malam (29-6-2023). Pemerintah mengecam keras aksi provokatif oleh seorang warga negara Swedia di depan Masjid Raya Sodermalm, Stockholm (voaindonesia.com, 30-06-2023).

Penyakit Sistematis Masyarakat Sekuler

Sungguh miris, aksi pembakaran Al-Qur’an masih terus berulang hingga saat ini. Kaum muslim juga terkesan abai dan menganggap biasa melihat kejadian hina ini, tidak ada sikap tegas dari kaum muslimin dan pemimpinnya. Satu pemimpin pun tidak ada yang menunjukkan pembelaan hakiki terhadap pembakaran kitab suci umat Islam, hanya mencukupkan diri dengan mengecam tanpa tindakan nyata. Kembali terulangnya sebuah aksi pembakarana Al-Qur’an adalah bukti bahwa islamofobia merupakan penyakit sistematis masyarakat yang sekuler.

Meski negara Barat menganggap tindakan ini melawan hukum, tetapi munculnya aksi sejenis ini menggambarkan kegagalan sistemik untuk menjamin keadilan dan kebebasan beragama terutama bagi umat Islam. Terbukti islamofobia masih terus mewabah pada sebagian besar penduduk bumi hingga sekarang.

Terciptanya islamofobia bermula saat pengeboman WTC di Amerika Serikat pada 11 September 2001. Sejak saat itu, Islam mulai distigmakan negatif. Islam dianggap sebagai agama teroris dan dengan sengaja digaungkan secara masif oleh media-media Barat untuk menebar ketakutan terhadap simbol Islam dan ajarannya.

Islamofobia membuat Al-Qur’an yang mulia, mukjizat bagi Rasulullah dihinakan. Kitab suci pedoman hidup bagi umat Islam dibiarkan dibakar di tempat umum, bahkan diinjak-injak dan diludahi. Islamofobia membuat masjid dilempari kotoran dan dibakar dengan sengaja. Bahkan, islamofobia membuat kaum muslim yang hidup damai tanpa melakukan kesalahan apapun dibantai dan dibunuh dengan sadisnya.

Islam Kafah Solusi Tuntas Atasi Islamofobia

Pertanyaanya, apakah islamofobia yang sudah mewabah hingga bertahun-tahun ini bisa dihentikan?
Jawabanya sangat bisa. Satu-satunya cara yang mampu menghentikan islamofobia ini adalah dengan menerapkan Islam secara kafah (menyeluruh) dan menghapus penerapan sistem sekuler. Ini karena Islam adalah agama (wahyu) yang bersumber dari Allah Sang Khaliq, pencipta seluruh alam yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Jika wahyu ini diterapkan, maka akan membawa rahmat bagi seluruh alam, memberi kedamaian di tengah-tengah umat seluruh dunia.

Hal ini telah terbukti selama 13 abad Islam memimpin dunia yakni dengan penerapan syariahnya secara menyeluruh. Seorang khalifah sebagai pemimpin sungguh mengayomi semua umat beragama, tidak membeda-bedakan antara kulit merah dan hitam. Jangankan takut terhadap agama, xenophobia pun (takut terhadap keberadaan orang asing) juga tidak ada. Dan hal tersebut telah banyak diakui oleh orang-orang Yahudi yang pernah hidup di bawah pimpinan Daulah Islam dalam naungan Khil4f4h.

Dalam sejarah Islam, sejak masa kepemimpinan Rasulullah saw. hingga kekhilafahan banyak berisi kemuliaan terhadap umat manusia. Islam membimbing kaum muslim dengan ajarannya yang mulia. Islam memberikan perlindungan kepada segenap umat manusia. Kalangan nonmuslim dibiarkan melangsungkan ibadah, makan, minum, dan pernikahan sesuai dengan agama mereka. Tidak pernah terjadi pemaksaan agama apalagi genosida kepada kalangan nonmuslim.

Islam dalam naungan Khil4f4h menjadikan negara sebagai pihak yang paling bertanggung jawab menjaga agama dan Al-Qur’an, dan mengajarkan kepada rakyat untuk menunjukkan pembelaan terhadap agama dan kitab sucinya. Sejarah telah membuktikan, Khil4f4h sepanjang kepemimpinannya telah menjadi payung kebersamaan untuk berbagai agama.

Hal ini pernah dikemukakan oleh Reza Shah Kazemi dalam bukunya yang berjudul “The Spirit of Tolerance in Islam”, ia menjelaskan bahwa Khil4f4h Utsmani pernah memberikan perlindungan kepada komunitas Yahudi.

Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa seorang tokoh Yahudi terkemuka bernama Rabbi Isaac Tzarfati pernah menulis surat kepada Dewan Yahudi Eropa Tengah setelah berhasil menyelamatkan diri dari tindakan persekusi di sana dan kemudian tiba di wilayah kekuasaan Khilafah Utsmani menjelang 1453 M. Melalui suratnya, ia memuji Khil4f4h Utsmani sebagai negeri yang penuh dengan rahmat Tuhan dan kebaikan. Rabbi Isaac juga mengakui bahwa ia menemukan kedamaian dan kebahagiaan. Di sana kaum Yahudi tidak ditindas dengan pajak yang berat, juga dibebaskan melangsungkan perniagaan. Sungguh hidup kaum Yahudi penuh kedamaian dan kebebasan ketika berada di wilayah Khil4f4h Utsmani.

Sejarawan Eropa TW Arnold mengatakan, “Ketika Konstantinopel telah ditaklukkan oleh Sultan Muhammad ll pada 1453, sang khalifah tersebut menyatakan bahwa dirinya akan melindungi gereja Yunani. Beliau melarang keras penindasan terhadap kaum Kristen. Oleh karena itu dikeluarkan sebuah keputusan khalifah yang memerintahkan penjagaan keamanan bagi Uskup Agung yang baru terpilih, Gennadios beserta seluruh uskup dan penerusnya.

Begitulah pernyataan sekaligus saksi dari kalangan nonmuslim. Dan masih banyak lagi sejarah yang membuktikan Khil4f4h telah menjamin lahirnya masyarakat yang sehat, yakni masyarakat yang mampu menjaga kemurnian ajaran Islam, tetapi tetap bisa menjaga harmoni antar individu umat beragama.

Oleh karena itu, marilah kita sama-sama berjuang menegakkan kembali Khil4f4h yang mampu menerapkan syariat Islam secara kafah sehingga dapat menghentikan stigma negatif terhadap Islam serta menghentikan ketakutan terhadap ajaran Islam, sekaligus melahirkana masyarakat yang sehat, damai, dan sejahtera. Wallāhu a’lam bisshowāb. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *